Selain Kena Denda $1 Miliar, ZTE Tiongkok Menyerah Dalam Pengawasan Tim Kepatuhan yang Ketat

Raksasa telekomunikasi Tiongkok, ZTE, setuju untuk membayar denda $1 miliar dan menyerah pada langkah-langkah kepatuhan paling ketat yang pernah dikeluarkan oleh Departemen Perdagangan pada 7 Juni untuk mendapatkan kembali akses teknologi AS yang paling penting untuk bisnisnya.

Menteri Perdagangan Wilbur Ross mengumumkan bahwa ZTE akan membayar denda $1 miliar di muka dan mendepositokan $400 juta dalam rekening escrow. Pembuat ponsel Tiongkok tersebut juga setuju untuk mengganti seluruh dewan direksi dan manajemen seniornya dalam 30 hari dan memiliki sebuah tim kepatuhan yang dihimpun oleh Departemen Perdagangan AS yang ditanamkan dalam operasi-operasinya.

Berdasarkan kesepakatan 23 halaman yang ditandatangani pada pukul 6 pagi tanggal 7 Juni, ZTE akan membayar gaji tim kepatuhan tersebut, dimana akan melaporkan pada Biro Industri dan Keamanan departemen tersebut dan ketua baru ZTE selama 10 tahun. Tim kepatuhan di luar sudah bekerja dengan ZTE sebagai bagian dari kesepakatan penegakan perdagangan yang berharga tersebut.

“Hari ini, BIS mengagumkan hukuman terbesar yang pernah dikenakan dan mengharuskan ZTE mengadopsi tindakan kepatuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Ross dalam sebuah pernyataan.

“Kita akan terus memantau perilaku ZTE. Jika mereka melakukan pelanggaran lebih lanjut, kita sekali lagi dapat menolak akses mereka untuk teknologi AS serta mengumpulkan tambahan $400 juta di escrow,” ungkapnya.

ZTE sebelumnya telah melanggar sanksi-sanksi AS terhadap Korea Utara dan Iran. Pelanggaran itu diselesaikan pada Maret tahun lalu, dengan perusahaan setuju untuk membayar denda $892 juta dan menempatkan $300 juta dalam bentuk escrow.

Pihak berwenang Amerika kemudian mengetahui bahwa ZTE telah berbohong sebelumnya, selama, dan setelah kesepakatan Maret 2017 tersebut. Perusahaan tersebut diduga telah membayar bonus-bonus kepada karyawan yang melanggar sanksi-sanksi tersebut, sambil memberi tahu rekan-rekan Amerika bahwa para karyawan tersebut telah didisiplinkan. Sebagai tanggapan, pengawas ekspor Amerika menghalangi ZTE membeli komponen-komponen dan perangkat lunak penting yang dibutuhkan untuk memproduksi ponsel dan peralatan telekomunikasi dari perusahaan-perusahaan teknologi Amerika seperti Qualcomm, Google, dan Corning.

Blokade teknologi tersebut telah membawa perusahaan $17 miliar tersebut bertekuk lutut dan mendorong permintaan pribadi kepada Presiden Donald Trump dari Presiden Tiongkok Xi Jinping. Trump mewajibkan dan memerintahkan Departemen Perdagangan untuk membuat kesepakatan tersebut.

Seperti kebijakan lain, langkah Trump untuk membantu Xi dipenuhi dengan kritik dari Demokrat. Trump membalas dengan menunjukkan bahwa pemerintahan Obama membiarkan “ZTE berkembang tanpa pemeriksaan-pemeriksaan keamanan.”

“Saya menutupnya kemudian membiarkannya dibuka kembali dengan jaminan keamanan tingkat tinggi, perubahan manajemen dan dewan, harus membeli komponen-komponen AS dan membayar denda $1,3 Miliar,” tulis Trump di Twitter pada 25 Mei. “Demokrat tidak melakukan apapun.”

