Warga Hong Kong Apresiasi Liputan Epoch Times untuk Aksi Penolakan RUU Ekstradisi

Nicole Hao – The Epochtimes

Aksi Protes yang sedang berlangsung terhadap RUU ekstradisi  kontroversial di Hong Kong adalah gerakan sosial terbesar yang pernah ada di kota itu.

Jika disahkan, RUU itu memungkinkan Komunis Tiongkok untuk mencari ekstradisi dari tersangka kriminal yang diinginkan. Bahkan, banyak yang khawatir bahwa proposal itu akan memungkinkan rezim Komunis Tiongkok untuk menghukum para pengkritiknya atas tuduhan yang dibuat-buat.

Epoch Times Hong Kong telah melaporkan perkembangan terbaru tanpa henti.

“The Epoch Times adalah media terbaik dalam melaporkan tentang RUU ekstradisi dan acara terkait,” kata bankir senior dan profesor universitas Hong Kong, Ng Ming Tak, kepada The Epoch Times Hong Kong dalam wawancara 5 Juli.

“Kalian telah mencurahkan banyak sumber daya dan staf profesional untuk melaporkan berita dari berbagai sudut pandang, termasuk politik, ekonomi, mata pencaharian masyarakat, masyarakat, budaya, dan bahkan agama. Anda menyajikan semua fakta di depan pembaca dan mereka dapat melihat apa yang sebenarnya dan menganalisanya sendiri, ” ujarnya.

Kecenderungan media massa di Hong Kong kini semakin didominasi oleh media pro-Komunis Tiongkok atau pro-kemapanan.

Misalnya, pada tanggal 12 Juni, polisi Hong Kong menembakkan gas air mata dan peluru karet,  untuk membubarkan kerumunan pengunjuk rasa yang berkumpul di kompleks pemerintah. 

Keesokan harinya, halaman depan tiga surat kabar utama pro-Beijing Hong Kong, Wen Wei Po, Ta Kung Pao, dan Hong Kong Commercial Daily, semuanya menyebut pengunjuk rasa damai yang sebagian besar tidak bersenjata sebagai “perusuh yang menyerang Hong Kong.”

The Epoch Times tetap menjadi salah satu dari beberapa media independen di kota Hong Kong.

“Saya percaya bahwa semakin banyak media Hong Kong dikendalikan oleh pasukan pro-Beijing, dan semakin sedikit suara independen yang dapat terdengar,” kata Simon Lau Sai Leung, seorang reporter senior, mengatakan kepada The Epoch Times pada 5 Juli.“Epochtimes adalah media independen yang melaporkan berita dari sudut pandang warga Hongkong, ” kata Simon. 

Baru-baru ini, pada hari peringatan penyerahan Hong Kong dari Inggris ke kedaulatan Tiongkok pada tanggal 1 Juli, secara bersamaan digelar pawai damai yang diikuti oleh sekitar 550.000 peserta. Termasuk aksi massa mengelilingi gedung legislatif serta ratusan pengunjuk rasa mengeruduk gedung parlemen pada sore hari.

Keesokan harinya, halaman depan sebagian besar surat kabar Hong Kong hanya memilih untuk fokus soal menggeruduk Gedung parlemen. Ketika itu, hanya  Epoch Times yang melaporkan di halaman depan untuk demonstrasi damai.

“550.000 warga Hongkong berpawai menentang RUU ekstradisi adalah acara paling penting pada hari itu. Beberapa pemrotes yang masuk ke legislatif mengalihkan perhatian dari seluruh aksi protes. Tetapi saya tahu apa yang harus saya fokuskan,” kata Ng Min Tak.

Tepat waktu dan Tujuan Pelaporan

Sejak warga Hong Kong mulai memprotes RUU ekstradisi, wartawan The Epoch Times Hong Kong telah mencurahkan banyak waktu untuk membahas topik tersebut.

“Pada saat ini, sangat berarti bahwa The Epoch Times ada di Hong Kong,” kata Kwok Kwan, Presiden Epoch Times Hong Kong.

“Wartawan kami telah bekerja sangat keras dan jarang tidur selama beberapa minggu ini. Saat melaporkan tentang polisi membubarkan pengunjuk rasa yang mengeruduk badan legislatif pada 12 Juni, beberapa wartawan kami juga terkena semprotan merica,” tambah Kwok.

The Epoch Times juga menyiarkan secara langsung aksi satu juta pawai akbar pada 9 Juni lalu. Serta aksi hampir dua juta warga Hongkong yang menggelar aksi pada 16 Juni lalu.

