Warga Rusia Protes Pabrik Pembotolan Air Tiongkok Setempat tentang Masalah Lingkungan

Sebuah pabrik pembotolan air Tiongkok sedang dibangun di Rusia memicu protes dari penduduk setempat yang takut akan efek berbahaya terhadap ekosistem.

Pabrik pembotolan (kemasan) air tersebut sedang dibangun di Distrik Slyudyansky, yang terletak di Oblast Irkutsk di Siberia tenggara di bawah pengawasan Federal. Danau terdekat adalah Danau Baikal, danau air tawar terbesar di dunia berdasarkan volume, yang akan menjadi sumber air kemasannya.

Menurut media Rusia, pembangunannya diharapkan akan selesai pada tahun 2021, dengan kapasitas produksi 132 meter kubik (sekitar 132.000 liter) air kemasan per hari, yang akan dijual ke Tiongkok. Perusahaan AquaSib yang berbasis di Rusia sedang membangun pabrik tersebut. Investor utama perusahaan adalah Daqing Water Supply Co. yang dikelola pemerintah, yang berbasis di Provinsi Heilongjiang, Tiongkok.

Warga setempat segera membuat petisi online di Change.org, menyerukan agar pembangunan pabrik itu dihentikan. Pada saat penulisan, lebih dari 652.000 orang telah menandatanganinya.

Petisi tersebut menyatakan bahwa danau ini dikenal sebagai ekosistem unik untuk burung-burung yang bermigrasi dan spesies hidup lainnya. Selain itu, pembangunan pabrik itu berarti akan membuat jaringan pipa-pipa untuk menguras air yang membentang lebih dari 3 kilometer di atas danau yang akan mencegah penduduk setempat untuk dapat menangkap ikan. Dikarenakan hal ini, petisi tersebut menunjukkan bahwa situs tersebut layak dilindungi dan bukan untuk pembangunan industri.

Warga Kultuk, sebuah desa di Distrik Slyudyansky, bersama dengan para aktivis lingkungan dari organisasi setempat yang diberi nama Perlindungan Lingkungan 365 (Environmental Protection 365), juga baru-baru ini mengadakan konferensi lokal, menurut sebuah artikel pada 22 Februari oleh kantor berita Rusia, Agency of Social Information (ASI).

Menurut ASI, penduduk setempat khawatir bahwa setelah penyelesaian pabrik tersebut, pabrik-pabrik yang lain akan segera dibangun, yang akan menyebabkan “kerusakan yang tidak dapat diperbaiki untuk lanskap dan perairan Danau Baikal.”

Stanislav Filippov, warga setempat, menyerukan referendum nasional tentang pabrik itu. Dia menyatakan keprihatinan bahwa penduduk setempat mungkin harus menyerahkan rencana-rencana kebun sayur mereka karena kedekatan dan relevansinya dengan pabrik tersebut.

KRISIS AIR TIONGKOK

Kekurangan air minum bersih Tiongkok telah mendorong negara itu untuk menemukan sumber air di luar perbatasan wilayahnya.

Air tanah memasok air minum untuk sekitar 70 persen dari 1,3 miliar penduduk Tiongkok.

Namun menurut Kementerian Sumber Daya Air Tiongkok, dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada tahun 2016, sebanyak 80 persen air tanah negara tersebut tidak layak untuk diminum atau digunakan sehari-hari, karena kontaminasi dan polusi dari air yang dibuang oleh pabrik-pabrik industri dan unit-unit pertanian.

Selain kurangnya air minum bersih, kekurangan air masih terus melanda provinsi-provinsi Tiongkok utara.

Charles Parton, rekan sejawat dari lembaga think tank Royal United Services Institute yang berbasis di London dan wakil organisasi nirlaba Chinadialogue, merinci krisis tersebut dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada April 2018.

Masalahnya adalah bahwa sekitar 80 persen sumber air Tiongkok terletak di Tiongkok selatan. Ini berarti delapan provinsi Tiongkok; Tianjin, Ningxia, Beijing, Shandong, Shanghai, Hebei, Henan, dan Shanxi, menghadapi kelangkaan air yang parah, sementara empat yang lain; Gansu, Shaanxi, Liaoning, dan Jiangsu, menderita kelangkaan air.

Kurangnya air di wilayah utara-tengah ini dianggap serius karena 12 kota dan provinsi-provinsi di atas menyumbang 38 persen pertanian Tiongkok, 46 persen industri, dan 50 persen pembangkit listriknya, sementara menjadi rumah bagi 41 persen dari Populasi Tiongkok, menurut laporan.

Tiongkok juga sangat bergantung pada energi batubara dan nuklir untuk pembangkit listrik. Pembangkit listrik termal yang beroperasi pada kedua sumber energi tersebut membutuhkan air dalam jumlah besar, baik dalam bentuk uap untuk menggerakkan turbin untuk pembangkit listrik atau untuk tujuan pendinginan.

Selain itu, laporan tersebut meramalkan bahwa solusi yang diusulkan rezim Tiongkok, sebuah proyek pengalihan air yang diprakarsai oleh mantan pemimpin Partai Komunis Tiongkok Jiang Zemin yang disebut Proyek Pemindahan Air Selatan-Utara, South-North Water Transfer Project (SNWTP), tidak akan menyelesaikan krisis air tersebut.

Bahkan jika SNWTP mencapai target operasinya mengirimkan 20,9 miliar meter kubik air ke daerah Beijing, Tianjin, dan Hebei, “itu hanya akan meningkatkan air per kapita menjadi sekitar dua pertiga dari kelangkaan air akut,” kata laporan itu.

Pemerintah kota untuk Kota Lanzhou, ibukota Provinsi Gansu, telah mengusulkan pembangunan saluran pipa yang akan membentang lebih dari 965 kilometer dan akan mengalirkan air dari Danau Baikal ke kota tersebut, menurut artikel Global Times bulan Maret 2017. (ran)

Video pilihan:

Kasihan Bayinya Terinfeksi HIV Karena Cairan Imunisasi

https://www.youtube.com/watch?v=0GXP5qUWxPk&t=381s