Trump Bertarung Melawan Bayangan Taipan Finansial dan Xi Jinping Merasakan Krisis Mengancam

oleh Chuan Ren

Pemerintahan Bayangan, Penetrasi dan Pemilu

Pemilu AS 2020 memengaruhi hati ratusan juta orang. Dari sebelum pemilihan, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Pelosi secara terbuka menyatakan bahwa Biden “pasti terpilih”, hingga pada pukul 10 pada 3 November lalu, beberapa negara bagian tiba-tiba menangguhkan pencatatan  suara dan dalam semalam, kurva Biden yang ajaib membalikkan keunggulan absolut Trump. 

Terutama dapat disaksikan bahwa media Amerika dengan kaliber yang sangat seragam seperti media partai komunis, hingga sekarang pertarungan hukum yang dijalankan oleh Presiden Trump, diiringi massa dari berbagai negara bagian telah turun ke jalanan dengan menenteng senjata untuk menuntut penghitungan suara yang jujur.  

Banyak orang-orang berseru, “Apakah ini perang saudara? Siapa melawan siapa?”

Sebenarnya ini adalah sebuah kudeta, dan tidak terbatas di Amerika Serikat saja, jika kudeta berhasil bisa saja memicu kudeta di Tiongkok. Tapi jalan lurus di dunia ini adalah bagian dari kehidupan. 

Berikut adalah analisis dari penulis Chuan Ren, dan dalam menghadapi kesulitan, penulis berharap setiap orang dapat membuat pilihan yang tepat.

Pemerintahan bayangan

Ketika membahas tentang Amerika Serikat, pada umumnya orang menganggapnya sebagai tempat suci demokrasi yang dikagumi, tiga kekuasaan independen dan mekanisme saling mengekang, telah membuat masyarakat dunia merindukan demokrasi ini dan asyik membicarakannya. 

Realitanya ini adalah bagian dari pemerintahan Amerika. Sistem yang dirancang oleh para founding fathers Amerika Serikat ini, telah berjalan mulus selama lebih dari dua ratus tahun.

Namun selain itu, ada kekuatan tersembunyi yang tidak bisa diabaikan, yaitu pengaruh dunia finansial,yakni: kekuasaan finansial. 

Awalnya ini adalah kekuatan positif yang membantu operasi normal masyarakat, tetapi seiring dengan pengaruh keuangan yang kian hari kian membesar terhadap kalangan politik dan media, segala sesuatunya mulai berubah rasa.

Terutama setelah Perang Dunia II, pengaruh sektor keuangan di kalangan politik dan media jauh melebihi imajinasi kebanyakan orang. 

Federal Reserve (The Fed) bukanlah bank nasional Amerika Serikat, tidak dikendalikan oleh pemerintah AS, tetapi bertanggung jawab atas perpajakan dan penerbitan mata uang AS; empat pedagang pangan utama ABCD mengendalikan hampir semua bahan pangan dan pakan ternak di dunia; Monsanto telah mengendalikan sebagian besar industri pertanian dunia; Goldman Sachs, JP Morgan Chase,bank-bank besar ini telah mengontrol dompet orang-orang di seluruh dunia. 

Dalam wawancara central TV dengan kepala keluarga Rothschild, ketika ditanya berapa banyak uang yang dimiliki oleh keluarga David Rothschild sekarang, dia tersenyum misterius sembari berkata: “Kami lebih peduli dengan pengaruh.”

Ada orang yang bercanda bahwa politisi Amerika, sebenarnya adalah kuli dari taipan keuangan. 

Para politisi di Washington telah terbentuk menjadi grup faksi pembentukan/establishment, mereka tidak memiliki afiliasi partai, secara penampilan dipenuhi dengan kebajikan dan moralitas serta political correctness, tetapi mereka adalah juru bicara para taipan keuangan yang berada di belakang layar. 

Di bawah naungan pengaruh uang para taipan ini, Washington menyebut diri sendiri sebagai “pemerintahan bayangan”.

