oleh Luo Tingting
Tindakan pengusaha Tiongkok membangun pabrik air minum dalam kemasan di tepi Danau Baikal memicu protes skala nasional warga Rusia. Unjuk rasa ini digelar Minggu (24/3/2019) di banyak tempat di Rusia.
Media Rusia memberitakan bahwa proyek itu dapat merusak lingkungan Danau Baikal. Warga menuding Komunis Tiongkok itu sudah biasa “meninggalkan sampah setelah semuanya diambil”. Beberapa komentator percaya bahwa hubungan Tiongkok – Rusia mungkin terpengaruh oleh isu ini.
Baikal adalah danau air tawar terbesar di dunia. Saat ini sudah ada banyak pabrik air minum kemasan dibangun di tepi danau tersebut, tetapi hanya pabrik air minum kemasan dari Tiongkok yang diprotes secara massal. Sebelumnya, Baikal memiliki pabrik air minum dalam kemasan dengan latar belakang investasi Tiongkok, tetapi kemudian ditutup akibat aksi protes.
Menurut Moscow Echo Radio, lebih dari 50 kota di Rusia telah mengadakan protes pada 24 Maret lalu. Para pengunjuk rasa selain menentang pihak Tiongkok membangun pabrik di pantai Danau Baikal, mereka menyerukan kepada pemerintah Tiongkok untuk melindungi lingkungan ekologi Danau Baikal.
Pabrik air minum dalam kemasan Tiongkok itu dibangun di desa Koultouk yang terletak di bagian selatan dari pantai Danau Baikal. Pabrik tersebut sudah mulai dibangun pada beberapa tahun yang lalu dengan investasi sekitar USD. 20 juta. Pabrik berencana untuk memompa air danau dari kedalaman 400 meter untuk menghasilkan air kemasan, semula pabrik direncanakan akan mulai produksi pada tahun 2021.
Namun, sejak mulai dioperasikan pada Januari tahun ini, proyek ini ditentang oleh masyarakat Rusia. Menurut laporan VOA, bahwa lebih dari 1,1 juta orang Rusia telah menandatangani surat petisi bersama yang menentang proyek tersebut.
Laporan menyebutkan, ribuan penduduk kota Irkutsk yang tak jauh dari pabrik, kota Angarsk dan kota lainnya, berunjuk rasa di pusat kota. Seruan spaduk warga menyerukan Presiden Putin menghentikan pembangunan pabrik air kemasan di daerah tersebut.
Di Ulan-Ude, ibukota Buryatia di seberang Danau Baikal, Wakil Menteri Sumber Daya Alam Buryatia, anggota lokal Partai Komunis juga berpartisipasi dalam unjuk rasa. Selain menentang investasi Tiongkok dalam membangun pabrik, ia menyerukan perlindungan lingkungan ekologis Danau Baikal dan sumber daya hutan lokal.
Unjuk rasa juga terjadi di kota Tomsk, Novosibirsk dan Moskow. Sekretaris pertama Partai Komunis, Romanov yang berasal dari Solnechnogorsk, secara terbuka mengkritik pemerintah Putin karena menjual sumber daya alam negara itu. Ia mengatakan bahwa pihak berwenang yang telah menjual Timur Jauh juga menjual Danau Baikal.
Aktor Rusia terkenal Mariya Kozhevnikova juga bergabung dalam barisan unjuk rasa tersebut. Mariya mengimbau para penggemarnya dan selebritis lainnya turut bergabung dalam barisan melindungi dan menentang investasi Tiongkok terkait pembangunan pabrik di Danau Baikal.
Svetlana Pavlova, pemimpin redaksi situs web lokal Siberia, IRK.ru mengatakan orang-orang Tiongkok hanya akan meninggalkan sampah setelah semuanya habis diambil.
Pada 15 Maret, pengadilan Irkutsk dan pemerintah negara bagian di Danau Baikal telah membuat keputusan untuk menunda pembangunan pabrik air minum dalam kemasan Tiongkok. Pengadilan menunjukkan bahwa ada ketidakberesan dalam pembangunan proyek. Namun, batas waktu penangguhannya tidak disebutkan.
Beberapa komentator percaya bahwa dalam masalah Danau Baikal, meningkatnya suara anti-Tiongkok di Rusia.
Insiden ini menunjukkan Rusia sangat waspada terhadap penjarahan sumber daya dari daerah-daerah terkait negara itu oleh komunis Tiongkok. Selain itu, perusahaan-perusahaan Tiongkok melakukan penebangan hutan di Rusia sewenang-wenang. Bahkan, menjual barang dengan harga murah dan merusak pasar Rusia. Akibatnya, menyebabkan ketidakpuasan masyarakat Rusia.
Proyek OBOR yang telah dipromosikan komunis Tiongkok dengan penuh semangat dinilai menjadi ancaman bagi posisi Rusia di Asia Timur. Beberapa tahun terakhir, media Rusia sering mengeluarkan kritik terhadap komunis Tiongkok, hal ini menunjukkan bahwa hubungan Rusia – Tiongkok tidak seharmonis yang mereka pertontonkan. (Sin/asr)
Video Rekomendasi :