Kelabakan karena Sengketa Meningkat, Tiongkok Turunkan Tarif Pakan Ternak dari Negara Asia

BEIJING – Tiongkok akan menghapus tarif impor untuk bahan-bahan pakan ternak termasuk kedelai, bungkil kedelai, dan biji rapeseed (Brassica napus) dari lima negara Asia, Kementerian Keuangan mengatakan pada 26 Juni, tanda bahwa Beijing mencari pasokan alternatif dari komoditas tersebut akibat sengketa perdagangan dengan Amerika Serikat meningkat.

Tiongkok akan menurunkan tarif pada kedelai, bungkil kedelai, bungkil kedelai padat, rapeseed, dan tepung ikan yang berasal dari Bangladesh, India, Laos, Korea Selatan, dan Sri Lanka mulai pada 1 Juli, kata kementerian tersebut.

Tarif untuk kedelai saat ini mencapai 3 persen, rapeseed (dikenal sebagai biji penghasil minyak canola) sebesar 9 persen, bungkil kedelai dan bungkil kedelai padat sebesar 5 persen, dan tepung ikan sebesar 2 persen.

Meskipun pemerintah telah merencanakan pemotongan tarif tersebut sejak Maret, pemotongan tersebut mengindikasikan bahwa Tiongkok sedang mengambil langkah untuk mengurangi ketergantungannya pada kedelai AS di tengah meningkatnya sengketa perdagangan antara kedua negara tersebut. Kedelai adalah impor pertanian terbesar Tiongkok dari Amerika Serikat berdasarkan nilainya.

Kecuali India, negara-negara tersebut termasuk produsen kedelai yang relatif kecil. Tak satu pun dari mereka mengekspor biji minyak tersebut ke Tiongkok pada tahun 2017.

India menanam 11 juta ton biji-bijian di tahun pemasaran 2016–2017, tetapi hanya mengekspor 269.000 ton, menurut data dari Departemen Pertanian AS.

Namun, negara tersebut mengekspor lebih dari 2 juta ton bungkil kedelai secara global.

India menghasilkan 7 juta ton rapeseed pada tahun itu juga, tetapi tidak mengekspor hasil panen apapun.

Tiongkok setuju untuk menurunkan tarif pada lebih dari 2.000 item sebagai bagian dari Perjanjian Perdagangan Asia-Pasifik yang ditandatangani di Thailand pada Januari 2017. Kementerian keuangan mengumumkan pemotongan tarif tersebut pada bulan Maret.

Namun, langkah itu terjadi kurang dari dua minggu setelah Beijing mengatakan akan memberlakukan tarif tambahan 25 persen pada 659 barang AS senilai $50 miliar, termasuk kedelai, karena perselisihan perdagangan yang berkepanjangan antara dua ekonomi teratas dunia tersebut meningkat.

Hukuman itu adalah pembalasan atas keputusan Washington yang mengenakan tarif atas barang-barang Tiongkok senilai $50 miliar. Ketika tarif kedelai pertama kali diusulkan, berita tersebut mendorong harga-harga kedelai dari pemasok lain seperti Brasil.

Amerika Serikat adalah pengekspor kedelai terbesar kedua di dunia, setelah Brasil. Ketergantungan Tiongkok pada kedelai asing dapat berarti akan dipaksa membeli kedelai dengan harga-harga lebih tinggi, yang akan merembes ke dompet konsumen yang berpenghasilan lebih rendah. (ran)

ErabaruNews