Lima Orang Ditahan di New York karena Mengimpor Sepatu Nike Palsu dari Tiongkok

Lima orang telah dituntut di New York karena mengimpor, memproduksi, dan mendistribusikan ratusan ribu pasang sepatu Nike palsu yang berasal dari Tiongkok.

Suen Miyuki (43 tahun), Huang Jianmin (42 tahun), dan Chen Kinlui (52 tahun), dari New York City; dan Qu Songhua (54 tahun), dan Qu Fangrang (31 tahun), dari Hicksville, New York, telah didakwa di pengadilan federal Manhattan karena bersekongkol untuk memperdagangkan Nike Air Jordans palsu, menurut siaran pers 7 Agustus dari Departemen Kehakiman AS.

“Kelima terdakwa dalam kasus ini diduga telah memalsukan sepatu-sepatu Nike palsu senilai lebih dari US$70 juta dan menjualnya kepada para pembeli di pasar AS,” kata Jaksa AS, Geoffrey S. Berman dalam pernyataannya.

Meskipun siaran pers tidak menentukan etnis atau kewarganegaraan dari mereka yang didakwa, nama-nama mereka menunjukkan bahwa mereka mungkin orang Tiongkok.

Kelima terdakwa tersebut mengimpor sepatu yang mirip dengan Nike Air Jordans dari Tiongkok. Begitu sepatu kets ini tiba di New York, para penyelundup yang didakwa tersebut, bersama dengan rekan-rekan komplotan lainnya, akan menempelkan logo Nike palsu pada sepatu-sepatu tersebut.

Dari Januari 2016 hingga sekitar Juli 2018, lima terdakwa tersebut telah mengimpor lebih dari 380.000 pasang sepatu dalam setidaknya 42 kontainer pengiriman dari Tiongkok. Sepatu-sepatu kets tersebut kemudian disimpan di beberapa unit penyimpanan dan gudang di New York City dan di tempat lain.

Pada 7 Agustus, setelah penggeledahan yang disahkan pengadilan di sebuah gudang, beberapa unit penyimpanan, dan tempat tinggal, agen penegak hukum federal menemukan ribuan sepatu kets palsu, bersama dengan logo-logo Nike tiruan dan mesin untuk menempelkannya. Kelima terdakwa tersebut kemudian ditangkap.

Masing-masing terdakwa menghadapi hukuman maksimal 20 tahun penjara.

Investigasi tersebut dilakukan oleh divisi Penyelidikan Keamanan Dalam Negeri dari Penegakan Bea Cukai dan Imigrasi (ICE-HSI) dan Departemen Kepolisian New York, dengan bantuan dari Perlindungan Perbatasan dan Bea Cukai AS.

“Kelima orang ini diduga telah menjadi bagian dari skema pemalsuan skala besar,” kata Agen Khusus ICE-HSI Angel M Melendez dalam siaran pers. “Jaringan pemalsuan ini dapat merusak ekonomi kita dan mengancam keamanan nasional kita.”

Sebagian besar barang palsu dunia dibuat di Tiongkok. Menurut laporan 2017 tentang penyitaan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) oleh Departemen Keamanan Dalam Negeri AS, ada 34.143 penyitaan HKI di Amerika Serikat pada tahun 2017, dimana 46 persen berasal dari Tiongkok dan 32 persen berasal dari Hong Kong.

Jika asli, barang-barang yang disita dari Tiongkok dan Hong Kong tersebut akan memiliki harga eceran sekitar $940 juta, menurut laporan itu.

Dari 34.143 sitaan, pakaian dan aksesoris pakaian adalah kategori barang yang paling umum dengan 5.223 sitaan atau 15 persen dari total, diikuti oleh jam tangan dan perhiasan dengan 4.297 sitaan (13 persen), dan alas kaki dengan 4.224 sitaan (12 persen).

Pada bulan Mei, agen bea cukai AS di Laredo, Texas, telah menyita barang tiruan senilai $16 juta yang berasal dari Tiongkok. Barang-barang yang disita tersebut termasuk pakaian disainer terkenal, barang elektronik, dan sepatu olahraga, meniru merek seperti Hermes, Louis Vuitton, Chanel, Adidas, Nike, Apple, dan Sony.

Dua bulan kemudian, pada bulan Juli, agen bea cukai di Laredo telah menyita 181.615 potong barang dagangan yang melanggar merek dagang yang berasal dari Tiongkok, dengan perkiraan nilai pasar lebih dari $42.9 juta. Di antara barang-barang yang disita tersebut adalah tiruan dari merek pakaian terkenal seperti Adidas, Calvin Klein, Nike, Under Armor, dan Diesel. (ran)

ErabaruNews