Beijing Lebih Takut Kekurangan Daging Babi daripada Perang Dagang dan Isu Hongkong

Xu Jian

Pada 9 September 2019, Anna Fifield, Kepala Kantor ‘Washington Post’ di Beijing, Tiongkok merilis sebuah artikelnya tentang masalah politik paling mendesak yang sedang dihadapi komunis Tiongkok saat ini. Anna menyebut bahwa masalah yang paling ditakuti rezim Beijing saat ini bukan protes yang sedang berlangsung di Hongkong, juga bukan perang dagang dengan Amerika Serikat yang bisa berlangsung lama, tetapi keluhan masyarakat Tiongkok karena kekurangan daging babi.

Anna Fifield mengatakan bahwa dalam tahun babi ini, kekurangan pasokan daging babi telah menjadi masalah politik yang lebih serius, sampai-sampai kalangan penguasa komunis Tiongkok menyerukan pentingnya untuk menstabilkan pasokan dan harga daging babi. Itu merupakan tugas politik utama saat ini.

Warga di daratan Tiongkok gemar mengonsumsi daging babi, seperti daging babi goreng, iga babi asam manis, streaky pork, kaki babi, pangsit babi, dan lain-lainnya. Warga Tiongkok setiap orang setahunnya menghabiskan rata-rata 120 pon daging babi dan setengah dari jumlah babi di dunia dikonsumsi oleh rakyat Tiongkok.

Artikel itu menyebutkan bahwa dengan datangnya serangkaian liburan seperti Festival Pertengahan Musim Gugur pada hari Jumat 13 September 2019, ketika warga mengadakan makan malam keluarga, pejabat komunis Tiongkok sangat khawatir bahwa kemarahan yang meningkat dari masyarakat akan mengurangi keceriaan perayaan.

Namun yang lebih dikhawatirkan oleh komunis Tiongkok adalah bahwa kekurangan pasokan daging babi akan merusak peringatan 70 tahun hari jadi Republik Rakyat Tiongkok pada 1 Oktober 2019 mendatang. Khususnya, kejengkelan dari para warga berpenghasilan rendah yang tidak mampu membeli daging babi dapat mengguncang pondasi kekuasaan komunis Tiongkok karena salah satu kebohongan komunis Tiongkok itu berbunyi, “Pemerintah membiarkan rakyat menjalani kehidupan yang lebih baik.”

Hu Chunhua, Wakil Perdana Menteri Tiongkok pada akhir bulan lalu mengatakan bahwa pemerintah harus memastikan pasokan daging babi melalui berbagai cara yang dimungkinkan. Pasokan daging babi di Tiongkok untuk kuartal terakhir tahun ini dan paruh pertama tahun 2020 sangat berkurang. Menurut Hu Chunhua, pemerintah perlu memperkuat kontrol untuk membimbing opini publik. 

Untuk mengatasi situasi kekurangan itu,Hu Chunhua mengatakan bahwa pemerintah bermaksud memasok sejumlah persediaan daging babi beku. Sama seperti pemerintah Amerika Serikat menimbun persediaan minyak bumi. Pemerintah Tiongkok juga memiliki persediaan daging babi beku.

Seiring dengan semakin mendekatnya hari perayaan, pemerintah pusat dan daerah mengambil tindakan untuk mempersempit kesenjangan antara penawaran dan permintaan daging babi. Akhir pekan lalu, Guangzhou mulai melepaskan 1.800 ton cadangan daging babi beku ke pasar lokal.

Andrew Polk, seorang analis dari perusahaan konsultan di Beijing ‘Trivium’ mengatakan bahwa pemerintah Tiongkok sangat takut terhadap meningkatnya harga pangan, karena itu akan menyebabkan ketidakpuasan publik terhadap pemerintah terutama pada peringatan tahun ke-70 pemerintahan rezim komunis. Ketersediaan dan keterjangkauan harga pangan semakin terasa penting. 

Lalu apakah saat ini lebih baik daripada 70 tahun silam ? Masalah seperti ini cenderung menyulut kemarahan rakyat.

Masalah daging babi di Tiongkok menjadi parah setelah terjadinya wabah demam babi Afrika setahun yang lalu, yang menyebabkan pemusnahan hampir 1,2 juta babi. Dilaporkan pihak berwenang bahwa populasi babi di Tiongkok telah turun sepertiga dibandingkan tahun lalu, dan produksi daging babi jelas ikut turun.

Menurut statistik resmi, Tiongkok pada tahun 2018 memproduksi 54 juta ton daging babi tetapi tahun ini diperkirakan hanya memproduksi 40 juta ton. Rabobank, Belanda memperkirakan bahwa produksi daging babi Tiongkok akan turun lebih jauh menjadi 34 juta ton tahun depan.

Selain itu, mulai bulan September 2019 ini, pemerintah Beijing memberlakukan tarif impor tambahan 10% terhadap produk pertanian Amerika Serikat yang ikut meningkatkan harga daging babi impor dari Amerika menjadi 72%.Selain itu pemerintah Tiongkok juga membatalkan beberapa pembelian besar daging babi Amerika.

Faktor-faktor tersebut telah menyebabkan harga daging babi di pasar Tiongkok melambung tinggi. Tercatat sejak bulan Juli 2019 harga daging babi telah naik 50%, melampaui level rekor tahun 2016. Data inflasi yang dirilis pada hari Selasa 10 September 2019  menunjukkan bahwa harga daging babi di bulan Agustus 2019 naik 46,7% year over year atau YoY, naik hampir 20% dari harga bulan Juli 2019 lalu.

Pada saat yang sama, komunis Tiongkok sedang menciptakan opini publik untuk mendorong konsumen mengurangi makan daging babi.

Sebuah artikel di halaman depan web sites lifetimes.cn yang berafiliasi dengan ‘People’s Daily’ mencoba untuk “mendorong” pembaca mengurangi konsumsi daging babi karena berbahaya bagi kesehatan. 

Artikel itu langsung mendapat respon dari netizen.  Salah satunya berkomentar, “Apakah makan rumput itu yang sehat? Tulis seorang netizen meledek. Itu semua ulah komunis Tiongkok untuk menipu masyarakat. (sin)