Daratan Tiongkok Bergulat dengan Harga-Harga Komoditas yang Melonjak

Fan Yu

Harga komoditas-komoditas industri Tiongkok turun minggu lalu, setelah Beijing mengumumkan langkah-langkah baru untuk mengekang harga-harga bahan yang tidak terkendali mulai memicu ketakutan akan inflasi.

Sebuah rebound di dunia ekonomi terbesar setelah virus  Komunis Tiongkok, menyebabkan sebuah lonjakan permintaan global untuk bahan-bahan, menyebabkan harga-harga meroket pada tahun 2021. 

Refinitiv/ CoreCommodity CRB Total Return Index telah mengembalikan 19,8 persen tahun-hingga saat ini dan telah mengembalikan 55,8 persen dari level terendah baru-baru ini yang tercatat pada 27 Mei 2020.

Tiongkok, yang menjadi ekonomi terbesar kedua di dunia dan pengekspor terbesar barang jadi, mengonsumsi bahan-bahan mentah dalam jumlah rekor sejak paruh kedua tahun 2020. Itu seiring permintaan global untuk produk-produk seperti furnitur, perlengkapan olahraga, dan peralatan-peralatan meningkat.

Tiongkok harus bersaing dengan harga komoditas-komoditas yang lebih tinggi seperti minyak bumi, bijih besi, batu bara, serta hasil pertanian seperti jagung. Biaya-biaya yang tinggi mengancam untuk menaikkan harga-harga dan mencekik permintaan konsumen.

Perusahaan-perusahaan Tiongkok seperti pembuat alat-alat Midea Group Co. dan Haier Electronics Group Co, menaikkan harga-harga karena peningkatan biaya bahan, tenaga kerja, dan transportasi, menurut CCTV. 

Perusahaan-perusahaan global lainnya seperti Proctor & Gamble — yang membuat deterjen cucian Tide dan popok Pampers — juga mengumumkan bahwa pihaknya akan membebankan biaya-biaya yang lebih tinggi kepada para konsumen.

Dalam beberapa minggu terakhir, Beijing mengeluarkan beberapa peringatan dan tindakan untuk mengekang melonjaknya harga-harga komoditas, dan berharap pada akhirnya untuk menurunkan harga-harga konsumen.

Beijing akan lebih dekat mengelola pasokan dan permintaan berbagai komoditas untuk mengendalikan kenaikan harga yang “tidak masuk akal,” demikian Dewan Negara Tiongkok (kabinet) mengatakan pada 19 Mei.

Perdana Menteri Li Keqiang, yang memimpin rapat kabinet tersebut, mengatakan Tiongkok akan fokus pada stok berbagai komoditas dan mengatur lebih dekat pasar perdagangan komoditas Tiongkok — di mana para investor dapat bertaruh pada masa depan dan pilihan-pilihan berbagai komoditas — menurut media milik negara Tiongkok,  CCTV.

Segera setelah pengumuman Beijing itu, harga bahan baku utama pembuatan baja seperti bijih besi dan batubara kokas, menurun lebih dari 5 persen pada tanggal 20 Mei. Produk-produk baja seperti gulungan dan tulangan juga menurun.

Indeks Harga Produsen-Produsen Tiongkok, yang mengukur pergerakan-pergerakan harga manufaktur dan perusahaan pertambangan, telah meningkat pada tahun 2021 setelah menurun hampir sepanjang tahun lalu. 

Indeks Harga Produsen-Produsen naik 6,8 persen pada bulan April tahun ke tahun, lonjakan bulanan terbesar dalam lebih dari tiga tahun.

Sebagai perbandingan, Indeks Harga Konsumen yang mengukur pergerakan-pergerakan harga barang dan jasa konsumen, belum menyusul. Pada bulan April, Indeks Harga Konsumen naik 0,9 persen tahun ke tahun, yang sedikit lebih tinggi dari kecepatan bulan Maret. Akan tetapi, tidak dekat dengan pertumbuhan Indeks Harga Produsen-Produsen.

