Hotel Tiongkok Kenakan Tarif Diskriminatif Bagi Warga Amerika di Tengah Perang Dagang

SHENZHEN, Tiongkok – Di tengah perang perdagangan yang meningkat antara Washington dan Beijing, sebuah hotel di kota Shenzhen, Tiongkok selatan, telah memberlakukan kebijakan diskriminatif yang membebani para tamu biaya tambahan sebesar 25 persen, setara dengan 25 persen tarif balas-membalas yang dimainkan oleh kedua negara tersebut.

Tiga anggota staf di Modern Classic Hotel Group, yang menolak untuk diidentifikasi, mengatakan kepada Reuters bahwa kebijakan tersebut telah diposting di hotel pada 12 Juli tetapi sejak itu telah dihapus.

Global Times, tabloid yang diterbitkan oleh Partai Komunis Tiongkok yang berkuasa, mengatakan dalam sebuah laporan tertanggal 12 Juli bahwa Modern Classic Hotel Group telah memasang pemberitahuan di hotelnya yang menginformasikan kepada para tamu tentang biaya tambahan tersebut.

Mengutip seorang juru bicara hotel, yang bernama Yang, mengatakan bahwa hotel tersebut telah memposting pemberitahuan minggu lalu pada tanggal 6 Juli, ketika tarif-tarif tersebut mulai berlaku.

Namun pada 13 Juli, hotel membantah laporan tersebut. “Kami tidak tahu dari mana berita ini berasal. Ponsel saya telah berdering sepanjang hari ini,” kata Bai Lulu, seorang manajer front office, kepada Reuters di hotel.

“Kami memperlakukan semua tamu kami sama rata. Kami tidak akan membebani satu jenis tamu lebih banyak dari jenis tamu lain,” kata Bai, sambil menambahkan bahwa hotel tersebut saat ini tidak memiliki tamu-tamu Amerika.

Namun, anggota staf lainnya, yang menolak diidentifikasi, mengatakan memang ada pemberitahuan yang mengatakan bahwa orang-orang Amerika akan dikenakan biaya tambahan.

“Ada iklan di restoran kemarin yang menyatakan bahwa orang Amerika akan dikenakan biaya tambahan 25 persen. Kami memotretnya.”

Global Times mengutip seorang juru bicara hotel tersebut yang bernama Yang telah mengatakan bahwa bos mereka “benar-benar marah dengan tarif tak berkesudahan yang AS rencanakan untuk diberlakukan di Tiongkok.”

Ada sedikit bukti publik hingga saat ini tentang kegiatan anti-Amerika di Tiongkok ketika sengketa perdagangan telah tumbuh semakin pahit.

Amerika Serikat dan Tiongkok masing-masing memberlakukan tarif 25 persen untuk barang-barang milik negara satu sama lain senilai $34 miliar. Minggu ini, Washington menerbitkan satu set tarif baru yang diusulkan mengenai tambahan senilai $200 miliar untuk barang-barang dari Tiongkok, yang kemudian meningkatkan konflik tersebut. Tiongkok berjanji akan membalas.

Beberapa sumber mengatakan kepada Reuters bahwa Tiongkok mengeluarkan panduan ketat untuk medianya, melarang serangan-serangan pribadi terhadap Presiden AS Donald Trump dan membatasi komentar terbuka dalam upaya nyata untuk menghindari eskalasi yang tidak disengaja.

Pihak-pihak berwenang juga menyensor postingan-postingan yang berpotensi sensitif di media sosial seperti Weibo, layanan mirip Twitter milik Tiongkok, di mana hal-hal yang berkaitan dengan perdagangan sebagian besar dijauhkan dari daftar topik-topik yang sedang hangat tersebut. (ran)

ErabaruNews