Jerman akan Tekan Tiongkok untuk Kontrol Senjata

BERLIN – Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas mengatakan dia akan menekan Tiongkok untuk mendukung kontrol senjata selama pertemuan yang akan datang di Beijing, menyebut kebutuhan untuk mengatur robot dan senjata-senjata berbasis ruang angkasa yang bisa segera berubah dari “fiksi ilmiah” menjadi kenyataan.

Maas mengatakan pada surat kabar Jerman Die Welt bahwa Jerman akan terus menekan Moskow untuk mematuhi perjanjian Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) tahun 1987, dan mengatakan masuk akal untuk memasukkan Tiongkok dalam perjanjian-perjanjian di masa depan.

Presiden Donald Trump pada 20 Oktober mengumumkan rencana untuk keluar dari Perjanjian INF, dengan menyebut apa yang dia lihat sebagai pelanggaran Rusia atas pakta tersebut dan kekhawatiran tentang perkembangan senjata baru Tiongkok karena ia bukan pihak di dalam perjanjian tersebut. Trump telah mengisyaratkan bahwa ia berusaha untuk menutup perjanjian trilateral dengan Rusia dan Tiongkok.

Maas mengatakan penting untuk menciptakan sebuah administrasi yang bertanggung jawab atas perlucutan senjata termasuk sistem persenjataan yang bermunculan dan Tiongkok.

“Senjata-senjata ruang angkasa dan senjata otonom tidak akan lagi menjadi fiksi ilmiah, tetapi mungkin kenyataan,” katanya kepada surat kabar tersebut. “Kita memerlukan aturan yang sejalan dengan perkembangan teknologi sistem persenjataan baru.”

Maas tidak memberikan rincian tentang rencananya untuk mengunjungi Tiongkok, tetapi mengatakan dia akan menggunakan diskusinya dengan para pejabat Tiongkok di “hari-hari berikutnya untuk mengadvokasi demi transparansi yang lebih besar dan kontrol senjata.”

Dia mengatakan Jerman tetap dalam diskusi erat dengan Amerika Serikat dan mitra-mitranya di NATO tentang Perjanjian INF dan ingin mencegah perlombaan senjata baru.

Para menteri luar negeri NATO akan membahas masalah ini pada bulan Desember.

Maas mengatakan dia juga mendesak Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov untuk tetap berpegang pada Perjanjian INF dan bersikap transparan tentang perkembangan senjata barunya, sesuatu yang tidak terjadi hingga saat ini.

TIONGKOK TIDAK TERIKAT OLEH PERJANJIAN INF

INF, yang telah ditandatangani oleh presiden AS pada waktu itu Ronald Reagan dan pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev pada tahun 1987, dimaksudkan untuk mengurangi ketegangan di Eropa, yang, pada saat itu, terbagi menjadi kelompok-kelompok komunis dan non-komunis. Pakta tersebut telah menghapuskan ribuan rudal balistik jarak menengah (IRBM) dari dudang senjata milik kedua negara adidaya tersebut.

Kedua negara sepakat untuk menghentikan produksi, pengujian, dan penyebaran rudal balistik dan balistik baru dengan jangkauan antara 310 mil (500 km) dan 3.418 mil (5.500 km).

Sementara itu, tanpa terikat oleh perjanjian tersebut, Tiongkok telah membangun persenjataan nuklirnya. Ketika Tiongkok mengklaim memiliki hanya beberapa ratus hulu ledak, pengamat internasional memperkirakan bahwa ukuran sebenarnya bisa mencapai ribuan, menempatkannya setara dengan Amerika Serikat dan Rusia.

Ada tekanan yang semakin meningkat pada Tiongkok untuk bergabung dengan perjanjian tersebut, terutama setelah temuan-temuan di tahun-tahun terakhir tentang “tembok raksasa nuklir” bawah tanah, yang terdiri dari terowongan yang mampu menyembunyikan sebanyak 3.600 rudal nuklir.

Pasukan Roket Tiongkok menangani sejumlah IRBM dan rudal balistik antar benua (ICBM). Tahun ini, Pasukan Roket tersebut telah mengerahkan IRBM Dong Feng-26, yang memiliki jangkauan 1.864 hingga 2.485 mil (3.000-4.000 km) dan melengkapi hulu ledak nuklir. DF-26 dapat mencapai instalasi-instalasi militer AS yang kritis di Guam, yang merupakan bagian dari apa yang disebut militer AS sebagai rantai pulau kedua di dalam Pasifik. Ia telah menjadikan rudal tersebut dengan nama “Guam Killer” atau “Guam Express.”

Hingga saat ini, Beijing telah mengembangkan delapan sistem rudal berkemampuan nuklir operasional, dengan jangkauan efektif antara 300 dan 3.400 mil (483-5472 km), yang dilarang di bawah perjanjian INF, menurut Center for Strategic and International Studies. (ran)

Rekomendasi video:

Misi Rahasia Penyelundupan Senjata Tiongkok di Afrika

https://www.youtube.com/watch?v=FlRR9JlP-sc