Taktik Tiongkok Membangun Basis Data DNA Global

Oleh Steven W. Mosher

Tiga “senjata ajaib” Partai Komunis Tiongkok, seperti yang diingatkan oleh pemimpin Tiongkok Xi Jinping pada pidato September 2014, adalah “taktik-taktik PLA [Tentara Pembebasan Rakyat, nama resmi militer Tiongkok], propaganda, dan Front Persatuan.”

Untuk ini, kita sekarang mungkin harus menambahkan senjata ajaib keempat: DNA.

Seperti tiga lainnya, senjata ajaib keempat ini dikerahkan tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga secara internasional. Dengan kata lain, Tiongkok tidak hanya mengumpulkan, menganalisis, dan menyimpan DNA sejumlah besar warganya sendiri, tetapi juga mengumpulkan DNA banyak orang dari seluruh dunia, termasuk jutaan orang Amerika (ini akan dieksplorasi lebih lanjut di Bagian Dua dari seri ini yang akan datang).

Program Tiongkok sendiri menakjubkan dalam ruang lingkupnya, dan tampaknya dirancang untuk mencakup seluruh populasi negara tersebut, saat ini sekitar 1,4 miliar orang, dari waktu ke waktu. Ada sejumlah proyek pengumpulan DNA yang telah selesai, sementara yang lain sedang berlangsung. Sebagai contoh, ada proyek pengumpulan DNA nasional yang berfokus khusus pada laki-laki, proyek regional lain yang ditargetkan pada minoritas “bermasalah” seperti Uighur dan Kazakh, dan yang lain berfokus pada populasi umum.

Kami tahu banyak tentang proyek DNA yang menargetkan pria, karena The Epoch Times baru-baru ini telah memperoleh salinan arahan Kementerian Keamanan Publik yang telah ditetapkan. Dikeluarkan pada 7 November 2017, dokumen internal ini mengumumkan pembentukan “Database Informasi dan Investigasi Kriminal Y-STR DNA Nasional” (National Y-STR DNA Criminal Investigation and Information Database). STR singkatan dari “pengulangan tandem pendek” (short tandem repeat), atau unit kecil dari sekuen DNA yang berulang, pada Y- kromosom. Arahan tersebut juga melanjutkan dengan sangat rinci bagaimana mengumpulkan, menganalisis, dan menyimpan data DNA kromosom Y dari jutaan pria.

Karena kromosom Y, hanya ditemukan pada pria, diturunkan dari ayah ke anak yang hampir tidak berubah, kromosom Y dalam kelompok pria yang memiliki hubungan dekat hampir identik. Itulah sebabnya langkah pertama dalam proses pengumpulan DNA program di tingkat desa dan kota adalah pembuatan silsilah. Pejabat diinstruksikan untuk menyusun pohon silsilah keluarga untuk setiap keluarga di komunitas yang mereka survei. Setiap kali garis pria independen telah diidentifikasi, satu atau lebih pria yang termasuk di dalamnya diwajibkan untuk memberikan sampel darah untuk dianalisis.

Kecerdikan (jahat) tentang basis data Y-DNA yang telah dibuat adalah ini: Setiap DNA pria yang dikumpulkan selama investigasi dapat segera dilacak kembali ke sekelompok kecil pria terkait. Pada titik itu, akan relatif mudah bagi penyelidik Kementerian Keamanan Publik untuk mengidentifikasi orang yang tepat yang ingin diinterogasi, ditangkap, dipenjara, atau dieksekusi oleh negara. Mengingat kegunaan besar basis data tersebut dari sudut pandang negara, mungkin tidak mengejutkan bahwa basis data tersebut dilacak dengan cepat. Arahan tersebut meminta agar hal itu selesai dan beroperasi pada akhir 2019.

Penting untuk dipahami bahwa fokus program Y-DNA Tiongkok, atau salah satu dari program pengumpulan DNA lainnya, dalam hal ini, bukan hanya penyelesaian kejahatan. Di Amerika Serikat, karena basis data DNA digunakan khusus untuk memerangi kejahatan, DNA hanya dikumpulkan dari penjahat dan mereka yang diduga melakukan kejahatan. Namun tidak demikian di Tiongkok, di mana DNA dikumpulkan dari puluhan juta orang yang tidak bersalah atas kesalahan apa pun, dan di mana basis data DNA yang sedang dibangun tersebut dipahami sebagai alat untuk mengendalikan perbedaan pendapat.