Meskipun pemerintah bayangan memiliki kontrol yang kuat atas masyarakat Barat melalui berbagai saluran, namun negara-negara bekas kubu komunis yang membuat mereka agak pusing, negara-negara ini memiliki sistem keuangan mereka sendiri yang independen dan  memiliki aset yang cukup besar, di saat pemerintah bayangan melakukan operasi keuangan finansial, jika negara-negara ini ikut campur tangan, mereka kemungkinan besar akan kehilangan kendali. 

Selama krisis keuangan Asia pada 1997, para taipan keuangan berhasil meruntuhkan Korea Selatan, Thailand, Singapura, Malaysia dan Indonesia. Tetapi Soros yang selalu sukses, akhirnya gagal di Hong Kong karena tahun tersebut adalah kembalinya Hong Kong ke Tiongkok. 

Partai Komunis Tiongkok tidak membiarkan ekonomi Hong Kong runtuh, maka mereka dapat melawan sistem keuangan Barat dengan upaya nasional dengan cara mengabaikan mata pencaharian masyarakat.

Dimana Komunis Tiongkok berada?

Sejak reformasi keterbukaan, terutama setelah Jiang Zemin berkuasa (1989 – 2002), pengaruh Partai Komunis Tiongkok di Wall Street terus berkembang, karena sistem kediktatoran Komunis Tiongkok lebih kondusif untuk mengumpulkan dana, dan dengan menggunakan cara curang berspekulasi produk keuangan untuk mendapatkan keuntungan. 

Setelah bertahun-tahun beroperasi, sistem keuangan AS  sangat teliti dan lengkap, namun reformasi dan keterbukaan Komunis Tiongkok, tidak memiliki norma sama sekali, maka dari itu sama saja dengan membuka pintu belakang lebar-lebar bagi sistem keuangan AS. 

Setelah Tahun 1999, untuk menutupi penganiayaan terhadap Falun Gong dan berbagai kelompok agama hak asasi manusia, Jiang Zemin menggunakan berbagai metode mencoba yang terbaik untuk menjilat para taipan Wall Street, dan memberikan berbagai persyaratan preferensi untuk memungkinkan Wall Street berinvestasi di Tiongkok, membangun kondisi rakyat Tiongkok tidak lagi peduli dengan masalah  hak asasi manusia dengan “diam-diam menghasilkan  kekayaan”. 

Para raksasa Wall Street juga bersuka-cita menggunakan kesempatan ini, untuk mendobrak hambatan keuangan di Tiongkok dan melakukan penetrasi ke Tiongkok. Jadi dengan satu kali kontak saja mereka merasa cocok dengan Komunis Tiongkok.

Setelah bertahun-tahun menjalankan bisnis, keluarga Jiang Zemin dan kroninya pada dasarnya telah mengendalikan semua saluran Wall Street untuk berbisnis dengan Tiongkok, Jiang menggunakan kekuasaan merampas posisi tingkat tinggi di kalangan keuangan Wall Street untuk keluarga Jiang, jika ada orang Wall Street yang ingin berbisnis dengan Tiongkok maka mereka harus melewati jalur Jiang Zemin. 

Masalah terbesar bagi Jiang Zemin adalah masalah Falun Gong, bagi Wall Street, Falun Gong “tidak memiliki nilai untuk dipertukarkan menjadi manfaat”. 

Oleh karena itu, di Wall Street, hampir semua orang menghindari pembicaraan tentang Falun Gong, tidak peduli apa pendapat elit keuangan secara pribadi, mereka tidak akan menyebut Falun Gong demi kepentingan bisnis, apalagi menyuarakan keadilan bagi Falun Gong.

Artinya, sejak era Jiang, Partai Komunis  dan  para   raksasa   keuangan ini, telah melakukan kejahatan mereka masing-masing  di  Timur  dan  Barat,  mulai berkolusi dan merembesi satu sama lain, di saat itu membentuk sebuah kelompok kejahatan besar yang menggabungkan politik, bisnis, media dan teknologi. 

