Orang Tiongkok yang Mendukung Perang Dagang Trump

Presiden AS Donald Trump akan bertemu pemimpin Tiongkok Xi Jinping di Argentina segera, dan dunia sedang menantikan hasil negosiasi mereka.

Terlepas dari intensitas perang perdagangan Sino-AS, ada sejumlah besar orang Tiongkok yang mendukung kebijakan-kebijakan pemerintahan Trump.

“Presiden Trump mungkin tidak menyadari hal ini, tetapi dia memiliki lebih banyak pendukung di Tiongkok daripada di Amerika Serikat,” kata kolumnis Hu Shaojiang. Dia percaya bahwa ketika KTT G20 semakin dekat, semakin banyak orang Tiongkok yang melihat perang perdagangan Tiongkok-AS tersebut sebagai sebuah konflik antara para pemimpin komunis Tiongkok dengan para elit sosial. Banyak orang Tiongkok percaya bahwa kebijakan-kebijakan Trump sedang membantu Tiongkok menjadi negara yang lebih terbuka dan maju.

Chen Pokong, seorang komentator Tiongkok yang terkenal di AS, menyatakan pendapat serupa pada 26 November. Dalam sebuah video YouTube, ia mengatakan ada dua kelompok dari orang-orang Tiongkok yang secara diam-diam mendukung Trump: “sebagian besar para pengusaha di sektor swasta” dan “para pejabat PKT yang menginginkan jalan yang lebih baik untuk Tiongkok.”

Kolumnis Reuters, Rob Cox menulis pada 21 November bahwa perang dagang tidak menguntungkan bisnis-bisnis Tiongkok secara langsung, namun para pengusaha Tiongkok mendukung Trump karena ia akan memaksa penciptaan “pasar yang lebih terbuka dan kompetitif,” dan karena “dorongannya untuk reformasi adalah satu-satunya pilihan yang sangat berarti yang mana harus diterima [Tiongkok].”

Sungguh aneh bahwa dalam perselisihan perdagangan antara Amerika Serikat dengan Tiongkok, ada orang Tiongkok yang mendukung pemerintah AS mengendalikan kebijakan-kebijakan Beijing.

Long Yongtu, mantan wakil menteri perdagangan Tiongkok yang menjabat sebagai kepala juru runding dalam aksesi Tiongkok ke WTO, baru-baru ini telah mengkritik pemerintah pusat di Forum Investasi Internasional Caixin-ICBC 2018 (2018 Caixin-ICBC International Investment Forum). Dia mengatakan bahwa tarif-tarif balasan rezim Tiongkok yang menargetkan produk pertanian Amerika telah gagal.

Long mencatat bahwa Tiongkok memiliki permintaan besar dan mendesak untuk kedelai, dan kedelai Amerika dalam kualitas yang baik dan murah. Bahwasanya PKT “telah berfokus pada produk pertanian dari awal bukanlah “aksi suara,” kata Long.

Jarang bagi pejabat PKT untuk mengeluarkan kritik terhadap kebijakan Partai. Pernyataan-pernyataan Long dapat dipahami sebagai indikator meningkatnya konflik internal di PKT.

Liu Shijin, wakil Ketua di yayasan China Development Research Foundation dan mantan asisten direktur Development Research Center Dewan Negara Tiongkok, memberikan pidato pada 20 November yang mendesak pemerintah untuk berjuang demi “Two Highs” untuk “ekonomi pasar berstandar tinggi dan pembukaan tingkat tinggi ke komunitas internasional.”

Dua pencapaian tinggi dalam “Two Highs” yang diadvokasi oleh Liu tersebut menantang “Four Confidences“ PKT, yang diperkenalkan pada tahun 2016 sebagai bagian dari teori politik pemimpin Tiongkok Xi Jinping. “Empat Keyakinan Diri” adalah sebagai berikut: “yakin dalam jalan yang kita pilih, yakin dalam sistem politik kita, yakin dalam teori pemimpin kita, dan yakin dalam budaya kita.”

Chen Pokong mengatakan bahwa keyakinan diri PKT meminta para anggota partai untuk mengikuti kebijakan ekonomi yang digerakkan oleh elit Deng Xiaoping dan sistem politik kediktatoran partai Mao Zedong. Akan tetapi di dalam PKT, ada banyak pejabat yang “merindukan demokrasi dan kebebasan, berharap Tiongkok bergerak maju, berharap Tiongkok memiliki reformasi lebih lanjut dan terbuka, dan memasuki dunia yang beradab,” Radio Free Asia melaporkan.

Menurut Chen, Long Yongtu dan Liu Shijin adalah di antara para pejabat Tiongkok yang pendapat-pendapatnya berbeda arah dari Xi dan mendukung Trump dalam pertikaian dengan Beijing.

Para pengusaha sektor swasta Tiongkok menderita karena kebijakan PKT yang suka memaksa dan persaingan tidak sehat dari perusahaan-perusahaan yang dimiliki negara.

Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang telah mengkonfirmasi pada 28 September bahwa bisnis-bisnis swasta sulit untuk mengambil pinjaman bank dengan suku bunga yang wajar. Sementara itu perusahaan-perusahaan negara banyak disubsidi.

“[Pengusaha sektor swasta] menantikan lingkungan persaingan yang adil dalam berhadapan dengan perusahaan-perusahaan yang dikelola negara. Mereka berharap PKT dapat menyerah dalam perang dagang tersebut dan menghormati aturan-aturan perdagangan bebas,” kata Chen.

Cox, koresponden Reuters, mengatakan bahwa rezim Tiongkok tidak memiliki modal politik untuk melakukan reformasi yang ramah pasar, dan segala sesuatu akan mundur di bawah kepemimpinan saat ini. “Xi sebagian besar tidak tertarik pada masalah ekonomi, lebih memilih untuk fokus membuat Partai Komunis Tiongkok kembali terkenal,” tulisnya.

Sejak tahun 2017, Partai Komunis telah meningkatkan kontrolnya atas perusahaan-perusahaan milik negara sambil meningkatkan jangkauannya di sektor swasta. Bahkan di Hong Kong, Partai telah memaksa 123 perusahaan yang terdaftar untuk mendirikan komite Partai internal pada bulan September 2018.

Cox percaya bahwa untuk menghindari kontrol yang lebih ketat oleh PKT dan untuk dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang dikelola negara di tingkat lapangan bermain, para pengusaha sektor swasta tahu bahwa pemerintahan Trump adalah satu-satunya harapan mereka.

“Sebagian dari sektor swasta negara itu, sedang melakukan tindakan yang mengagumkan, sedemikian rupa, dukungan untuk presiden AS,” kata Cox. (ran)

Rekomendasi video:

Krisis Kekurangan Pangan Mengancam Tiongkok

https://www.youtube.com/watch?v=jvdCYU0uNPE