Ini secara terbuka dinyatakan di bagian “ideologi pembimbing” dalam pedoman petunjuknya; di sana, kami pelajari bahwa basis data Y-DNA memiliki dua tujuan. Ini dimaksudkan untuk digunakan tidak hanya untuk “memerangi kejahatan” tetapi juga untuk “mengendalikan masyarakat.” Tentu saja, dalam pandangan aparat Negara-Partai yang saat ini memerintah Tiongkok tersebut, “kejahatan” dapat menjadi apa saja, termasuk mempertanyakan Garis Partai saat ini, sementara “penjahat” bisa siapa saja, dari mulai pengacara HAM sampai para pemeluk agama. Apa yang disebut “lima kategori hitam baru” (“xin heiwulei” dalam bahasa Mandarin), pada kenyataannya, didefinisikan sebagai para pengacara HAM, pengunjung gereja bawah tanah, pembangkang, komentator terkemuka di internet, dan para anggota sektor-sektor yang kurang beruntung di dalam masyarakat. Lima kategori ini telah menjadi obsesi khusus kepemimpinan Partai sejak tahun 2012.

Satu poin terakhir tentang mereka yang memiliki Y-DNA akan dikumpulkan untuk basis data tersebut. Selain dari populasi pria pada umumnya (sebutan halus untuk “orang yang secara sukarela memberikan DNA”), arahan tersebut juga memerintahkan agar sampel dikumpulkan dari semua orang yang ditahan, dipenjara, atau diselidiki secara kriminal. Ini kurang lebih sejalan dengan praktik internasional. Tetapi kemudian, arahan tersebut memerintahkan semua polisi dan detektif, dan semua personil pemerintah yang terlibat dalam program kesehatan dan sosial, untuk memberikan sampel DNA-nya juga. Dengan kata lain, Partai mengambil keuntungan dari program Y-DNA nasional untuk mengumpulkan materi genetik dari orang-orang yang melaksanakan kebijakan-kebijakannya pada populasi yang lebih luas.

Apakah itu pertanda bahwa Partai dan kepemimpinan intinya khawatir tentang kesetiaan dari mereka yang melaksanakan kebijakan-kebijakannya pada populasi yang lebih luas? Ataukah tindakan menyertakan kader-kader Komunis pada titik ini hanya langkah alami ke arah tujuan akhir pengumpulan DNA semua orang? Pada akhirnya, seperti yang dikatakan oleh Menteri Keamanan Publik dan Politbiro, Zhao Kezhi, pada 24 Januari, itu semua tentang “pencegahan dan pengendalian gejolak sosial”.

Basis data DNA utama Tiongkok, dimana mencakup tidak hanya Y-DNA, tetapi juga DNA “autosomal” pria dan wanita, juga sedang berkembang pesat. Provinsi Tiongkok pertama yang menuntut DNA tidak hanya dari para penjahat ataupun para kader tetapi dari semua orang adalah Xinjiang, yang populasi minoritas besarnya adalah Muslim Uighur dan Kazakh. Program tersebut, yang dikenal sebagai “Pemeriksaan Fisik untuk Semuanya” (Physicals for All), bukan pilihan. Siapa pun yang telah menolak telah didatangi polisi yang tidak ramah. Begitu tiba di klinik, mereka tidak diberikan “pemeriksaan fisik” sama sekali, tetapi sesuatu yang lebih mirip dengan proses yang dijalani para penjahat. Darah mereka diambil, sidik jari mereka diambil, dan mereka diberi pemindaian retina mata.

Menurut media pemerintah Xinhua, “pemeriksaan fisik” seperti itu diberikan kepada hampir 36 juta orang dari tahun 2016 hingga 2017. Karena Xinjiang memiliki populasi hanya 24,5 juta, saya menduga ini berarti bahwa jutaan Muslim dan minoritas lain di provinsi-provinsi sekitar juga diwajibkan untuk memberikan sampel DNA, sidik jari, dan pemindaian retinanya.

