Tiga Memori Bersama dari Suku Bangsa Berlainan di Dunia

Zhang Tianliang

Ada banyak suku bangsa di dunia, budaya dan bahasa yang berbeda-beda. Seorang sejarawan bernama Dr. Zhang Tianliang, pernah berkata dalam pidatonya bahwa ada banyak suku bangsa di dunia, budaya dan bahasa mereka juga berbeda, bahkan tersekat oleh pegunungan, gurun dan lautan. Namun, mereka hampir semuanya memiliki tiga memori yang sama.

Berikut ini tiga memori yang sama menurut Dr. Zhang Tianliang.

Pertama, Memori manusia diciptakan dari tanah

Memori pertama yang disebutkan oleh Zhang Tianliang adalah legenda penciptaan manusia dari tanah.

Orang Tiongkok memiliki kisah Nuwa menggunakan tanah liat untuk menciptakan manusia.

Di Barat, Tuhan juga menggunakan tanah liat untuk menciptakan manusia.

Di antara etnis minoritas di Afrika, Amerika Selatan dan Australia, ada juga legenda manusia diciptakan dari tanah liat. Itu merupakan karakteristik bersama dari berbagai suku bangsa.

Kedua, Memori air bah

Memori bersama kedua adalah banjir besar di zaman kuno. Di Tiongkok tercatat Da Yu atau Yu Agung mengendalikan air bah. Dalam Alkitab, ada kisah tentang Bahtera Nuh.

Menurut kalender Ibrani, Bahtera Nuh muncul ketika terjadi air bah, yakni pada masa Kaisar Yao di Tiongkok saat  Da Yu mengabdi, banjir raksasa tersebut menyebar ke seluruh dunia.

Ada seorang cendekiawan pernah mencari memori dari berbagai suku bangsa mengenai banjir besar di berbagai belahan dunia. Dia total menemukan 270 kejadian.

Dalam banjir besar itu, semua peradaban bangsa di kala itu nyaris musnah. Hanya peradaban Tiongkok saja yang berhasil selamat.

Ketiga, Kedatangan Tuhan

Ingatan umum ketiga yang dimiliki oleh suku bangsa berbeda adalah bahwa manusia harus menunggu kedatangan Tuhan. Di dalam Alkitab disebutkan bahwa di suatu hari nanti Tuhan akan kembali untuk mengadili umat manusia.

Kebangkitan negara Israel menandakan tibanya malam menjelang Pengadilan Terakhir. Di dalam sutera agama Buddha dibahas tentang sang Buddha Maitreya yang turun ke bumi. Selain itu juga membahas ketika bunga Udumbara bermekaran, ada Raja Suci Pemutar Roda turun ke bumi menjabarkan hukum Langit demi penyelamatan umat manusia.  

Selain itu, banyak suku bangsa telah mewariskan legenda tentang Tuhan akan kembali, seperti bangsa Maya meninggalkan 13 buah tengkorak kristal. Mereka percaya, ketika semua ketigabelas tengkorak-tengkorak itu terkumpulkan, maka di saat itulah Tuhan kembali.

Dari tiga memori yang memiliki kesamaan itu, ada hal terpenting bagi semua etnis bangsa.

Zhang Tianliang merangkum tiga karakteristik bersama dari berbagai suku bangsa itu  menjadi tiga kata “asal usul, hikmah, harapan”.

Asal usul berarti bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan. Hikmah, mewakil bahwa kemerosotan moralitas manusia akan mendapat ganjaran. Ketika moralitas manusia di berbagai wilayah telah rusak, maka manusia berada di ambang bencana. Harapan, mewakili kembalinya Tuhan.

Menurut Zhang Tianliang, musnahnya peradaban dan budaya dari suku bangsa yang berbeda, tetapi beruntung masih mengingat tiga hal itu.

Itu menunjukkan bahwa bagi berbagai suku bangsa di berbagai negara yang berbeda, mengetahui bahwa hal yang paling penting bagi rakyat mereka adalah tiga hal itu. Bahkan jika telah melupakan hal-hal lain juga tidak bermasalah asalkan masih ingat tentang tiga hal itu sudah cukup.

Mengenai hal ketiga, kembalinya Tuhan, Zhang Tianliang menjelaskan, dalam kitab Wahyu, Alkitab dikatakan, sebelum pengadilan terakhir akan terjadi duel antara kebaikan dan kejahatan.

Dalam perang terakhir itu, manusia yang memilih sisi Tuhan dapat pergi ke surga. Sedangkan mereka yang memilih sisi iblis dan yang pernah bersumpah pada iblis, pada akhirnya mereka yang tidak setia, yang melakukan percabulan, yang berdusta, yang membunuh dan lain sebagainya, akan menderita untuk selamanya.

Kuncinya adalah, dalam menghadapi hal ketiga ini yakni kembalinya Tuhan, bagaimana manusia memilih. (HUI/whs/rp)