Tiongkok Mengkloning Anjing Polisi, yang Akan Diiringi Masalah Etis

EpochTimesId – Tiongkok telah mengkloning anjing pertamanya untuk ditugaskan sebagai anjing polisi, menurut laporan media pemerintah Tiongkok pada tanggal 19 Maret 2019.

Laporan tersebut menggunakan alasan efisiensi waktu dan uang sebagai pembenaran untuk kloning. Dikatakan bahwa untuk melatih seekor anjing polisi dapat memakan waktu hingga lima tahun. Biayanya juga dapat mencapai lebih dari  75.000 dolar Amerika Serikat.

Anjing hasil kloning pertama di dunia berasal dari Korea Selatan pada tahun 2005. Anjing hasil kloning dipekerjakan sebagai anjing pelacak untuk keamanan perbatasan Korea Selatan pada tahun 2009. Tiongkok tampaknya mengikuti model tersebut.

Tiongkok telah menciptakan monyet penderita penyakit keturunan yang melemahkan yang direkayasa  gennya, serta kembar yang dihasilkan dari rekayasa genetik yang menyebabkan kemarahan para ilmuwan dan ahli etika di seluruh dunia.

Komunitas ilmiah internasional memiliki protokol ketat terhadap penggunaan teknologi kloning atau merekayasa gen pada manusia. Pengamat percaya bahwa percobaan ini hanya dapat terjadi di bawah lingkungan ateisme dan pelanggaran hukum moral yang dilakukan oleh Partai Komunis Tiongkok.

Kloning Anjing Tiongkok

Muncul seekor anak anjing betina ras “Kunming Wolfdog” yang berusia tiga bulan bernama “Kunxun” yang mirip dengan anjing ras Gembala Jerman.

Foto: Seekor anjing ras Gembala Jerman, mirip dengan anjing ras Wolfdog Kunming. (Karen Bleier / AFP / Getty Images)

Universitas Pertanian Yunnan dan Perusahaan Bioteknologi Sinogene Beijing memproses prosedur kloning tersebut. Kementerian Keamanan Publik Tiongkok mendukung upaya tersebut, menurut  laporan media pemerintah Tiongkok.

Perusahaan Bioteknologi Sinogene Beijing mengkloning 20 anjing pada tahun 2018, dan untuk pertama kalinya salah satu anjing tersebut akan secara khusus ditugaskan untuk layanan tugas kepolisian, demikian menurut laporan media pemerintah Tiongkok.

Wakil Manajer Umum Perusahaan Bioteknologi Sinogene Beijing, Zhao Jianping, mengatakan bahwa mereka berharap untuk mewujudkan kloning anjing layanan berskala besar dalam sepuluh tahun ke depan dan berharap tindakan tersebut akan mempersingkat waktu pelatihan anjing-anjing itu, demikian menurut Global Times.

Teknik yang digunakan untuk mengkloning anjing telah digunakan dalam banyak kasus kloning lainnya. Teknik ini dikenal sebagai “transfer sel somatik.”

Foto: Cuplikan dari operasi kloning sedang berlangsung. (Jung Yeon-je / AFP / Getty Images)

Sel telur dikeluarkan dari seekor anjing betina. Inti sel telur tersebut dihilangkan. Sel kulit juga diambil dari anjing yang ingin dikloning. Inti sel kulit dipindahkan ke sel telur. Kemudian sel telur tersebut ditanam pada rahim anjing betina yang lain.

Kunxun dilahirkan dari anjing betina yang bukan induk biologisnya melalui operasi caesar. Laporan itu mengatakan bahwa ada 99,9% kesamaan antara Kunxun dan anjing inang.

Dilema yang Tidak Etis

Dalam beberapa bulan pertama tahun 2019, Tiongkok telah mempraktikkan kloning dan rekayasa genetik dengan cara yang secara etis dipertanyakan.

Pasangan pertama monyet ekor panjang pemakan kepiting yang dikloning lahir pada tahun 2017. Ada lima monyet ekor panjang lagi yang dikloning pada tahun 2019 – yang telah direkayasa gennya, sehingga menderita penyakit keturunan yang melemahkan tubuhnya.

Foto: Lima monyet ekor panjang hasil kloning yang menderita gangguan tidur genetik, yang diciptakan oleh para ilmuwan Tiongkok. (Sains China Press)

Kelima monyet ekor panjang tersebut menderita gangguan irama sirkadian, yang menyebabkan gangguan pada siklus tidur alami, sehingga menyebabkan masalah kesehatan lain seperti kecemasan, depresi, dan bahkan skizofrenia.

Hasil tragis yang menimpa kelima monyet ekor panjang tersebut ini bukanlah kebetulan, karena mereka disimpan di ruangan dengan lampu yang selalu menyala, menurut laporan National Science Review.

Ilmuwan Tiongkok melakukan rekayasa genetik semacam ini pada bayi manusia. He Jiankui menyunting dua embrio wanita dengan menggunakan teknik penyuntingan gen yang serupa. He Jiankui membuat berita publik pada bulan November 2018 tetapi menerima kecaman dari para ilmuwan di seluruh dunia. Kemudian pada bulan Januari 2019, ia dipecat dari tempat kerjanya di Universitas Sains dan Teknologi Selatan.

He Jiankui mengklaim tindakannya adalah untuk membantu para gadis mendapatkan kekebalan dari virus HIV. Media pemerintah Tiongkok menuduhnya menghindari pengawasan dan melanggar batas etika.

Ini mungkin tampilan yang dipasang oleh juru bicara Partai Komunis Tiongkok. He Jiankui menerima meterai persetujuan dari rumah sakit umum dan komite etika.

Pihak lain mengamati bahwa He Jiankui mungkin diam-diam menerima dana dari pejabat tinggi Partai Komunis Tiongkok. Ia cuti tidak dibayar mulai Februari 2018, tetapi masih memiliki dana untuk menyunting gen bayi perempuan.

Pada tanggal 19 Maret 2019, Organisasi Kesehatan Dunia juga menerbitkan pernyataan mengenai pembentukan komite penasihat untuk penyuntingan gen, yang “setuju untuk bekerja menuju kerangka kerja tata kelola internasional yang kuat di bidang ini,” menurut rilis. (Daniel Holl/ Vv)

VIDEO REKOMENDASI

https://www.youtube.com/watch?v=a6NpdU8MgMo