Tiongkok Berencana Menghapus Kebijakan ‘Made in China 2025’ Saat Perundingan Perdagangan dengan Amerika

Rezim Tiongkok dilaporkan berencana untuk menghapus kebijakan industri yang dikritik oleh pemerintahan Trump sebagai proteksionis, untuk mendukung sebuah program yang lebih ramah kepada perusahaan-perusahaan asing.

Rencana industri “Made in China 2025″ dimaksudkan untuk mengubah Tiongkok menjadi pusat manufaktur teknologi tinggi pada tahun 2025, di bidang-bidang termasuk kecerdasan buatan, komputasi awan, dan data besar.

Badan perencanaan utama Tiongkok sedang mempersiapkan rencana baru untuk menggantikan Made in China 2025, yang akan mengesampingkan permintaan Tiongkok untuk mendominasi manufaktur dan memungkinkan lebih banyak akses untuk perusahaan asing, The Wall Street Journal melaporkan, mengutip pejabat yang telah memberi penjelasan singkat dalam masalah ini.

Kebijakan baru ini akan diperkenalkan awal tahun depan, menurut Journal.

Langkah tersebut dilakukan ketika Presiden Donald Trump dan pemimpin Tiongkok Xi Jinping menyetujui perdamaian perdagangan sementara di Argentina pada 1 Desember. Kedua belah pihak diperkirakan akan bernegosiasi atas permintaan AS untuk proteksi-proteksi Tiongkok yang lebih kuat terhadap kekayaan intelektual AS, mengakhiri transfer-transfer teknologi yang dipaksakan, dan akses pasar yang lebih besar ke Tiongkok untuk perusahaan-perusahaan AS.

Sementara itu, acuan terhadap Made in China 2025 telah diturunkan dalam panduan baru kepada pemerintah-pemerintah daerah di Tiongkok.

Dalam panduan 2016 untuk pemerintah daerah, Dewan Negara, atau kabinet, mengatakan pemerintah-pemerintaha daerah yang mempromosikan pelaksanaan “Made in China 2025” ketika mendorong pertumbuhan industri dan peningkatan produksi akan diberikan dukungan prioritas.

Dalam panduan terbaru yang dilaporkan oleh media pemerintah pada 12 Desember, acuan terhadap “Made in China 2025” telah dihilangkan.

Made in China 2025

Strategi Made in China 2015 adalah inti dari tujuan Tiongkok untuk mengubah diri menjadi negara adidaya global pada tahun 2050, dan menjadi lebih kompetitif di sektor-sektor seperti robotika, aerospace, dan mobil-mobil energi bersih.

Pemerintahan Trump telah berulang kali mengecam kebijakan tersebut karena telah merusak persaingan yang adil, dengan mendukung pemberian subsidi negara untuk industri-industri domestik dan memaksa transfer teknologi dari perusahaan-perusahaan asing.

Rencana tersebut juga dikritik karena bergantung pada pencurian teknologi dan rahasia-rahasia dagang, terutama menargetkan Amerika Serikat dan Eropa.

Baru-baru ini, perusahaan Tiongkok telah aktif dalam memperoleh dan berinvestasi di perusahaan-perusahaan asing untuk mendapatkan inovasi teknologi mereka. Menurut Chung-Hua Institution for Economic Research yang berbasis di Taiwan, pada tahun 2016, dua industri top di mana perusahaan-perusahaan Tiongkok telah terlibat dalam kesepakatan akuisisi asing adalah pabrik, senilai sekitar $30 miliar, dan teknologi informasi dan perangkat lunak, senilai $26,4 miliar.

Selain itu, rezim Tiongkok memaksa perusahaan-perusahaan Amerika dan perusahaan Barat lainnya yang beroperasi di Tiongkok untuk mentransfer pengetahuan teknologi mereka ke perusahaan-perusahaan patungan mereka di Tiongkok, sebagai pertukaran untuk akses pasar.

Pada akhir Juni, rezim memutuskan untuk mengurangi ambisi-ambisi teknologi nasionalisnya karena tarif-tarif hukuman Presiden Donald Trump atas barang-barang Tiongkok semakin dekat.

Sebuah arahan internal dari otoritas pusat Tiongkok, telah bocor ke media Taiwan, menginstruksikan media-media Tiongkok untuk tidak menyebut Made in China 2025, “jika tidak melaksanakan, hukuman akan diberikan.” Beberapa wartawan media negara juga telah mengkonfirmasi keberadaan instruksi tersebut kepada Reuters.

Namun, tanda-tanda menunjukkan PKT menggunakan strategi baru untuk mencapai dominasi teknologi: China Standards 2035.

China Standards 2035, diumumkan pada bulan Januari, berusaha untuk mempercepat pengembangan standar-standar teknis di sektor-sektor teknologi utama, dengan tujuan akhir mengekspornya ke pasar internasional. Dengan cara ini, Tiongkok tidak perlu lagi bergantung pada teknologi asing, karena perusahaan-perusahaan domestik berusaha untuk menjadi pemimpin pasar melalui kontrol teknologi dan paten-paten yang memiliki starndar-standar tersebut. (ran)

Rekomendasi video:

Mampukah Tiongkok Bertahan 10 Tahun Perang Dagang Lawan Amerika?