Campur Tangan Beijing di Selandia Baru di ‘Tingkat Kritis’

Aktivitas pengaruh politik Beijing di Selandia Baru telah mencapai tingkat kritis dan merupakan ancaman terhadap kedaulatan negara tersebut, memperingatkan laporan yang dirilis oleh dinas intelijen Kanada.

Dinas Intelijen Keamanan Kanada (CSIS) menyusun laporan berdasarkan pandangan dan makalah singkat yang disumbangkan oleh para ahli yang tidak disebutkan namanya pada lokakarya 6 Maret yang berfokus pada dampak dari berlanjutnya peningkatan Tiongkok sebagai pemain global yang berpengaruh.

Kegiatan Beijing di Selandia Baru (anggota jaringan berbagi intelijen Five Eyes, bersama dengan AS, Australia, Inggris, dan Kanada) dipilih dengan keprihatinan.

“Selandia Baru memberikan studi kasus yang jelas tentang keinginan Tiongkok dalam menggunakan hubungan-hubungan ekonomi untuk mengganggu kehidupan politik negara mitra,” kata laporan CSIS yang dipublikasikan akhir bulan lalu.

“Sebuah strategi agresif telah berusaha mempengaruhi pengambilan keputusan politik, mengejar keuntungan yang tidak adil dalam perdagangan dan bisnis, menekan kritik terhadap Tiongkok, memfasilitasi peluang spionase, dan mempengaruhi masyarakat Tionghoa di luar negeri,” kata laporan tersebut.

“Kampanye ini bertujuan untuk mendapatkan dukungan bagi agenda-agenda politik dan ekonomi pemerintah Partai Komunis Tiongkok (PKT) dengan mengooptasi elit-elit politik dan ekonomi. Ia juga berusaha mengakses informasi dan sumber daya-sumber daya strategis,” katanya.

“Upaya-upaya Tiongkok merusak integritas sistem politik Selandia Baru, mengancam kedaulatan Selandia Baru, dan secara langsung mempengaruhi hak-hak warga negara Selandia Baru terhadap kebebasan berbicara, berserikat, dan beragama.”

Tonton episode China Uncensored tentang bagaimana satu anggota parlemen Selandia Baru dulu bekerja untuk aparat mata-mata Tiongkok:

Laporan tersebut menambahkan bahwa kepemimpinan atas pandangan-pandangan Beijing yang mengupayakan Selandia Baru sebagai pola dasar tentang bagaimana ia ingin hubungan-hubungan menyerupai dengan negara-negara lain. “Kegiatan pengaruh politik RRC di Selandia Baru kini telah mencapai tingkat kritis,” kata laporan tersebut.

Di antara pengaruh kegiatan-kegiatan yang diterapkan oleh PKT adalah sumbangan politik yang ditargetkan melalui tokoh-tokoh bisnis etnis Tionghoa dan upaya besar untuk membawa komunitas etnis Tionghoa, termasuk media bahasa Mandarin, di bawah kendalinya.

“Beberapa dari kegiatan ini membahayakan keamanan nasional Selandia Baru secara langsung, sementara yang lain memiliki efek penghancuran jangka panjang,” kata laporan itu.

“Dampak dari kegiatan pengaruh politik Tiongkok pada demokrasi Selandia Baru sangat besar: pembatasan kebebasan berbicara, agama dan asosiasi untuk komunitas etnis Tionghoa, pembungkaman debat tentang RRC di ranah publik yang lebih luas, dan pengaruh merusak pada sistem politik melalui pengaburan kepentingan-kepentingan pribadi, politik, dan ekonomi.”

Laporan CSIS tersebut muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran publik tentang pengaruh Beijing di Selandia Baru setelah publikasi penelitian yang dilakukan oleh Universitas Canterbury Profesor Anne-Marie Brady.

Pada bulan September tahun lalu, Brady menerbitkan sebuah makalah, “Magic Weapons: China’s Political Influence Activities Under Xi Jinping” (Senjata Sulap: Aktivitas Pengaruh Politik Tiongkok di Bawah Xi Jinping), yang berfokus pada pengaruh Tiongkok di Selandia Baru, dan pada bulan November ia mengeluarkan saran kebijakan yang didedikasikan untuk bagaimana pemerintahnya harus menangani apa yang ia gambarkan sebagai “kampanye campur tangan asing yang dilakukan oleh Republik Rakyat Tiongkok (RRT).”

Apa yang terjadi di Selandia Baru telah mencerminkan kekhawatiran di Australia yang berdekatan. Awal tahun ini, sumber-sumber mengatakan kepada 9 NEWS bahwa Tiongkok menduduki daftar indeks rahasia kontra intelijen antar negara dari agen mata-mata domestik Australia sebagai ancaman paling ekstrem terhadap keamanan nasional negara tersebut. (ran)

ErabaruNews