Demi kepentingan bersama kelompok ini, skandal Hunter Biden dibungkam oleh media arus utama Amerika, orang-orang yang mendukung Trump dibungkam, dan bukti kecurangan pemilu ditutup-tutupi. 

Aktivitas normal pemilihan presiden dan demonstrasi massa dilaporkan sebagai sumber merebaknya wabah,  sementara  pemukulan,  penjarahan secara terbuka dari Antifa dan BLM malahan menjadi  penjelmaan  keadilan,  para pemimpin sayap kiri (berkulit putih) membagikan pizza gratis untuk menghibur dan berlutut (kepada para pendemo berkulit hitam) untuk pencitraan, bahkan mengeluarkan dana besar untuk membebaskan para tahanan dalam penjara agar ikut serta dalam kerusuhan.

Di bawah sistem ini, sejumlah besar pekerjaan Amerika telah dipindahkan ke Tiongkok, sejumlah besar teknologi telah dicuri oleh Komunis Tiongkok, dan sejumlah besar orang Amerika telah kehilangan pekerjaan mereka. 

Bahkan jika mereka menemukan pekerjaan, mereka tidak akan lagi memiliki manfaat yang sangat baik dan lingkungan kerja yang santai dan stabil seperti waktu dulu. Pekerja yang menganggur harus bergantung pada kesejahteraan sosial, dan jumlah orang miskin meningkat pesat. Menyebarkan kemiskinan menjadi cara terbaik untuk menyebarkan sosialisme, sehingga pemikiran sosialis mulai berkembang di Amerika Serikat.

Jadi, dimana Komunis Tiongkok berada? Dia tidak hanya bercokol di Tiongkok, hari ini tak peduli Anda berada dimana, dalam kehidupan Anda dia berada di mana-mana.

Kudeta

Pada 2016, Trump menghendaki agar para penganggur di Amerika mendapatkan kembali martabat manusia mereka, dan mengandalkan suara dari kelas pekerja ini secara tak terduga terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat, hal itu telah menjebol mekanisme operasi sistem jahat ini. 

Kelas pekerja selalu dipandang hina oleh kaum “elit” Amerika sebagai anti-intelektual dan bodoh, itu sebabnya, berbagai media besar telah melakukan secara maksimal dalam mengejek Trump dan para pemilihnya, alasan mendasarnya adalah bahwa Trump sedang bekerja melawan pemerintahan bayangan.

Apakah pemilu AS kali ini adalah pemilu yang sebenarnya? Sistem menipu untuk pemungutan suara, media membuat fenomena palsu di seluruh negeri dan mencoba mentransfer kekuasaan sebelum pemungutan suara dinyatakan selesai. 

Bukankah ini ulah media arus utama ini sama saja dengan kudeta di beberapa negara, yang mula-mula merampas stasiun radio dan televisi, kemudian memalsukan legitimasi melalui media, untuk selanjutnya mencoba menguasai militer dan mesin negara?

Dalam pemisahan tiga kekuasaan, kekuasaan kehakiman merupakan fondasi dari penjaminan sistem demokrasi, selama keadilan yudisial dilemahkan, maka demokrasi dapat dirongrong dan dirusak. 

Partai Demokrat sudah memperhitungkan semua tahapan dalam proses pemilu, mulai dari kecurangan voting, memanfaatkan media untuk membangun momentum dan memblokir berita, hingga pertarungan hukum. 

Menurut rancangan sebelumnya, meskipun Trump memulai proses hukum, ia tidak akan menang di Mahkamah Agung, karena meskipun tingkat konservatif Mahkamah Agung adalah 5: 4 untuk kaum konservatif, ketika RUU lain disahkan, hasil sebenarnya adalah kebalikannya yakni  4:  5, artinya, di antara hakim tertinggi yang mengaku konservatif, salah satu dari mereka sebenarnya memilih kaum liberal untuk alasan yang tidak diketahui.

