Home Blog Page 1325

Kita Tidak Harus Keluar dari Suriah, dan Itu Bukan Karena ISIS

0

Oleh Ian Henderson

Dalam langkah mengejutkan pada 19 Desember, Presiden Donald Trump telah mengumumkan penarikan penuh 2.000 tentara AS yang saat ini dikerahkan di Suriah. Dia telah menyatakan bahwa sejak ISIS dikalahkan, tidak ada lagi alasan untuk berada di sana.

Ketika ISIS sebagian besar telah dikalahkan dan kemampuan mereka untuk memproyeksikan kekuasaan telah dihentikan, Amerika Serikat masih memiliki alasan untuk menyokong kehadiran militer yang kecil namun penting di negara tersebut.

Mayoritas pasukan tersebut ditempatkan di Kurdi Rojava di sepanjang perbatasan Turki, dengan sebuah kesatuan kecil di perbatasan al-Tanf yang berseberangan dengan Irak. Pasukan yang diposisikan di kedua wilayah negara ini sangat penting untuk memastikan stabilitas di kawasan tersebut dan untuk menangkis dua musuh yang berupaya mengganggu keseimbangan kekuatan tersebut: Iran dan Turki.

Keputusan Trump untuk menarik sejumlah kecil pasukan kita dari zona non-tempur adalah kesalahan besar, dan konsekuensinya bisa mengerikan.

Keputusan Trump untuk menarik diri dari Suriah telah mengikuti percakapan telepon yang terjadi antara dia dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Apa yang didiskusikan adalah subyek spekulasi, namun tanpa sadar mengatakan apa yang dikatakan dari orang kuat Turki yang berpandangan Neo-Ottoman itu sangat bodoh, terutama ketika aliansi NATO kita dengan Turki tidak lain hanyalah penampilan semu untuk menciptakan kesan menguntungkan pada saat ini.

Neo-Ottomanisme adalah ideologi politik Turki yang, dalam arti luasnya, mempromosikan keterlibatan politik yang lebih besar dari Republik Turki di wilayah-wilayah yang sebelumnya di bawah kekuasaan Kekaisaran Ottoman, negara pendahulunya.

Keputusan Trump bahkan telah menyebabkan pengunduran diri salah satu sekretaris kabinet terbaiknya, Sekretaris Pertahanan James Mattis.

Penarikan keluar dari Kurdi Rojava akan membuat salah satu sekutu kita yang paling dapat diandalkan di wilayah tersebut tunduk pada keinginan-keinginan Turki, yang telah membuktikan bahwa mereka akan melakukan tindakan militer penuh untuk memberantas apa yang mereka lihat sebagai ancaman terhadap kekuasaan mereka. Ini terlihat pada bulan Januari pada invasi Afrin yang ironisnya dijuluki Operasi Tanda Damai (Operation Olive Branch).

Kehadiran militer kecil kita di wilayah perbatasan tersebut adalah sebuah tripwire (pasukan militer kecil yang keterlibatannya dalam permusuhan akan memicu penggunaan kekuatan yang lebih besar) untuk memastikan bahwa Turki tidak menyerang Suriah Kurdistan. Tidak ada pasukan AS dalam bahaya, karena orang-orang Turki tidak akan cukup bodoh untuk menyerang “sekutu NATO.” Menjaga mereka di Manbij, Raqqa, dan wilayah-wilayah perbatasan utara telah memastikan bahwa tidak ada tindakan yang akan diambil terhadap Kurdi.

Sekarang hal ini tidak lagi menjadi kendala, Turki sangat mungkin untuk melancarkan operasi militer untuk merebut kendali atas wilayah tersebut, yang selanjutnya akan menguatkan hasrat neo-Ottoman Erdogan terhadap wilayah tersebut. Percikan api di dalam konflik juga bisa mengakibatkan kekosongan kekuasaan, yang dapat memberikan kesempatan pada sisa-sisa ISIS untuk kembali.

Pangkalan AS di perbatasan al-Tanf dengan Irak dinyatakan berada di tempat untuk melatih “oposisi Suriah yang telah menjalani pemeriksaan” untuk melawan ISIS. Sementara ini tidak lagi menjadi masalah, karena para pejuang ISIS yang tersisa tidak berada di dekat al-Tanf, dalam posisi strategis untuk memastikan bahwa Iran tidak membuat rute koridor Syiah melalui Irak dan Suriah ke perbatasan Israel. Kontingen pasukan kecil kita berdiri tepat di jalan tujuan Iran tersebut. Sekarang kita akan memindahkan pasukan kita, itu akan memberi Republik Islam tersebut lampu hijau untuk memperluas kekhalifahan Syiahnya.

Keputusan tergesa-gesa Presiden Trump tidak perlu. Pasukan AS di Suriah tidak akan menghadapi pertempuran dan kematian dalam skala besar karena pernah berada di bawah Perang Irak Bush. Tidak ada perbandingan. Dalam enam bulan terakhir, perang di Suriah sebagian besar melambat mendekati akhir, bersama pasukan Assad, didukung oleh Rusia dan Iran, pemberontak yang didukung Turki, dan orang-orang Kurdi memperkuat kontrol di bagian masing-masing negara. 2.000 pasukan AS di wilayah Kurdi dan al-Tanf adalah kunci dalam stabilitas yang sedang berkembang tersebut.

