Untuk Redakan Ketakutan Pasar, Beijing Berikan Sinyal Siap Berkompromi

WASHINGTON – Seorang pejabat tinggi Tiongkok menawarkan perdamaian pada Amerika, mengatakan bahwa Beijing ingin melanjutkan pembicaraan perdagangan dengan Washington.

“Pihak Tiongkok siap untuk berdiskusi dengan Amerika Serikat mengenai isu-isu yang menjadi perhatian bersama dan bekerja untuk solusi perdagangan yang dapat diterima kedua belah pihak,” Wakil Ketua Tiongkok Wang Qishan mengatakan pada Bloomberg New Economy Forum di Singapura pada 6 November.

Pidato Wang datang di tengah upaya oleh para pemimpin Partai Komunis untuk menenangkan investor-investor global yang terganggu oleh perang perdagangan AS-Tiongkok dan perlambatan ekonomi yang memburuk dalam ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.

Meningkatnya perang dagang dan ekonomi yang ambruk telah menyebabkan kepanikan yang terjadi di pasar saham Tiongkok tahun ini. Secara keseluruhan, Shanghai Composite telah kehilangan hampir 25 persen nilainya sejak mencapai puncaknya pada bulan Januari. Dan Indeks Komposit Shenzhen (Shenzhen Composite Index) yang lebih kecil turun lebih dari 30 persen. Kedua tolok ukur sekarang tenggelam di pasar di mana harga sedang jatuh.

“Tiongkok dan AS akan mendapat keuntungan dari kerja sama dan keluar dari konfrontasi. Hubungan kami akan berdampak langsung pada stabilitas global,” kata Wang, menambahkan bahwa negativitas dan kemarahan bukanlah cara untuk mengatasi masalah yang muncul dari globalisasi. Dia juga menyatakan bahwa Tiongkok telah menolak “mentalitas Perang Dingin dan politik kekuasaan.”

Saham-saham Asia memiliki tanggapan yang beragam terhadap komentar Wang. Indeks Hang Seng Hong Kong naik 0,8 persen sementara pasar Tiongkok daratan mengakhiri hari perdagangan lebih rendah pada 6 November.

Pidato Wang memiliki nada yang lebih damai daripada pernyataan konfrontatif Xi pada pembukaan pameran bisnis internasional di Shanghai pada 5 November.

Dalam pidatonya, pemimpin Tiongkok telah mengkritik pendekatan perdagangan Trump, mencela sebagai praktik-praktik perdagangan “hukum rimba” dan “beggar-thy-neighbor” (memperbaiki masalah ekonomi dengan cara memperburuk masalah ekonomi negara lain).

Komentar-komentar Xi tersebut telah menumpulkan harapan bahwa kedua belah pihak dapat mengakhiri ketegangan pada KTT G20 di Argentina bulan ini.

Xi juga telah mencoba meredakan kekhawatiran tentang situasi ekonomi Tiongkok.

“Perekonomian Tiongkok bukanlah kolam tetapi laut,” kata Xi. “Angin kencang dan badai bisa membuat kolam menjadi kacau, tetapi tidak pernah terjadi pada laut.”

JANJI UNTUK LIBERALISASI DAN KOMPROMI

Baik Wang maupun Xi telah menggambarkan diri mereka sebagai pedagang-pedagang bebas, menjanjikan untuk menurunkan tarif impor dan meningkatkan akses ke pasar Tiongkok.

“Tiongkok akan tetap berkomitmen pada kebijakan keterbukaannya, membiarkan pasar bekerja dengan daya tariknya,” kata Wang, menambahkan bahwa Beijing akan menerapkan “liberalisasi perdagangan dan investasi” dan “mendukung reformasi Organisasi Perdagangan Dunia dengan segera.”

Para pejabat Tiongkok, bagaimanapun, tidak memberikan indikasi bahwa mereka siap memenuhi daftar panjang tentang permintaan perdagangan Washington, seperti mengakhiri pencurian cyber, memaksa perusahaan-perusahaan patungan, dan pencurian intelektual.

Menurut para ahli, menyetujui tuntutan tersebut akan melemahkan rencana rezim komunis untuk mencapai dominasi dalam industri teknologi tinggi, seperti yang digariskan dalam cetak biru ekonomi “Made in China 2025.”

Janji Wang untuk lebih banyak liberalisasi dan kompromi tidak cukup meyakinkan, menurut Scott Kennedy, kepala studi Tiongkok di Center for Strategic and International Studies di Washington.

Mengikuti pidato Wang, dia menulis di Twitter bahwa Presiden sekaligus pendiri Eurasia Group Ian Bremmer, yang merupakan moderator di forum di Singapura, meminta para penonton untuk mengangkat tangan mereka jika mereka berpikir bahwa pidato Wang telah menunjukkan kesediaan baru Beijing untuk lebih liberalisasi dan kompromi.

“Hampir tidak ada yang mengangkat tangan. Wang tidak mendapatkan dukungan dalam forum tersebut,” tulis Kennedy.

TINDAKAN-TINDAKAN KONKRIT

Eropa juga selaras dengan Washington dalam upaya untuk mengakhiri kebijakan ekonomi dan perdagangan yang tidak adil dari Beijing.

Perusahaan-perusahaan Eropa khawatir tentang peraturan Tiongkok yang mengharuskan usaha patungan secara paksa, pencurian kekayaan intelektual, dan perlakuan yang tidak adil terhadap perusahaan-perusahaan asing, kata Carlo D’Andrea, wakil presiden Kamar Dagang Uni Eropa di Tiongkok.

“Yang penting adalah tindakan konkret yang akan datang dan bahwa reformasi diatur secara jelas,” D’Andrea mengatakan kepada Financial Times pada 5 November. “Jika Tiongkok benar-benar akan melanjutkan keterbukaan, kami mempunyai komitmen-komitmen tambahan dan spesifik yang diharapkan untuk diumumkan oleh Presiden Xi hari ini.”

Selama beberapa dekade, Beijing belum melakukan tindakan nyata untuk memenuhi janji-janjinya. Dan itulah alasan mengapa pemerintahan Trump telah memilih untuk mengambil sikap yang lebih keras terhadap kebijakan proteksionis dan distorsi perdagangan Tiongkok selama puluhan tahun.

Untuk mengakhiri “agresi ekonomi” Tiongkok, Washington telah memungut bea tarif atas barang-barang Tiongkok senilai $250 miliar dan memberlakukan pembatasan investasi Tiongkok.

“Kita telah melakukan semua dialog yang berlangsung selama 15 hingga 16 tahun, dan tidak ada yang tercapai,” kata Patrick Mulloy, mantan anggota Komisi Kajian Ekonomi dan Keamanan AS dan mantan asisten sekretaris di Departemen Perdagangan AS. “Cara pemerintahan dalam mengatasi masalah ini tentu membuat orang berpikir bahwa kita harus menyelesaikan masalah ini.”

Putaran terakhir pembicaraan perdagangan dengan Tiongkok telah berakhir pada bulan Agustus tanpa langkah konkret menuju kesepakatan.

Trump mengatakan dalam twitter pada 1 November bahwa dia memiliki “percakapan yang panjang dan sangat baik” dengan Xi, menawarkan beberapa harapan bahwa ketegangan perdagangan dapat mendingin setelah pertemuan G20. (ran)

Rekomendasi video:

Mampukah Tiongkok Bertahan 10 Tahun Perang Dagang Lawan Amerika?