Aksi Protes Besar-besaran Warga Hong Kong Menyebar ke Tiongkok, Kendaraan Lapis Baja Dikerahkan ke Wuhan untuk Menindas Demonstran

Li Wei/ Dai Ming

Sementara aksi protes besar-besaran di Hong Kong digelar, aksi serupa kini telah menyebar ke daratan Tiongkok.  

Sejak Rabu (3/7/2019) malam, pihak berwenang komunis Tiongkok mengerahkan polisi bersenjata lengkap ke jalan-jalan di Wuhan. 

Aparat polisi itu menekan aksi protes massa di Wuhan, provinsi Hubei, Tiongkok. Banyak orang yang dipukul hingga berdarah.

Warga Hubei itu telah berhari-hari secara berturut-turut turun ke jalan memprotes pembangunan proyek pembangkit listrik tenaga sampah skala besar oleh pemerintah daerah setempat. 

Warga di Wuhan itu, memboikot rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah pemerintah setempat, yang masih berlangsung hingga kini. 

Selama aksi protes, para pengunjuk rasa disambut dengan tindakan represif polisi. 

Pada malam 5 Juli 2019, tampak sejumlah tank militer komunis Tiongkok dikerahkan ke Yangluo, Wuhan, provinsi Hubei, Tiongkok.

Banyak netizen mengunggah video itu ke twitter. Dari video, tampak barisan sejumlah besar polisi bersenjata menuju ke arah gerombolan massa. 

Banyak orang diseret ke samping dan dipukul hingga berlumuran darah. Lebih mengejutkan lagi orang-orang merekam sejumlah tank melaju ke jalan-jalan di Wuhan. Tampaknya pejabat terkait ingin meningkatkan tekanan keras terhadap massa pengunjuk rasa.

Penduduk setempat mengambil gambar Tank melaju di jalan. (Istimewa)

Pada 5 Juli dini hari waktu setempat, ada warga yang merekam sejumlah besar tank Komunis Tiongkok ditempatkan di Yangluo, kota Wuhan. 

 Seperti diberitakan, sejumlah besar penduduk Yangluo turun ke jalan untuk menyelamatkan wilayah tempat tinggal mereka sejak 23 Juni 2019. 

Lebih dari 100 warga setempat berkumpul di Poly Yuanmengcheng, sebuah area perumahan di Wuhan, Tiongkok. Mereka mempertahankan hak mereka dan membagikan selebaran. Polisi yang telah mendapatkan info sebelumnya, menangkap lebih dari 20 orang dan baru dibebaskan pada hari berikutnya.

Pada 28 Juni, aksi protes meningkat. Puluhan ribu demonstran turun ke jalan meneriakkan slogan sambil membawa spanduk bertuliskan “Kembalikan lingkungan hijau kami, menolak polusi sampah” dan sebagainya. 

Ribuan petugas polisi kemudian melakukan pembersihan dengan kekerasan. Polisi tampak sengaja memukul kepala demonstran, tak peduli tua atau muda. Demonstran dipukul secara brutal dengan pentungan hingga berdarah dan dilarikan ke rumah sakit.

Selain itu, polisi juga menangkap orang-orang yang merekam video atau meneriakkan slogan-slogan. Beberapa demonstran lainnya berteriak, bebaskan orang-orang yang ditangkap. Tetapi polisi terus menangkap para pengunjuk rasa.

Saat itu, seluruh Yangluo street lumpuh. Beberapa netizen mengatakan bahwa hak hukum legal rakyat disebut  sebagai kerusuhan oleh pihak berwenang. Banyak wanita dan anak-anak di lokasi kejadian juga dipukuli hingga cedera serius dan bahkan ada yang pingsan.

Pasca aksi unjuk rasa pada hari itu, pemerintah daerah setempat menurunkan lebih banyak polisi dan polisi khusus. Mereka memblokir sinyal jaringan internet, agar kondisi terkait tidak tersebar keluar. Banyak netizen yang memposting ke Weibo, langsung dihapus.

Karena larangan komunis Tiongkok, mustahil bisa temukan informasi yang relevan di jaringan Tiongkok. 

Netizen Tiongkok tak kurang akal. Mereka memosting video langsung ke media sosial seperti Twitter, Facebook dan YouTube dengan cara menembus “tembok api” yakni sistem sensor Tiongkok. Situasi yang terjadi sebenarnya sontak mengejutkan netizen.

Video terkait menunjukkan jalan-jalan di Distrik Xinzhou, Wuhan, disesaki dengan ribuan massa. Para demonstran melakukan aksinya dari pagi hingga malam. Sejumlah besar polisi anti huru hara disiagakan di lokasi. 

Ada juga video yang menunjukkan massa demonstran duduk di depan barikade polisi, mencoba menghentikan langkah polisi bergerak maju. 

Sementara video lain menunjukkan polisi mengayunkan pentungan untuk membubarkan para demonstran.

 Protes terhadap pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah di Wuhan bertepatan dengan gelombang pawai akbar di Hong Kong, yang memprotes ordonansi pelanggar hukum dan menolak ekstradi ke Tiongkok  yang mengguncang Beijing.

Orang-orang Hong Kong hanya ingin demokrasi dan kebebasan. Aksi protes yang telah berlangsung selama hampir sebulan itu telah menjadi fokus perhatian internasional.

Pada saat yang sama, protes terhadap proyek pembangkit listrik tenaga sampah kini menyebar di seluruh pelosok negeri Tiongkok. 

Sejak 19 Juni 2019, puluhan ribu massa di Kota Yunfu, Kabupaten Yunan, Provinsi Guangdong terus berunjuk rasa, menentang pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah di Desa Mintang, kabupaten tersebut.

Proyek pembangkit listrik tenaga sampah yang sudah dua tahun di Kota Xiantao, Provinsi Hubei, baru-baru ini menjadi sasaran boikot besar-besaran masyarakat sebelum diuji coba pemda setempat. 

Serentetan masalah mulai dari Hong Kong sampai Guangdong hingga Hubei sekarang ini telah membuat komunis Tiongkok “sakit kepala”. (Jon/rp/asr)