Pada 1 Juli,  Epoch Times menyiarkan secara langsung lebih dari 24 jam, dimulai dengan pawai, kemudian pengerudukan. Liputan terdiri sejak saat pengunjuk rasa berulang kali membobol pintu kaca dengan peralatan yang berbeda, sampai mereka masuk dan menyerbu masuk Gedung Parlemen.

Pada pukul 4 pagi itu, ketika pejabat tinggi Hong Kong Carrie Lam mengadakan konferensi pers untuk mengatasi pengepungan, Epoch Times juga menyiarkan secara langsung.

Kantor Epochtimes berbeda di seluruh dunia juga bekerja sama dengan Epochtimes Hong Kong untuk menyediakan liputan yang lebih lengkap tentang masalah ini. Misalnya, wartawan dari berbagai negara mewawancarai pejabat, ekonom, dan komentator lokal mereka untuk menganalisis situasi politik dan dampaknya.

“Setelah jutaan protes warga, Epoch Times mewawancarai banyak pejabat Amerika. Suara keprihatinan dan dukungan mereka mendorong warga Hong kong,” kata Kwok.

Komitemn selama 18 Tahun

Pada tahun 2001, Epoch Times mulai memproduksi koran berbahasa Mandarin. Mulai dari  dua mingguan hingga kertas mingguan, Epoch Times setempat terbit setiap hari pada Januari 2005.

“Kami telah menjaga kota ini selama hampir 20 tahun dengan melaporkan kebenaran dan tidak pernah menyerah,” kata Kwok.

Kwok telah bekerja di industri media selama lebih dari 30 tahun, dimulai sebagai wartawan selama masa British Hong Kong. Setelah menyaksikan begitu banyak perubahan di Hong Kong, ia menyadari betapa pentingnya bagi media untuk meliput perubahan itu dengan jujur.

The Epoch Times terus meliput bagaimana Komunis Tiongkok telah ikut campur dalam urusan Hong Kong sejak penyerahan pada tahun 1997. Selain itu, bagaimana komunis Tiongkok melanggar janjinya untuk menjaga otonomi dan kebebasan Hong Kong di bawah model “satu negara, dua sistem”.

Untuk pelaporan semacam itu, The Epoch Times telah menerima ancaman dan gangguan dari organisasi pro-Komunis Tiongkok setempat.

“Kami hampir tidak dapat menemukan percetakan yang berani mencetak kertas kami. Karyawan kami diikuti oleh mata-mata Komunis Tiongkok, dan keamanan pribadi mereka diancam. Klien kami juga diancam oleh otoritas Komunis Tiongkok. Pemilik tempat konferensi yang telah kami pesan membatalkan kontrak kami setelah ditekan oleh rezim Komunis Tiongkok,” kata Kwok.Pada malam 28 Februari 2006 silam, empat pria masuk ke percetakan Epoch Times Hong Kong dan menghancurkan printer yang baru dibeli bernilai lebih dari satu juta dolar Hong Kong. 

Pada 30 Mei 2013, mesin cetak Epoch Times Hong Kong kembali mengalami penyerangan. Sampai sekarang, polisi Hong Kong belum menemukan para tersangka.

Laporan 2006 tentang kebebasan pers oleh Reporters Without Borders mencatat insiden ketika karyawan Epoch Times Hong Kong menerima kiriman paket bom.

Pujian Warga Hongkong

Sebelumnya sudah banyak warga Hongkong terkemuka memuji komitmen The Epoch Times untuk menyajikan laporan yang jujur.

“Sangat sulit untuk menemukan outlet media yang memiliki hati nurani dan telah cukup berani untuk melaporkan kebenaran selama bertahun-tahun di Hong Kong,” kata mantan anggota parlemen Lam Wing Yin dalam wawancara Desember 2015.

Apresiasi serupa disampaikan oleh mantan Kardinal Hongkong. “Anda adalah model bagi warga Hongkong yang masih ingin memiliki pendapat independen,” kata mantan Kardinal Hong Kong Joseph Zen Ze-kiun dalam wawancara Maret 2016 lalu.

Liputan The Epoch Times melampaui urusan lokal

The Epoch Times memiliki koneksi dengan banyak orang dalam tingkat senior di daratan Tiongkok. Ini telah melaporkan beberapa kejadian lebih awal dari outlet media lainnya. Misalnya, pencopotan Wang Lijun dan Bo Xilai, kemudian pencopotan Xu Caihou. ”   

Untuk diketahui Xu Caihou adalah mantan wakil ketua Komisi Militer Pusat Tiongkok, agen Partai tertinggi Komunis Tiongkok yang bertanggung jawab atas militer.

Joseph Cheng Yu-shek, profesor ilmu politik di City University of Hong Kong, pernah menggambarkan The Epoch Times sebagai : “The Epoch Times menganut semangat kejujuran.” 

(asr)