Pejabat Rusia Suarakan Kekhawatiran Jalur Kereta Api yang Didanai Tiongkok

Rusia sangat mempertanyakan proyek kereta api yang sebelumnya telah disetujui untuk dibangun dengan Tiongkok.

Usulan jalur kereta api kecepataan tinggi Moskow-Kazan yang telah diusulkan, dengan panjang lebih dari 700 km dari ibu kota Rusia ke Kazan, Tatarstan, di salah satu negara otonom Rusia, dianggap sebagai bagian penting dari ambisi-ambisi Beijing untuk membangun rute-rute perdagangan global.

Kereta api tersebut akan melewati beberapa kota Rusia, termasuk Vladimir, Nizhny Novgorod, dan Cheboksary.

Bagaimanapun Anton Siluanov, menteri keuangan dan wakil perdana menteri pertama Rusia, baru-baru ini menyatakan keraguannya terhadap proyek tersebut, dengan mengatakan bahwa ia percaya itu tidak layak secara ekonomi, menurut sebuah artikel pada 25 Desember oleh surat kabar harian Rusia, Kommersant.

Siluanov mengatakan proyek semacam ini biasanya dibangun di wilayah-wilayah dengan populasi besar. Namun, kota-kota di mana kereta api yang diusulkan tersebut akan melintas wilayah yang memiliki populasi sedikit lebih dari satu juta, jauh lebih kecil dari kota-kota besar seperti St. Petersburg, dengan hampir lima juta penduduk.

Alasan lain mengapa proyek ini tidak masuk akal secara ekonomi adalah bahwa ada pilihan-pilihan perjalanan udara yang telah ada antara Moskow dan Kazan yang akan lebih cepat daripada kereta api apa pun yang berkecepatan tinggi antara kedua kota tersebut, kata Siluanov.

JALUR KERETA API MOSCOW – KAZAN

Jalur Moskow – Kazan adalah bagian dari jalur kereta api transnasional yang ambisius lebih dari 7.000 kilometer yang menghubungkan Moskow dengan Beijing, bersamaan media Rusia memperkirakan bahwa total biaya membangun rel semacam itu akan menghabiskan sekitar 7 triliun rubel (sekitar US$100 miliar) .

Saat ini, ada kereta api konvensional yang ada yang menghubungkan Beijing dengan Kazan, dan Kazan dengan Moskow. Namun untuk saat ini membutuhkan waktu 14 jam untuk melakukan perjalanan antara Moskow ke Kazan, kereta berkecepatan tinggi yang diusulkan tersebut akan memotong perjalanan menjadi sekitar 3,5 jam. Kereta api jalur Kazan-ke-Beijing saat ini membutuhkan waktu lebih dari 4 hari untuk perjalanan; kereta berkecepatan tinggi dari Beijing ke Moskow yang diusulkan akan melakukan jarak tempuh seluruh perjalanan hanya dalam 2 hari.

Menurut majalah Rusia, Russia Briefing, kereta api berkecepatan tinggi tersebut akan melewati ibukota Mongolia, Ulaanbaatar, terhubung ke kota Siberia yaitu Chita, Irkutsk, dan Ulan-Ude, lalu Kazan dan Moskow. Kereta api tersebut akan menjadi bagian dari sistem transportasi yang menghubungkan ke perkeretaapian yang mengarah ke Eropa.

Siluanov mengatakan bahwa akan tidak menguntungkan untuk menggunakan kereta api yang diusulkan tersebut untuk mengangkut barang-barang ke dan dari Tiongkok, dibandingkan dengan transportasi melalui laut atau kereta api konvensional.

Gagasan untuk membangun kereta api berkecepatan tinggi Moskow – Kazan tersebut pertama kali disarankan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin pada tahun 2013, dengan tujuan menyelesaikan rel itu pada tahun 2018, ketika Kazan, di antara sejumlah kota Rusia lainnya, dijadwalkan menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA 2018. Penggemar sepak bola bisa menggunakan rel tersebut untuk melihat permainan di Kazan, menurut media Rusia. Namun, jalur tersebut tidak dibangun sesuai pada waktunya.

Menurut situs resmi Dewan di bawah Presiden Federasi Rusia, sebuah badan konsultatif negara, Rusia kesulitan mendapatkan pendanaan untuk membayar proyek tersebut. Akhirnya, Rusia menetapkan bahwa proyek itu hanya dapat dilakukan dengan dana Tiongkok, rel yang sedang dibangun sebagai bagian dari proyek Eurasia Tiongkok untuk membangun hubungan transportasi darat antara Tiongkok dan Eropa.