Basis data DNA utama Tiongkok sedang diperluas di antara populasi umum Han Tiongkok, juga. Sebagai contoh, Wall Street Journal telah melaporkan pada 26 Desember 2017, bahwa ratusan murid laki-laki dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah di Kabupaten Qianwei, Provinsi Sichuan, diperintahkan untuk menyediakan spesimen air liur. Seperti darah, air liur dapat digunakan untuk mengekstraksi DNA untuk analisis. Ada minoritas Yi yang signifikan yang tinggal di daerah tersebut, yang mungkin menjadi alasan lain mengapa wilayah tersebut menjadi sasaran.

Laporan Journal tersebut mengungkapkan bahwa polisi RRT menggunakan hampir setiap pertemuan dengan publik sebagai kesempatan untuk mengumpulkan sampel DNA. Di antara mereka yang diharuskan untuk memberikan air liur atau sampel darah termasuk mereka yang mengkritik Partai di Weibo, platform media sosial populer yang mirip dengan Twitter, atau yang lupa membawa kartu identitas mereka. Juga mentargetkan anggota kelompok yang menurut polisi “membahayakan stabilitas sosial,” seperti pekerja migran, penambang batu bara, dan penyewa apartemen. Memperingatkan bahwa tidak satu pun dari mereka yang menjadi sasaran telah dituduh melakukan kejahatan, dan bahwa tidak satu pun dari dalih-dalih ini untuk pengumpulan DNA akan diizinkan di Amerika Serikat.

Ketika sistem kredit sosial Tiongkok diterapkan, saya memperkirakan bahwa kelompok berikutnya yang dipaksa untuk menyerahkan DNA-nya adalah mereka yang memiliki skor kredit sosial rendah.

Sebagai hasil dari upaya pengumpulan DNA yang sedang berlangsung ini, diperkirakan 100 juta sampel DNA telah dikumpulkan, dianalisis, dan ditambahkan ke basis data besar pemerintah. Jutaan lagi sedang ditambahkan setiap bulan. Sebagai perbandingan, FBI saat ini memiliki data DNA untuk 13 juta terpidana dan data DNA untuk 3 juta orang yang ditangkap.

Seperti yang diperingatkan Senator AS Tom Cotton Baru-baru ini, “Pemerintah Tiongkok menghabiskan puluhan miliar pada perangkat lunak pengenalan wajah, mata-mata elektronik, dan pengumpulan DNA paksaan untuk membuat database yang mampu melacak setiap gerakan seseorang. Ini adalah definisi sistem totaliter, sistem yang mengendalikan sepenuhnya pribadi Anda, sampai ke untaian DNA Anda.”

Tirai besi yang diturunkan pada orang-orang Tiongkok untuk mencegah pertukaran ide dan informasi secara bebas adalah cukup mengerikan, tetapi apa yang seharusnya membuat setiap orang Amerika bangkit dari duduk dan perhatikan adalah bahwa perusahaan-perusahaan Amerika telah, sebagian besar tanpa disadari, memungkinkan Tiongkok bangkit sebagai negara totaliter digital. Dan bahwa Tiongkok sedang mengumpulkan basis data DNA yang sangat besar untuk orang-orang di luar daratan Tiongkok juga, sebuah basis data yang memasukkan kode DNA pribadi milik jutaan orang Amerika. (ran)

Bersambung di Bagian Dua: Apakah Tiongkok Memiliki DNA Anda?

Steven W. Mosher adalah presiden Population Research Institute dan penulis ” Bully of Asia: Why China’s Dream is the New Threat to World Order.” Ia mempelajari biologi manusia di Universitas Stanford di bawah ahli genetika terkenal Luigi Cavalli-Sforza.

Video pilihan:

Dimana Kebebasannya? 2,5 Juta Orang Uighur Dipantau 24 Jam Melalui Kamera Pengintai

https://www.youtube.com/watch?v=BE-elndlZhg