Tiongkok Desak Pertumbuhan Sektor Kesehatan dan Pendidikan untuk Mendorong Ekonomi dengan Memeras Rakyat untuk Mewujudkannya

Karena perang perdagangan AS-Tiongkok telah meninggalkan pasar keuangan Tiongkok dalam kesulitan di tengah ekonomi yang sudah melambat, Tiongkok baru-baru ini mengumumkan rencana untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Dalam artikel 16 Juli, Harian Informasi Ekonomi, surat kabar yang dijalankan oleh media pemerintah Tiongkok Xinhua, beralasan bahwa karena “pertumbuhan meledak” di dalam “permintaan inelastis” (tidak dipengaruhi oleh perubahan harga) untuk perawatan lansia (orang-orang lanjut usia), pendidikan, dan perawatan kesehatan, bidang-bidang ini harus lebih dikomersialkan dan diekspos untuk kekuatan pasar. Orang akan menghabiskan lebih banyak uang di sektor-sektor ini, sehingga meningkatkan ekonomi secara keseluruhan, kata artikel itu.

“Perawatan lansia, pendidikan, dan perawatan kesehatan … mudah-mudahan akan menjadi ‘tiga gerbong’ yang mendorong permintaan domestik negara kita,” tulisnya.

Tetapi bagi warga biasa negara Tiongkok, perawatan lansia, pendidikan, dan perawatan kesehatan adalah tepat tiga bidang yang menempatkan beban keuangan terberat pada rumah tangga mereka, disebut sebagai “tiga gunung besar.”

Para pengguna internet Tiongkok mengkritik saran di luar nalar yang tidak dapat menghargai kesulitan orang lain dalam artikel tersebut untuk mengubah layanan-layanan dasar, yang disediakan oleh program-program kesejahteraan sosial di sebagian besar negara-negara lain, menjadi bisnis-bisnis yang menguntungkan.

Sementara itu, kritik publik telah menyoroti krisis-krisis domestik yang dihadapi masyarakat Tiongkok.

Perawatan Lansia

Populasi Tiongkok cepat menua. Menurut statistik resmi, jumlah orang yang berusia di atas 60 tahun mencapai 241 juta pada akhir tahun 2017, mewakili 17,3 persen dari seluruh populasi tersebut. Selain itu, 40 juta lansia cacat atau memiliki beberapa bentuk demensia (gangguan mental atau pikiran).

“Ini adalah hal yang biasa di antara panti jompo bahwa orang-orang gagal menemukan bahkan hanya untuk satu tempat tidur kosong,” artikel oleh Harian Informasi Ekonomi mengakui. “Konflik yang diciptakan oleh ledakan permintaan dan kekurangan pasokan yang sedang meningkat tajam.”

Sistem perawatan lansia Tiongkok terlalu terbebani. Namun jangankan menawarkan solusi, artikel tersebut mendesak orang untuk mengeksploitasi permintaan yang tinggi tersebut untuk mendapatkan keuntungan, menyebut perawatan lansia sebagai “tambang ‘yang menguntungkan berikutnya’ [untuk menghasilkan uang] setelah pasar real estat.”

Pendidikan

Di bidang pendidikan, artikel tersebut menyebutkan pertumbuhan sekolah-sekolah yang telah penuh berjejalan tidak sesuai standar lembaga pembelajaran sebagai tanda bahwa “pasar pendidikan” dapat dikembangkan lebih lanjut.

Saat ini ada lebih dari 220.000 sekolah penuh sesak di Tiongkok, yang dihadiri oleh sekitar 137 juta siswa, sekitar 70 persen dari semua anak usia sekolah, menurut ChinaNews.com yang dikelola pemerintah.

kesehatan lansia
Siswa sekolah menengah mengerjakan lembar ujian menjelang ujian masuk perguruan tinggi “gaokao” tahunan, di Provinsi Hebei, Tiongkok, pada 23 Mei 2018. (AFP / Getty Images)

Biaya-biaya sekolah yang padat tersebut bisa berharga puluhan dan ratusan ribu yuan (ribuan hingga puluhan ribu dolar) setiap semester sekolah, suatu jumlah yang terlalu mahal bagi banyak keluarga.

Menurut artikel oleh Harian Informasi Ekonomi, jumlah tahunan yang dihabiskan rumah tangga perkotaan untuk pendidikan telah tumbuh rata-rata sekitar 20 persen setiap tahun dalam beberapa tahun terakhir.

Namun banyak siswa harus menghadiri sekolah padat tersebut untuk mendapatkan kesempatan unggul dalam sistem pendidikan yang sangat kompetitif. Laporan media Tiongkok sebelumnya menggambarkan guru sekolah yang akan menolak untuk mengajarkan topik-topik pelajaran secara keseluruhan di dalam kelas, untuk menekan siswa agar mau menghadiri les pelajaran tambahannya setelah sekolah.

Kesehatan

Pada bulan Juli, box-office Tiongkok yang berjudul “Dying to Survive” mendorong diskusi publik tentang masalah yang dihadapi banyak keluarga kelas menengah: tidak mampu membeli obat mahal telah menjadi kenyataan putus asa bagi orang-orang yang mengidap penyakit serius.

Tiongkok memiliki sistem asuransi nasional, tetapi warga negara sering khawatir jika mengonsumsi obat-obatan domestik yang dilindungi oleh asuransi karena kualitas obatnya yang buruk. Obat-obatan asing mahal karena banyak yang memiliki tarif impor tinggi.

Sementara itu, perawatan untuk penyakit serius sering tidak dilindungi oleh asuransi.

Menurut survei tahun 2015 oleh Dewan Negara pemerintah pusat, di antara lebih dari 70 juta petani di Tiongkok yang diidentifikasi sebagai “berada dalam kemiskinan,” sekitar 42 persen mengatakan mereka menjadi miskin karena beban ekonomi yang disebabkan oleh penyakit.

Pihak berwenang meskipun demikian ingin mengembangkan sektor kesehatan. Dalam garis besar rencana kesehatan negara tahun 2030, Dewan Negara mengusulkan untuk mengembangkan industri layanan kesehatan swasta hingga skala 16 triliun yuan (sekitar $2,4 triliun), hampir tiga kali lipat skala 5,6 triliun yuan (sekitar $830 miliar) pada tahun 2016.

Artikel yang menjelaskan keinginan pemerintah untuk memasarkan kebutuhan vital demi bisnis-bisnis yang menguntungkan tersebut telah memicu kemarahan di kalangan para netizen.

“Pendidikan, perawatan medis, dan perawatan lansia adalah hak dan kesejahteraan warga negara yang layak untuk dinikmati,” netizen “ah xing ff” mengomentari artikel Informasi Ekonomi Harian tersebut. “Apakah ia [pemerintah] bahkan membiarkan orang terus-menerus bertahan hidup dalam kesulitan?” Netizen mengungkapkan sentimen yang banyak dilakukan oleh orang lain: Jika permintaan terus bertumbuh sesuai dengan artikel tersebut, harga-harga bisa naik lebih jauh lagi. (ran)

ErabaruNews