Presiden juga menjelaskan bahwa pertunjukan itikad baiknya dimotivasi oleh keinginan untuk membina hubungan baik dengan Xi. Trump menunjuk pada negosiasi perdagangan yang sedang berlangsung antara kedua negara tersebut, menunjukkan bahwa keputusan ZTE adalah tawar-menawar dalam pembicaraan perdagangan tingkat tinggi yang sedang berlangsung.

Hukuman gabungan yang dibayarkan oleh ZTE kini bertambah hingga $2,29 miliar, dengan tambahan $400 juta dalam bentuk jaminan bahwa Amerika Serikat dapat menarik jika perusahaan Tiongkok tersebut melanggar kesepakatan.

ZTE awalnya melanggar sanksi-sanksi AS terhadap Iran dengan bersekongkol untuk “memasok, membangun, dan mengoperasikan jaringan telekomunikasi di Iran menggunakan peralatan asal AS yang melanggar embargo perdagangan AS,” menurut pernyataan dari Departemen Perdagangan. Perusahaan tersebut juga melanggar ratusan sanksi AS dengan pengiriman peralatan telekomunikasi ke Korea Utara.

Kesepakatan dengan ZTE datang ketika Trump mendorong perdagangan menyeimbangkan kembali dengan Tiongkok. Ross berada di Beijing pada akhir pekan untuk pembicaraan tingkat tinggi. Amerika Serikat mengenakan tarif atas barang-barang Tiongkok senilai $50 miliar pada bulan Maret. Daftar barang-barang detilnya belum selesai.

Trump ingin menggunakan negosiasi-negosiasi perdagangan tersebut untuk menutup kerugian besar-besaran terhadap ekonomi Amerika dari puluhan tahun pencurian kekayaan intelektual dan pemaksaan transfer teknologi oleh rezim komunis Tiongkok. Ross telah mencatat bahwa Amerika Serikat akhirnya mendorong balik, melawan.

“Pemerintahan-pemerintahan sebelumnya merupakan patsy-patsy nyata [seseorang yang mudah dimanfaatkan, terutama dengan ditipu atau disalahkan untuk sesuatu] bagi Tiongkok dan negara-negara lain,” kata Ross kepada CNBC. “Mereka tidak pernah benar-benar mendorong balik.”

Kesepakatan tersebut juga datang kurang dari seminggu sebelum pertemuan puncak Singapura dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. Beijing sangat penting untuk menjaga sanksi-sanksi internasional yang ketat terhadap Korea Utara ketika Trump berusaha memaksa rejim komunis Pyongyang untuk meninggalkan senjata nuklir. Sebagian besar barang masuk ke Korea Utara melalui perbatasannya dengan Tiongkok. Trump telah mengucapkan terima kasih kepada Xi karena mempertahankan kontrol ketat atas perbatasan tersebut.

ZTE adalah perusahaan telekomunikasi Tiongkok pertama yang go public. Ini adalah pembuat smartphone terbesar keempat selama bertahun-tahun sampai jatuh baru-baru ini di peringkat karena persaingan yang agresif.

Sekitar 60 persen komponen-komponen di perusahaan smartphone Axon M berasal dari pabrikan Amerika termasuk Qualcomm, SanDisk, dan Skyworks Solutions, menurut ABI Research.

Sebanyak 1,46 miliar smartphone dikirim secara global pada tahun 2017, bersama dengan pengiriman ZTE 42,8 juta.

Kesepakatan tersebut tidak mungkin menghasilkan lonjakan cepat untuk ZTE. Larangan atas komponen-komponen tersebut membekukan proyek-proyek telekomunikasinya yang sedang berlangsung di seluruh dunia, bersamaan para pelanggan menuntut kompensasi. Larangan atas perangkat lunak tersebut juga memutus jutaan pengguna ZTE dari memperbarui sistem operasi Google Android mereka. (ran)

ErabaruNews