Jalan Bergelombang Xiaomi Menuju IPO

Smartphone Tiongkok Xiaomi diharapkan menawarkan penawaran umum perdana (IPO) pada bulan Juli adalah salah satu yang paling dinantikan dalam beberapa tahun terakhir.

Bukan hanya IPO terbesar sejak Alibaba pada 2014, tetapi ini juga akan menjadi ujian besar untuk mekanisme membuka lahan baru di daftar saham. Selain itu, saham-saham Xiaomi sedang mengambang di lingkungan pasar baru di mana Beijing terlihat mengekang kelebihan pasar saham. Kinerja IPO Xiaomi pasti akan sangat diteliti.

Xiaomi adalah pembuat smartphone terbesar keempat di Tiongkok berdasarkan pangsa pasar pada 2017, menurut data dari Counterpoint Research. Perusahaan tersebut juga memiliki kehadiran yang kuat di Asia Tenggara, terutama India. IPO-nya, yang akan terdaftar di Hong Kong dan bertujuan untuk mengumpulkan $10 miliar, akan memungkinkan publik untuk membeli saham di perusahaan berusia 8 tahun itu untuk pertama kalinya.

Perusahaan ini akan menjadi salah satu yang pertama yang mengambil keuntungan dari perubahan terbaru dalam aturan Hong Kong Stock Exchange (HKEX) yang memungkinkan daftar kelas ganda. Dalam daftar kelas ganda, perusahaan dapat mendaftarkan kelas saham lain yang memiliki hak suara lebih sedikit daripada saham yang disimpan oleh para pendiri, yang memungkinkan para pendiri untuk tetap mengendalikan perusahaan. HKEX pertama kali mengumumkan perubahan tersebut Desember lalu.

Hingga minggu ini, Xiaomi juga dijadwalkan menjadi salah satu raksasa teknologi Tiongkok pertama yang benar-benar menjual saham di daratan, dengan mengeluarkan apa yang disebut dengan China Depository Receipt (CDR) di Tiongkok daratan sesaat setelah IPO-nya di Hong Kong. CDR, dimodelkan setelah ADR (American Depository Receipts) di Amerika Serikat, adalah sertifikat yang diperdagangkan secara publik yang mewakili kepemilikan di perusahaan yang terdaftar di luar negeri, tetapi dapat ditukarkan secara lokal dan dalam mata uang lokal.

Tetapi secara tiba-tiba berputar balik pada 18 Juni, Xiaomi menunda penerbitan CDR daratan, menurut pernyataan oleh China Securities Regulatory Commission (CSRC). Perusahaan tidak memberikan alasan tentang penundaan tersebut.

Chinese Depository Receipts

Dewan Negara Tiongkok pertama kali memperkenalkan konsep CDR pada bulan Maret, memungkinkan perusahaan yang sudah terdaftar di bursa luar negeri dengan penilaian lebih dari 200 miliar yuan ($31 miliar) untuk mengejar CDR daratan.

Raksasa teknologi Tiongkok lainnya termasuk Tencent, Alibaba, dan JD.com awalnya memilih untuk mendaftar ke luar negeri (Hong Kong atau New York) karena mereka mengadopsi struktur holding yang kompleks atau menuntut saham kelas ganda, yang semuanya tidak diizinkan oleh bursa-bursa saham yang ada di Tiongkok.

CDR memotong peraturan-peraturan ini sepenuhnya, memungkinkan para penerbit untuk memasuki pasar dalam negeri dan meningkatkan kehadiran lokalnya. Diyakini bahwa Alibaba dan Baidu berencana untuk menerbitkan CDR di Tiongkok musim panas ini juga.

Kekhawatiran untuk para regulator adalah permintaan mendadak untuk CDR, dimana dapat menyedot likuiditas di pasar-pasar saham dan menciptakan gelembung-gelembung pasar saham baru.

Goyangan-goyangan liar dari IPO-IPO daratan baru-baru ini telah mendorong CSRC tersebut meminta para “emiten, penjamin emisi, dan investor institusional untuk ‘berhati-hati’ dalam proses pembuatan buku penawaran umum perdana,” menurut laporan 15 Juni oleh South China Morning Post. Regulator secara khusus menyebutkan IPO baru-baru ini dari perusahaan-perusahaan ekonomi baru yang inovatif dan daftar CDR yang akan datang sebagai contoh.

Penilaian Setinggi Langit

Penilaian Xiaomi yang diharapkan, dimana semula dikatakan mendekati $100 miliar, sangat tinggi mengingat bahwa ia tidak pernah mendapat untung. Dengan dipertimbangkan rencana-rencana CDR ditangguhkan, penilaian perusahaan tersebut kemungkinan akan menurun.

Xiaomi kehilangan sekitar 7 miliar yuan ($1,1 miliar) selama kuartal pertama 2018. Perusahaan ini dikenal sebagai merek gaya hidup dan dalam beberapa tahun terakhir telah berkembang agresif dalam perangkat elektronik rumah tangga dan hal-hal tentang internet (IoT) selain smartphone.

Sebuah editorial berjudul “Haruskah Xiaomi Menjadi Lebih dari Dua Kali Semahal Seperti Apple?” Diterbitkan di Caixin Magazine, sebuah jurnal bisnis daratan yang dipandang, awal bulan ini. Laporan tersebut mempertanyakan penilaian yang diharapkan dari Xiaomi, yang diperkirakan akan menjadi antara 27-34 kali proyeksi pendapatan 2019. Itu sekitar dua kali penilaian untuk Apple, yang memiliki kelipatan 14,5 menggunakan metrik yang sama.

“Beberapa analis dan manajer dana (fund manager) mengatakan kepada Caixin bahwa evaluasi-evaluasi bank investasi melebihi ekspektasi pasar,” kata laporan tersebut.

Bahkan badan pengatur sekuritas Tiongkok tidak sepenuhnya yakin. CSRC baru-baru ini mengeluarkan dokumen umpan balik, dimana berisi 84 pertanyaan, meminta informasi lebih lanjut dari Xiaomi sehubungan dengan daftar CDR yang sebelumnya diharapkan.

Di antara pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah keberatan atas pernyataan Xiaomi bahwa ia adalah perusahaan internet. CSRC meminta Xiaomi untuk memperjelas posisinya mengingat bahwa kurang dari 10 persen dari pendapatan operasinya berasal dari IoT dan bisnis-bisnis internet lainnya sementara sebagian besar pendapatannya berasal dari penjualan-penjualan smartphone dan perangkat keras. Perusahaan internet biasanya menikmati penilaian yang lebih tinggi daripada produsen-produsen perangkat keras. (ran)

ErabaruNews