Bangkai Babi Terserang Flu Babi Afrika Diolah Kembali Timbulkan Kecemasan di Tiongkok

Flu babi Afrika telah memakan korban babi di seluruh Tiongkok, dengan dua wabah baru yang terdaftar di provinsi timur Anhui dalam dua hari.

Pada 11 September, menurut media Tiongkok Southern Metropolis Daily, pemerintah setempat di kota Shenzhen telah menemukan 750 kilogram daging babi tanpa izin di sebuah rumah kecil. Menurut rumor itu adalah daging babi berasal dari bangkai babi yang telah digali dan kemudian dijual.

Ketika petugas patroli Shenzhen membuka pintu salah satu kamar rumah tersebut, mereka menemukan kepala babi tergeletak di tanah, dan babi busuk disimpan dalam dua freezer besar. Pihak berwenang belum menemukan pemilik rumah, atau menentukan asal babi tersebut. Mereka tidak menguji babi tersebut untuk mengetahui apakah babi itu sudah terinfeksi dengan virus flu babi Afrika sebelum dibuang.

Wabah pertama flu babi Afrika di Tiongkok telah dilaporkan pada awal Agustus di kota timur laut Shenyang, Provinsi Liaoning.

Pada 12 September, Biro Pertanian dan Peternakan Hewan Provinsi Anhui dan Veteran melaporkan dua wabah baru dalam dua hari sebelumnya, telah membuat delapan wabah total di provinsi tersebut. Wabah lainnya telah dilaporkan di provinsi Tiongkok timur laut dan Heilongjiang, Liaoning, Henan, Zhejiang, dan Jiangsu.

Pada 13 September, Kementerian Pertanian dan Urusan Pedesaan Tiongkok menerbitkan pengumuman untuk memerintahkan penangguhan sementara secara nasional atas penggunaan semua jenis produk darah babi dalam pakan babi. Peraturan baru ini juga mewajibkan provinsi yang telah mengalami wabah untuk berhenti memberi makan babi, dan untuk melakukan tes sampling.

Meskipun ada peraturan, banyak orang Tionghoa masih khawatir karena penyensoran informasi sensitif tentang wabah tersebut dan karena laporan-laporan bahwa daging babi yang terinfeksi sedang dibuat menjadi sosis.

Video yang dibagikan secara luas menunjukkan para pekerja di sebuah pabrik sosis yang membuat daging dari bangkai babi yang berlumur lumpur, meningkatkan banyak spekulasi bahwa babi-babi tersebut telah mati karena flu babi Afrika dan telah dikubur sebelum diproses sebagai makanan.

Wu Xiaodong, seorang peneliti di Pusat Kesehatan Hewan dan Epidemiologi Tiongkok, mengatakan bahwa virus flu babi Afrika dapat bertahan selama sepuluh tahun dalam daging beku. Jika tidak dikendalikan, epidemi tersebut bisa merusak industri daging babi Tiongkok.

Menurut Biro Statistik Nasional Tiongkok, Tiongkok memiliki 409 juta babi hidup pada akhir Juni 2018, dan telah menghasilkan 334 juta babi hidup dalam enam bulan pertama. Harga rata-rata untuk babi hidup adalah sekitar 15 yuan per kg, dan setiap babi memiliki berat antara 100 dan 150 kg, yang menambahkan pendapatan tahunan bersih hingga 1,25 triliun yuan ($180 miliar). (ran)