Proyek Eurasia adalah bagian dari inisiatif One Belt, One Road Tiongkok (OBOR, juga dikenal sebagai inisiatif Belt and Road), sebuah rencana agresif untuk membangun rute perdagangan yang menghubungkan Tiongkok, Asia Tenggara, Afrika, Eropa, dan Amerika Latin. Bagi Beijing, ini juga merupakan cara untuk meningkatkan pengaruh geopolitik melalui pembiayaan proyek-proyek infrastruktur di lebih dari 60 negara.

Upaya kereta api Moskow-Kazan tersebut meningkat ketika Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang dan Perdana Menteri Rusia saat itu Dmitry Medvedev menandatangani nota kerja sama pada Oktober 2014 untuk membangun kereta api tersebut, menurut situs resmi Dewan Negara Tiongkok.

Pada tahaun 2015, jalur kereta apai Moskow – Kazan menjadi bagian dari kebijakan resmi Tiongkok ketika Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional, Kementerian Luar Negeri, dan Kementerian Perdagangan menerbitkan rencana telah yang diperbarui di bawah OBOR. Rencana tersebut mencantumkan serangkaian tindakan-tindakan dan target-target untuk berbagai wilayah di Tiongkok yang harus dilakukan. Tujuan tersebut bagi Beijing adalah untuk membangun “koridor transportasi berkecepatan tinggi yang menghubungkan Beijing dengan Moskow,” membangun “jendela penting ke Utara.”

Menurut situs berita online Rusia Realnoe Vremya, konstruksi akan dimulai pada tahun 2018 dan selesai pada tahun 2024, akan tetapi pekerjaan untuk proyek tersebut belum dimulai hingga awal Desember. Sementara itu, biaya untuk membangun kereta api Moskow-Kazan telah meningkat menjadi hampir 1,7 triliun rubel (sekitar US$24,5 miliar) dari perkiraan awal 1 triliun rubel (sekitar US$14,4 miliar).

Rel tersebut saat ini sedang dikembangkan oleh JSC High-Speed Rail Lines, anak perusahaan dari JSC Russian Railways milik negara Rusia.

Mengenai pembiayaan proyek tersebut, kantor berita Rusia TASS, dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada Agustus 2017, melaporkan bahwa Tiongkok telah setuju untuk memberikan pinjaman 400 miliar rubel (US$5,7 miliar) selama 20 tahun.

KEKHAWATIRAN-KEKHAWATIRAN TAMBAHAN

Putin baru-baru ini juga menyuarakan keprihatinan tentang proyek tersebut, terlepas dari antusiasme awalnya.

Pada bulan Oktober, Putin menyatakan keraguan selama dalam pertemuan pemerintah tentang perlunya membangun bagian antara Moskow dengan Nizhny Novgorod. Dia mengatakan proyek-proyek konstruksi lainnya, termasuk jalan tol, sudah direncanakan di kota tersebut, menurut surat kabar harian Rusia Vedomosti.

Pada akhir November, media Rusia melaporkan bahwa Putin telah menginstruksikan Kementerian Transportasi Rusia untuk mempertimbangkan masak-masak efektivitas seluruh proyek tersebut, bukan hanya bagian antara Moskow dengan Nizhny Novgorod.

Dewan di bawah Presiden Federasi Rusia tersebut, dalam sebuah artikel yang diterbitkan di situsnya pada Mei 2018, menulis bahwa banyak iklan-iklan untuk proyek kereta api tersebut telah menyesatkan informasi tentang lalu lintas penumpang dan pertumbuhan PDB yang telah diproyeksikan sebagai hasil dari kereta api tersebut.

Surat kabar Rusia Novaya Gazeta, dalam tajuk rencana yang diterbitkan 3 Desember, mencatat bahwa harga tiket untuk kereta berkecepatan tinggi tersebut kemungkinan terlalu mahal bagi penduduk setempat.

Ivan Zuenko, seorang peneliti di Pusat Studi Asia Pasifik di Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia yang dikelola pemerintah, menunjukkan bahwa sistem kereta api kecepatan tinggi Tiongkok adalah “salah satu dari lahan-lahan paling korup di negara ini”, dalam artikel majalah untuk Rusia, Profile, yang diterbitkan 19 Juli 2018.

Mantan menteri kereta api Tiongkok, Liu Zhijun, telah dijatuhi hukuman mati dengan penangguhan hukuman karena korupsi pada Juli 2013.

Pada 26 Desember, Voice of America, mengutip media Rusia, melaporkan bahwa penduduk-penduduk setempat baru-baru ini mengadakan protes menentang jalur Moskow-Kazan karena properti-properti mereka telah dihancurkan untuk membuka jalan bagi kereta api tersebut. (ran)

Tonton selanjutnya:

Komunis tertampar, Mahathir Tolak Proyek OBOR Tiongkok di Malaysia