Sayang sekali manusia punya rencana namun Tuhan yang menentukan, Hakim Agung Ginsburg dari kubu liberal justru meninggal dunia pada saat ini. Pelantikan Barrett, hakim konservatif yang dicalonkan oleh Trump, akan membuat rasio hakim konservatif dan liberal menjadi 6: 3. Untuk itu Partai Demokrat di senat berupaya keras untuk mencegah Hakim Barrett menjabat, dan bahkan calon wakil presiden dari Partai Demokrat Harris dalam sidang di senat secara pribadi mengajukan pertanyaan. 

Jika Hakim Barrett dapat dicegah untuk menjabat, maka dalam kasus suara 4: 4, hasil akhir ditentukan oleh Ketua DPR, maka Partai Demokrat kemungkinan masih akan berhasil melakukan kecurangan. Setelah Barrett menjabat, jika gugatan pemilu dibawa ke Mahkamah Agung, suara voting hakim kemungkinan besar 5: 4, yang akan menjebol rencana kudeta Demokrat.

Oleh karena itu, ketika Trump mengajukan tuntutan hukum di beberapa negara bagian yang kontroversial, pengadilan negara yang dipengaruhi oleh kaum demokrat berusaha untuk menolak penuntutan dengan alasan seperti “tidak ada bukti” dan lain sebagainya, jika pengadilan tidak dapat membuka kasus tersebut, maka tim hukum Trump bakal tidak berpeluang untuk mengajukan banding ke Mahkamah Agung. 

Hal ini menyebabkan tim hukum Trump mengumpulkan bukti dari seluruh masyarakat dengan situasi sejumlah besar aktivitas penipuan telah terungkap. 

Masalah daratan Tiongkok dan Taiwan

Setelah Trump menjabat, hubungan AS-Tiongkok mengalami perubahan drastis, khususnya pada masalah Taiwan yang merupakan titik pergulatan hubungan AS- Komunis Tiongkok, yang mendapatkan banyak keuntungan dari pergumulan kedua negara besar tersebut. Khususnya dalam hal penjualan persenjataan bagi Taiwan yang diloloskan sepenuhnya oleh kongres AS.  Hubungan AS dan Taiwan pun mencapai periode terbaiknya sepanjang sejarah.

Seharusnya dikatakan dukungan terhadap Taiwan, adalah arah kebijakan anti-komunis pemerintahan Trump, tapi mengapa Partai Demokrat mendadak juga memberikan suara bulat mendukung Taiwan? Sebenarnya jika penanganan hubungan kedua daratan dilihat dari sudut pandang ekspansi perseteruan antar kekuasaan dalam internal Komunis Tiongkok di luar negeri, masalah ini akan sangat mudah dijelaskan. 

Seperti diketahui, konflik kekuasaan antara Jiang dengan Xi sangat sengit, Xi mengatasnamakan pemberantasan korupsi memukul kepentingan elit penguasa PKT dari kubu Jiang, kelompok keturunan para penguasa (aristokrat partai) di berbagai daerah telah sejak lama bersekongkol dan menyatu dengan keluarga Jiang. 

Xi Jinping sebagai inti (kekuasaan pusat), juga telah menyaksikan sendiri kelompok Jiang memanfaatkan cara-cara finansial menekan bursa saham justru pada hari ulang tahun Xi untuk mempermalukannya. 

Sampai kali ini, Xi juga telah menyaksikan kemampuan predator finansial mengendalikan media massa dan pemilu. Tekanan yang dihadapi Xi Jinping dalam pemerintahannya, pada permukaan sepertinya adalah konflik “para elit” Wall Street yang disusupi dan dikendalikan oleh para elit Komunis Tiongkok, juga merupakan konflik dengan kekuatan “korupsi”, sebenarnya tekanan tersebut berasal dari kelompok jahat  komunisme  yang  berada di belakang para elit Komunis Tiongkok yang tersebar di seluruh dunia.

