Pakar Ekonomi Menilai Sinyal Perang Dagang Tiongkok Selama Pertemuan Politik ‘Dua Sesi’

EpochTimesId — Di bawah bayang-bayang perang dagang Tiongkok-Amerika Serikat, Partai Komunis Tiongkok telah mengadakan pertemuan tahunan “Dua Sesi” di Beijing.

Selama dua minggu, lembaga legislatif yang hanya menuruti kebijakan politik pemerintah Tiongkok menyetujui undang-undang dan menetapkan agenda yang telah ditentukan sebelumnya oleh kepemimpinan Partai Komunis Tiongkok. Bagi Partai Komunis Tiongkok, keadaan keseluruhan ekonomi Tiongkok — dan dampak perang dagang — adalah pokok perhatian utama.

The Epoch Times mewawancarai Cheng Xiaonong, seorang sarjana politik dan ekonomi Tiongkok di New Jersey yang juga seorang sarjana tamu di Universitas Princeton, untuk mendengar pendapatnya mengenai sinyal apa yang telah diberikan oleh rezim Tiongkok sejauh ini di Dua Sesi, dan bagaimana pembicaraan perdagangan akan berjalan di masa depan.

The Epoch Times: Pada tanggal 4 Maret 2019, pada konferensi pers untuk Kongres Rakyat Nasional [NPC, nama lembaga legislatif yang hanya menuruti kebijakan politik pemerintah Tiongkok], juru bicara NPC bernama Zhang Yesui menanggapi pertanyaan mengenai perang dagang, mengatakan bahwa kepentingan Tiongkok dan Amerika Serikat sangat terkait, dan hubungan konfrontatif tidak diminati oleh masing-masing pihak. Menurut anda apa yang tersirat dari kata-kata yang diucapkannya?

Cheng Xiaonong: Saya pikir melalui perang dagang, Tiongkok telah memahami dua hal: satu, bahwa jenis-jenis trik ini tidak berada di jalur pembangunan negara yang normal: menyuap para ilmuwan dan teknisi Amerika Serikat, menjarah staf teknis perusahaan Amerika Serikat, atau menarik bakat warganegara Taiwan untuk bekerja di Tiongkok, dan lain-lain —menggunakan metode semacam ini untuk mencuri teknologi Amerika Serikat. Atau, mereka mencuri dari profesor Amerika Serikat, profesor etnis Tiongkok, dengan mentransfer hasil penelitian dari Amerika Serikat ke Tiongkok.

Orang Tiongkok seharusnya memahami bahwa permainan pencurian dan tipu daya adalah jalan yang jahat dan bahwa mereka harus kembali ke jalan yang benar. Apakah jalan yang benar itu? Yaitu penelitian dan pengembangan teknologi independen perusahaan. Berbicara mengenai ini, manusia normal juga harus menggarisbawahi hal ini, bukannya mencuri. Pada kenyataannya, tekanan dari Amerika Serikat membantu Tiongkok untuk menciptakan lingkungan kelembagaan yang menghormati hak kekayaan intelektual serta memperkuat penelitian dan pengembangan independen perusahaan.

Bagi Tiongkok, mengambil jalan yang benar akan menjadi suatu kemenangan. Dalam perang dagang Tiongkok-Amerika Serikat saat ini, Amerika Serikat berkuasa untuk memaksa Tiongkok mengambil jalan yang benar. Amerika Serikat tidak berusaha untuk menjatuhkan Tiongkok. Amerika Serikat berharap Tiongkok dapat mengembangkan ekonominya sendiri, tetapi tidak boleh mengandalkan tindakan mencuri dan merampok untuk mencapai tujuan tersebut.

Poin lainnya adalah, di masa depan Tiongkok harus berkembang secara damai, dan tidak harus mengandalkan kekuatan militer untuk berkembang. Perjuangan militer tidak akan menghasilkan pembangunan. Perjuangan militer hanya mengarah pada perang. Di era perang nuklir dan senjata nuklir, hasil akhir dari memprovokasi dan mengejar perang adalah kepunahan; maka tidak ada perkembangan untuk dibicarakan. Karena kita berbicara mengenai pembangunan yang damai, Tiongkok seharusnya tidak, dan tidak boleh berpikir sepanjang hari mengenai bagaimana berurusan dengan Amerika Serikat, bagaimana melampaui Amerika Serikat, dan akhirnya bagaimana menekan Amerika Serikat. Semua ide ini sebenarnya adalah cara berpikir yang sempit.

Foto: Pemimpin Tiongkok Xi Jinping, Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang dan ketua Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional Li Zhanshu, menyanyikan lagu kebangsaan selama sesi pembukaan NPC di Aula Besar Rakyat di Beijing pada 5 Maret  2019. (Jason Lee / Reuters)

ET: Kongres Rakyat Nasional akan meninjau rancangan baru UU Investasi Asing. Ini adalah tinjauan ketiga sejak musyawarah awal oleh Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional pada Desember tahun lalu. Setelah tiga bulan persidangan, kecepatan legislasi dikatakan sebagai yang tercepat dalam sejarah Tiongkok. Jika Kongres Rakyat Nasional mengesahkan undang-undang ini, apakah ini akan membantu menghentikan perang dagang?

