Hujan Lebat di Tiongkok Sebabkan Kematian Akibat Sengatan Listrik

Hujan lebat telah melanda Tiongkok selatan sepanjang minggu, dengan guyuran hujan melebihi perkiraan selama akhir pekan ini. Banjir berikutnya telah menewaskan sedikitnya empat jiwa sebagai akibat dari listrik, menurut perkiraan resmi, meskipun penduduk setempat telah melaporkan lebih banyak lagi.

Penduduk setempat juga menyebut pemerintah setempat telah gagal meningkatkan infrastruktur listrik untuk mencegah terjadinya sengatan listrik seperti yang telah terjadi.

Empat kematian terjadi pada tanggal 8 Juni. Pada tengah hari, seorang pria ditemukan tewas, terbaring tak bergerak di jalan banjir di Kota Zhaoqing di Provinsi Guangdong, Tiongkok selatan, melaporkan portal berita Tiongkok Sohu. Dia kemungkinan meninggal karena kebocoran listrik dari sumber yang tidak diketahui.

Kemudian sekitar jam 5 sore, seorang pelajar berusia 17 tahun di sekolah kejuruan transportasi lokal meninggal karena sengatan listrik saat berjalan dalam hujan di Distrik Baiyun di Guangzhou, ibu kota Provinsi Guangdong, melaporkan media yang dikelola negara, Xinhua. Kemudian ditentukan bahwa kebocoran listrik tersebut berasal dari papan sirkuit 220-volt di dalam kotak kontrol lalu lintas.

Kemudian, pada jam 7 malam, seorang ibu berusia 30 tahun dan putrinya yang berumur 10 tahun, keduanya tersengat listrik di Distrik Chancheng di Kota Foshan yang terletak di Provinsi Guangdong, melaporkan situs berita Hong Kong, Initium Media. Listrik berasal dari kotak saklar listrik di halte bus terdekat. Mereka terbaring tanpa bergerak di dalam air selama sekitar 30 menit sebelum pihak berwenang tiba.

Pada platform media sosial yang populer mirip dengan Twitter, Sina Weibo, beberapa netizen mengungkapkan beberapa kasus pejalan kaki yang membutuhkan perhatian medis setelah mereka tersengat listrik oleh kebocoran listrik dari lampu jalan di Guangzhou dan Foshan, menurut surat kabar Taiwan, Liberty Times, pada 10 Juni.

Seorang pengguna Weibo memposting informasi tentang kematian di Kota Zhongshan di Provinsi Guangdong. Foto yang menyertainya menunjukkan seorang lelaki yang kelihatannya mati karena tersengat listrik, dengan tubuh terseret oleh tongkat dari belakang mobil di tengah air banjir. Tidak diketahui kapan pria itu meninggal.

Ketakutan akan tersengat listrik menyebar di seluruh wilayah tersebut, menurut laporan oleh Radio Free Asia (RFA). Pada tanggal 13 Juni, sebuah gambar beredar online dari seorang petugas polisi setempat yang berdiri di mobil polisi mencoba menarik mayat dari air banjir dengan tongkat untuk menghindari aliran listrik dari sentuhan dengan air.

Beberapa orang lainnya juga meninggal akibat sengatan listrik di tengah jalan-jalan yang tergenang banjir di Distrik Huadu di Guangzhou, menurut warga bernama Hsu, seorang penduduk setempat.

“Saya khawatir. Saat hujan turun dan saya keluar menjemput anak saya, saya selalu memakai sepatu air,” kata Hsu. Dia menambahkan bahwa dia belum melihat otoritas lokal mengambil langkah-langkah untuk mencegah perangkat tegangan tinggi dan sumber daya lainnya dari kebocoran listrik.

Pemerintah setempat harus bertanggung jawab atas kematian ini, kata Jia Pin, seorang aktivis hak asasi manusia dari Provinsi Guangdong, dalam wawancara dengan RFA.

“Guangzhou, menjadi kota di wilayah Delta Sungai Pearl, dipengaruhi oleh banyak angin topan setiap tahun,” kata Jia. “Pemerintah lokal harus tahu tentang hal ini sekarang dan memperbaiki sistem drainase air di kota, untuk mencegah sesuatu seperti ini [sengatan listrik] terjadi.”

Sensor online rezim Tiongkok memiliki kekuatan penuh di Weibo, menurut RFA. Video yang menunjukkan orang-orang kesetrum listrik dihapus dari platform segera setelah posting diunggah.

Ini bukan pertama kalinya orang di Tiongkok mati karena listrik setelah hujan lebat. Pada Juli 2012, ketika hujan paling lebat di lebih dari 60 tahun menghantam Beijing, banjir bandang yang terjadi menyebabkan 77 kematian. Di antara mereka, 46 meninggal karena tenggelam dan lima meninggal karena sengatan listrik. Banjir tersebut sebagian disebabkan oleh terbatasnya kapasitas sistem drainase ibukota. (ran)

ErabaruNews