Selama periode pemilu, walaupun rakyat dan media massa Taiwan mendukung Trump, dan banyak memberitakan skandal terkait keluarga Biden, tapi menjelang pilpres, di akhir pekan Presiden Taiwan Tsai Ying-Wen buru-buru mengadakan rapat keamanan nasional darurat terkait sebuah berita di media massa AS, dan mengumumkan “tidak berpihak”. 

Satu-satunya penjelasan yang masuk akal atas hal ini adalah kelompok kepentingan ini sangat tidak suka terhadap pemberitaan media massa Taiwan, dan Tsai Ying-Wen mungkin telah mendapat peringatan dan intelijen internal bahwa Biden “dipastikan akan terpilih”. Sehingga dia pun menjadi salah satu pemimpin yang paling awal memberikan ucapan selamat kepada Biden, seharusnya dikatakan, ini adalah suatu aib pada pemerintahannya.

Trump menjual persenjataan bagi Taiwan adalah demi melawan komunis, sementara Partai Demokrat memberikan dukungan penjualan senjata kepada Taiwan adalah untuk menggulingkan Xi Jinping. Wall Street adalah cukong pendanaan utama bagi pencalonan Biden dalam pilpres. 

Para elit finansial di Wall Street, baik anggota Partai Demokrat maupun Partai Republik memberikan suaranya bagi Biden menurut kepentingan Wall Street. Xi Jinping tidak bertindak sesuai aturan Wall Street, kelompok Wall Street tidak menyukainya sudah sejak lama.

Seandainya Biden nantinya berhasil merebut kekuasaan, mungkin akan memberikan tekanan  yang  lebih  besar  bagi Xi, yang kemudian akan mendongkrak orang-orang dari kubu Jiang untuk naik panggung. Kubu Jiang telah berkali-kali mencoba menghabisi Xi, namun selalu gagal. 

Sementara elit finansial AS bahkan di AS pun bisa melakukan kudeta, jadi bukan tidak mungkin bagi mereka bila ingin melakukan kudeta di Tiongkok. Begitu sudah tercapai, maka akan kembali ke model semula di era kekuasaan Jiang yakni dua daratan tiga wilayah diam-diam menjadi kaya raya bersama para elit Eropa dan Amerika. 

Posisi strategis Taiwan dibangun di atas pondasi konfrontasi antara AS dengan Tiongkok, jika para elit Tiongkok dan AS meraup kekayaan bersama-sama, maka Taiwan pun akan dicampakkan. Tentu ini hanya analisa yang bersifat hipotesa, walaupun kemungkinannya sangat kecil, tapi Taiwan membutuhkan kewaspadaan.

Konflik internal PKT mendunia

Kebijakan Trump terhadap Komunis TIongkok telah menimbulkan tekanan yang sangat besar terhadap pemerintahan Xi Jinping. 

Secara logika seharusnya Xi lebih berharap Biden memenangkan pilpres. Dan setelah media massa sayap kiri AS mengumumkannya, pemimpin Komunis Tiongkok Xi Jinping, seharusnya akan langsung menelepon sendiri atau mengirimkan telegram ucapan selamat, seperti yang dilakukan oleh Jerman, Kanada, Jepang, dan Taiwan baru masuk akal. 

Karena kalangan luar menilai, orang yang paling diuntungkan dan dalang kasus kecurangan kali ini seharusnya adalah pemimpin Komunis Tiongkok Xi Jinping, tapi dia justru sampai sekarang belum juga menyatakan sikap, pada akhirnya beberapa waktu lalu dalam konferensi pers Kemenlu setelah dicecar pertanyaan bertubi-tubi dari wartawan hanya menjawab sekenanya, beberapa patah kata pernyataan resmi, persis seperti sikap petinggi Komunis Tiongkok dulu terkait proyek Dam 3 Ngarai. 