Cheng: Revisi Undang-Undang Penanaman Modal Asing sebenarnya adalah masalah inti dalam negosiasi Tiongkok-Amerika Serikat. Karena undang-undang investasi asing yang asli memperbolehkan Tiongkok memaksa perusahaan asing untuk mentransfer teknologi, dan juga memungkinkan modal Tiongkok untuk menduduki sebagian besar saham perusahaan asing sehingga perusahaan asing tidak dapat beroperasi sendiri [diperlukan untuk membuat usaha patungan dengan perusahaan Tiongkok]. Hal ini memiliki berbagai ketentuan diskriminatif.

Ketentuan diskriminatif ini sebenarnya semua bertujuan untuk memfasilitasi pencurian teknologi asing. Tidak memungkinkan perusahaan asing untuk menduduki mayoritas saham juga dapat diartikan bertujuan untuk memegang status pemegang saham utama sehingga dapat menekan perusahaan asing untuk menyerahkan teknologi.

Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional merumuskan bahwa satu pertemuan diadakan setiap dua bulan. Namun, untuk meninjau dan mengubah undang-undang investasi asing ini, Kongres Rakyat Nasional telah mengadakan tiga pertemuan dalam dua bulan dan akan terus mengadakan pertemuan. Publik menilai musyawarah akan berakhir 24 Februari 2019, dan pada akhirnya memasuki tahap revisi. Alasan di balik mengadakan lebih dari empat pertemuan dalam tiga bulan adalah bahwa Amerika Serikat memiliki batas waktu tanggal 1 Maret 2019.

Hal ini belum secara resmi berlalu. Ketika disahkan, meskipun Tiongkok  akan dianggap telah melakukan beberapa penyesuaian struktural, perusahaan Tiongkok masih perlu diawasi. Karena di Tiongkok, ada banyak kasus yang tidak taat hukum. Oleh karena itu, setelah UU Penanaman Modal Asing direvisi, meskipun dalam undang-undang ketentuan keji telah dihapus, dapatkah undang-undang itu benar-benar diberlakukan? Bagaimana jika tidak? Masalah inilah yang sedang dinegosiasikan Amerika Serikat dengan Tiongkok. Jika itu tidak dapat diberlakukan, jika Tiongkok ingkar janji, maka Amerika Serikat akan terus mengenakan tarif.

ET: Amerika Serikat telah meminta Tiongkok untuk melakukan reformasi struktural. Apakah ini akan mendorong reformasi sistem politik Tiongkok?

Cheng: Saya pikir ini adalah dugaan yang menyertainya. Ini adalah keinginan subjektif, harapan bahwa perubahan ekonomi akan membawa perubahan politik. Saya ingin mengatakan bahwa salah satu teori di Barat adalah ketika ekonomi berkembang, politik akan bergerak menuju demokrasi. Kini jenis teori ini terbukti salah.

Ekonomi berkembang dan politik surut; ada banyak situasi seperti ini. Di Amerika Latin, kita melihat contoh terbaru di Venezuela. Venezuela pernah “berkembang secara ekonomi,” dan kemudian pada akhirnya muncul kediktatoran. Karena itu, pembangunan ekonomi tidak lantas mengarah pada kemajuan politik.

Tujuan negosiasi Amerika Serikat bukan untuk mengubah struktur politik Beijing. Beberapa orang memahami transformasi struktural sebagai perubahan struktural politik. Faktanya, reformasi struktural yang diusulkan oleh Amerika Serikat bersifat ekonomi, yang memungkinkan perusahaan asing untuk bersaing secara bebas di Tiongkok, Tiongkok mencabut berbagai pembatasan terhadap perusahaan asing, berbagai sistem yang tidak adil, dan lain-lain.

ET: Apa yang anda pikirkan sebagai masalah paling kritis dalam perang dagang Tiongkok-Amerika Serikat?

Cheng: Hak kekayaan intelektual. Saat ini banyak orang fokus pada tarif. Padahal, tarif hanyalah metode Amerika Serikat. Dengan kata lain, pada masalah pelanggaran hak kekayaan intelektual, Amerika Serikat sekarang mengharuskan Tiongkok untuk membangun sistem aturan hukum baru di atas aturan sistem hukum yang relevan. Ini untuk memastikan bahwa Tiongkok akan berhenti melanggar hak kekayaan intelektual di masa depan, dan berhenti mencuri teknologi dan bakat manusia di Amerika Serikat.

Jika Tiongkok menolak untuk melakukan perubahan dan bersikeras tetap menjadi pencuri, maka Amerika Serikat memiliki sanksi, yaitu memberlakukan tarif tersebut. Jika anda bersikeras menjadi pencuri, saya akan menjatuhkan anda dengan tarif ini.

Faktanya, Tiongkok harus memahami bahwa perlindungan hak kekayaan intelektual yang dibahas oleh Amerika Serikat tidak hanya diperlukan untuk Amerika Serikat, tetapi juga untuk kebutuhan internal Tiongkok.

Sejak awal, pelanggaran hak kekayaan intelektual di Tiongkok tidak memiliki batas negara; perusahaan Tiongkok pertama kali mencuri dari rekan-rekan domestik. Jadi mengapa perusahaan Tiongkok tidak memiliki penelitian dan pengembangan teknologi, dan banyak perusahaan tidak mau mengembangkan produk baru secara mandiri? Alasannya adalah karena dicuri setelah dikembangkan, dan para peneliti yang sukses dibajak oleh pesaing domestik. Metode yang digunakan Tiongkok dalam mencuri teknologi dari Amerika Serikat sebenarnya adalah metode yang biasa digunakan di Tiongkok.

Video Pilihan:

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M