Masih harus dilihat sejauh mana kenaikan-kenaikan Indeks Harga Produsen-Produsen akan terlihat Indeks Harga Konsumen. Ada beberapa korelasi, seperti harga-harga hulu yang lebih tinggi untuk bahan-bahan dan bahan-bahan kimia pada akhirnya akan diteruskan ke hilir ke konsumen, melalui harga-harga yang lebih tinggi untuk produk sehari-hari. Tetapi, korelasi tersebut adalah tidak sempurna dan ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi harga-harga konsumen.

Dan itulah yang menjadi andalan Beijing.  The People’s Bank of China -PBoC- berusaha menenangkan kekhawatiran-kekhawatiran akan harga-harga komoditas yang lebih tinggi akan menyamakan harga-harga konsumen yang lebih tinggi, yang menyatakan bahwa inflasi komoditas impor adalah “sebagian besar dapat dikendalikan.” 

Harga-harga pabrik yang lebih tinggi harus stabil setelah kapasitas-kapasitas produksi pulih dan pasokan barang-barang meningkat.

“Kenaikan harga-harga komoditas internasional cenderung bukan  penyebab inflasi impor di Tiongkok selama tidak ada permintaan domestik yang berlebihan, Kami tidak berpikir

ada dasar untuk inflasi jangka-panjang,” demikian  The People’s Bank of China, menyatakan dalam sebuah catatan kebijakan pada 18 Mei 2021.

Ada juga kekhawatiran-kekhawatiran inflasi di Amerika Serikat, yang didorong oleh ketakutan-ketakutan akan terjadinya overheating economy akibat karantina-karantina selama pandemi. Ditambah, terlalu banyak likuiditas sebagai akibat langkah-langkah stimulus fiskal yang belum pernah terjadi sebelumnya dan kebijakan moneter yang longgar. 

Sejauh ini, Federal Reserve Amerika Serikat belum mengumumkan setiap tindakan-tindakan terbuka untuk meredam kekhawatiran-kekhawatiran inflasi.

Apa lagi yang dapat dilakukan Tiongkok untuk mengendalikan kemungkinan inflasi?

Ada beberapa tuas yang dapat ditarik. Tetapi tangan-tangan Beijing agak terikat, karena kebijakan-kebijakan yang sedang berlangsung mengenai polusi dan perdagangan yang telah berkontribusi untuk kendala-kendala pasokan baru-baru ini. 

Sedangkan Tiongkok baru-baru ini bekerja untuk meningkatkan produksi, pemimpin Partai Komunis Tiongkok Xi Jinping, mengurangi produksi baja dan aluminium secara keseluruhan sebagai sebuah cara untuk mengurangi emisi. Tiongkok baru-baru ini, juga memangkas rencana pembelian-pembelian batu bara dan tembaga dari Australia, karena masalah perdagangan yang memburuk.

Dengan asumsi-asumsi itu adalah masalah-masalah yang dapat dipecahkan, Beijing dapat mulai dengan mengekang bursa-bursa komoditas-komoditas Tiongkok. Pertukaran komoditas tersibuk di Dalian dan Shanghai, dapat menaikkan persyaratan margin dan menghancurkan spekulasi.

Partai Komunis Tiongkok juga dapat mengelola persediaan komoditas yang ada. Partai Komunis Tiongkok, dapat menyembuhkan kendala pasokan logam dengan cara melepaskan timbunan aluminium dan besi. 

Selain itu, Beijing dapat mengelola potensi kekurangan pangan dan pakan ternak dengan secara proaktif membangun dan melepaskan persediaan pertanian. Tiongkok sudah memiliki cadangan jagung yang sangat besar dari pembelian besar-besaran, yang mana dilakukan dari Amerika Serikat dan negara lain selama tahun 2019 dan tahun 2020.

Terakhir, Tiongkok dapat mengendalikan infrastruktur pendanaan penjualan utang dan perkembangan-perkembangan real estat untuk mengekang permintaan barang-barang industri. Tetapi, tindakan semacam itu memiliki konsekuensi yang tidak diinginkan dari pengurangan PDB negara.

Terlepas dari itu, tampaknya harga-harga yang tinggi akan bertahan di masa mendatang. Saya berharap “sebagian besar harga-harga komoditas tidak mulai turun lintasan sampai setelah 2021,” tulis analis Morgan Stanley Greater China dalam sebuah catatan kepada para klien pada 11 Mei. (Vv)