Mengapa sikap XI Jinping terhadap Biden begitu dingin?

Tahun ini, bencana alam terus menerus terjadi di Tiongkok. Mulai dari pemerintah sampai industri terbeban hutang yang menumpuk, pendapatan tidak sesuai dengan pengeluaran, kredit macet semakin meningkat. Lebih parah lagi pasca pandemi, perusahaan besar maupun kecil di berbagai daerah bangkrut satu persatu yang semakin memperburuk efek domino kredit macet ini. 

Pemerintahan Xi membutuhkan uang. IPO Ant Financial Services Group diperkirakan mampu menggalang dana lebih dari USD 40 miliar, dana yang dibekukan melebihi USD 2,9 triliun, politisi berbagai negara dan para taipan finansial ramai-ramai ikut ambil bagian, dengan harapan dapat meraup keuntungan dari ajang ini. Namun, sayangnya hanya dalam waktu semalam dihentikan oleh pemerintah XI.  Hal ini sangat mengejutkan banyak pihak.

Jack Ma yang dipuji oleh Komunis Tiongkok sebagai konglomerat yang memulai bisnisnya dari nol, sebenarnya adalah ‘sarung tangan putih (jubah ‘legal’ yang realitanya menangani urusan ‘ilegal’)’ bagi keluarga Jiang, jelas IPO Ant Group tidak akan bisa menambah daya bagi pemerintahan Xi Jinping, sebaliknya justru akan meningkatkan kekuatan kubu Jiang. 

Jack Ma selain tidak tunduk kepada Xi Jinping, para aristokrat partai, Biden, Hillary, Wall Street, dan para politisi Washington pun tak akan tunduk pada pengaturan Xi Jinping, jika Ant Group berhasil go public, maka kapasitas USD 2,9 triliun itu ditambahkan lagi dengan kemampuan Alibaba dan promosi oleh Nanfang Newspaper Group, bukankah kondisi Xi Jinping akan sangat menyerupai apa yang dialami Trump?

Tanpa membahas kebaikan atau kejahatan, dalam hal gaya pemerintahan antara Xi Jinping dengan Trump terdapat sejumlah “kemiripan”.

Trump yang  dikepung oleh kaum establishment Washington terus memecat para pejabat dalam pemerintahannya, sementara Xi Jinping telah bertahun-tahun menangkap harimau dan lalat korupsi, tapi tetap saja tidak habis ditangkap semuanya, termasuk orang-orang yang bertahun-tahun telah mengikutinya pun telah disuap oleh kubu Jiang dan berbalik mengkhianatinya. 

Melihat  kondisi  ini, jelas Xi bukanlah tangan yang mengendalikan kudeta di AS, kemampuannya tidak mencukupi. Tak hanya itu saja, saat proses kudeta dengan kecurangan yang terang- terangan terhadap Presiden Trump terjadi di depan mata, Xi Jinping sendiri semestinya juga berkeringat dingin, seandainya seorang presiden AS pun bisa diselesaikan oleh para elit finansial, maka posisinya sebagai kepala negara Tiongkok bahkan lebih membahayakan.

Menghentikan Ant Group, sebenarnya adalah tindakan Xi Jinping untuk melindungi dirinya. Ini adalah salah satu dari sekian banyak krisis yang mengancam Xi. Namun ini hanya taktik sementara saja.

Bagaimana Xi Jinping dapat menggelar sebuah jalan pemerintahan jangka panjang yang aman? Sebenarnya jika Xi Jinping memiliki keberanian hal ini sangat mudah. 

Seharusnya Xi sangat memahami pernyataan Trump dan Pompeo yang berulang kali menyatakan bahwa segala cara yang dilakukan adalah menyasar partai komunis, dan bukan dilakukan terhadap rakyat Tiongkok. 

Jika Xi bisa melepaskan partai komunis, dan tidak lagi menanggung aset politik dari Jiang Zemin dan PKT yang negatif itu, serta bersama Trump dan Pompeo menentang komunisme, maka tekanan terhadap dirinya dari luar negeri akan segera sirna, serta akan memiliki legalitas dan legitimasi kekuasaan pemerintahan.

Untuk menghadapi kubu Jiang, ia bisa memberikan informasi terkait bagi negara asing, dan dengan bantuan pemerintah AS, menangkap para pelakunya, serta memutus sumber dana mereka. 

Dengan kata lain, kejahatan itu dapat bertindak, bukankah karena mengandalkan uang? Kalau sudah tidak ada uang, maka pengkhianatan demi kepentingan di internal kubu Xi Jinping pun dengan sendirinya akan berkurang banyak, dan Xi pun dapat menjadi inti kekuasaan yang sesungguhnya. Jalan ini meskipun sulit dan berbahaya, tapi ini adalah jalan keluar satu-satunya.

Jika tidak meninggalkan partai komunis, maka mau tidak mau harus menanggung hutang darah yang diperbuat oleh Jiang Zemin dan partai komunis, terus berada di dalam lingkaran partai komunis, menghadapi pertikaian antara para aristokrat partai, menghadapi ancaman kubu Jiang dan kekuatan finansial yang besar di baliknya! 

Lalu, hingga akhirnya partai komunis runtuh, segala hutang darah akan diperhitungkan pada partai komunis, pada waktu itu, Xi Jinping yang menjadi orang di tengah-tengah kelompok berkepentingan Komunis Tiongkok yang tidak pernah benar-benar mendapatkan kepentingannya, justru harus menjadi kambing hitam bagi Jiang Zemin

Pada 20 Oktober 2020 lalu, surat kabar Wall Street Journal menerbitkan artikel ulasan berjudul “Lighting Will Have to Strike Twice for Trump to Win”. Pada 22 Oktober pukul 2 dini hari, atau 30 jam setelah artikel ini diterbitkan, tiga sambaran petir di saat yang sama menyambar Trump International Hotel yang berlokasi di Chicago.

Hari ini di semua lantai bursa efek seluruh dunia meniru Wall Street, dengan mendirikan sebuah patung banteng emas di depannya yang melambangkan kemakmuran saham dan ekonomi, juga sebagai wujud dari kekuasaan para taipan finansial. 

Berapa banyak kehidupan yang ikut terombang ambing naik turun seiring dengan lonjakan dan anjloknya bursa saham, telah melupakan harapan dan janji saat datang ke kehidupan ini, akan menghadapi hukuman yang lebih berat dari alam Dewa.

Pemilu paling meriah sepanjang sejarah ini masih berlangsung. Menguji pemerintah AS, juga menguji tim sukses kampanye kedua pihak, menguji sistem demokrasi dan hukum di AS, terlebih lagi juga menguji hati nurani setiap warga AS serta masyarakat dunia. 

Selama Trump tidak menyerah, memimpin rakyat AS untuk terus melawan, melindungi badan politik AS, melindungi sistem pemilu yang sah dan sempurna, melindungi legitimasi hukum Amerika, dan melindungi nilai- nilai universal Amerika, menurut tatanan normal, maka menjabatnya kembali Trump hanyalah masalah waktu dan proses saja.

Ada yang akan bertanya, mengapa Trump dapat menjabat lagi? Acap kali warga AS akan menjawab: “God Bless America!”  (Lin)

Keterangan Foto : Presiden AS Trump mengecam berita palsu sebagai musuh publik rakyat pada rapat umum di Pennsylvania. (MANDEL NGAN / AFP / Getty Images)

Sumber : 薛木子:川普对抗影子金权 习近平深感危机 | 美国大选 | 中共渗透 | 华尔街大佬 | 大纪元 (epochtimes.com)

https://www.youtube.com/watch?v=3a7wa95-4oQ