Kehadiran pasukan kecil kita bertindak sebagai benteng melawan dua aktor regional, Iran dan Turki, yang ambisi-ambisi imperialistiknya untuk bersaing dapat mengganggu keseimbangan rapuh tersebut yang telah dicapai sampai keputusan Trump yang tiba-tiba. Waktu akan memberi tahu seberapa banyak kerusakan yang akan ditimbulkan sebagai akibat dari ini, bagaimanapun segala sesuatunya tidak terlihat baik. (ran)

Ian Henderson adalah kontributor Shield Society, mantan direktur penjangkauan masyarakat untuk The Millennial Review, dan mantan koordinator pengembangan untuk PragerU.

Rekomendasi video:

Misi Rahasia Penyelundupan Senjata Tiongkok di Afrika

https://www.youtube.com/watch?v=FlRR9JlP-sc

Pemerintah Amerika Terancam Tutup Hingga Tahun Depan

0

EpochTimesId – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump membatalkan rencana liburan Natal yang dijadwalkan di Florida. Trump gagal liburan karena penutupan sebagian pemerintah yang secara resmi dimulai 22 Desember 2018 waktu setempat, seperti diumumkan Gedung Putih pada hari yang sama.

Sekretaris pers Gedung Putih, Sarah Sanders mengatakan ‘First Lady’ Melania Trump, yang telah pergi ke Florida, akan kembali ke Washington. Presiden berencana menghabiskan 16 hari libur di klub Mar-a-Lago bersama keluarganya. Dia mengatakan sebelumnya bahwa dia akan tetap di ibukota negara jika Kongres tidak dapat mencapai solusi Anggaran.

“Karena ‘Shut Down’, Presiden Trump akan tetap di Washington, D.C., dan ibu negara akan kembali dari Florida sehingga mereka dapat menghabiskan Natal bersama,” kata Sanders dalam sebuah pernyataan.

Sidang Senat ditunda setelah anggota parlemen (DPR AS) gagal untuk memecahkan kebuntuan pada rancangan undang-undang anggaran, termasuk permintaan Trump pada pendanaan untuk membangun tembok di perbatasan dengan Meksiko. Pemimpin Senat dari Partai Republik, Mitch McConnell, ‘mengirim’ para senator untuk pulang hingga 27 Desember 2018, setelah tampaknya tidak ada harapan akan kesepakatan baru dalam RUU tersebut.

“Ini adalah penutupan sebagian yang berdampak pada 25 persen pemerintah. Ini bukan situasi normal di mana semua pendanaan diskresioner telah lewat,” kata seorang pejabat senior pemerintahan kepada wartawan pada rilis 21 Desember 2018. “Kami berurusan dengan sekitar 15 persen dari tenaga kerja federal.”

Direktur Kantor Manajemen dan Anggaran (OMB) dan Pejabat Sementara Kepala Staf Gedung Putih, Mick Mulvaney mengatakan pada 23 Desember 2018 bahwa penutupan sebagian berpotensi berlanjut hingga tahun depan. Dia mengatakan Gedung Putih sejak itu telah mengurangi $ 5 miliar yang diminta dalam pendanaan tembok-perbatasan dan berharap Demokrat dapat bergerak dan menyetujui lebih tinggi dari jumlah yang sebelumnya $ 1,3 miliar.

“Kami turun dari 5 (miliar dolar) dan kami berharap mereka naik dari 1,3 mereka,” kata Mulvaney kepada Fox News.

Mulvaney tidak menyebutkan jumlah baru yang diminta dan mengatakan bahwa Demokrat “bergerak ke arah yang salah” setelah mereka menawarkan $ 1,6 miliar dana tembok perbatasan sekitar dua minggu lalu. Dia mengatakan bahwa Gedung Putih memberikan “tawaran balasan” pada 22 Desember untuk Pemimpin Minoritas Senat, Chuck Schumer, Dan saat ini masih menunggu tanggapan.

Dia juga menambahkan bahwa gaji federal akan tetap dibayar pada 28 Desember 2018. Hanya masa pembayaran gaji dan honor yang dijadwalkan pada masa 11 Januari 2019, yang akan terpengaruh.

“Sangat mungkin penutupan ini akan melampaui tanggal 28 dan memasuki Kongres pada tahun baru,” kata Mulvaney.

Beralih ke Twitter pada 23 Desember, Trump kembali meminta dana untuk pagar-perbatasan.

“Satu-satunya cara untuk menghentikan narkoba, geng, perdagangan manusia, unsur-unsur kriminal dan banyak lagi yang datang ke Negara kita adalah dengan Tembok atau Penghalang,” tulisnya. “Drone dan yang lainnya bagus dan menyenangkan, tetapi hanya tembok kuno yang bagus yang bisa (berfungsi) digunakan!”

Trump juga berpotensi mengadakan sesi khusus Kongres yang akan memaksa Senat atau bahkan kedua kamar untuk melewatkan waktu istirahat dan liburan mereka.

Sektor yang Terkena Dampak
Sebagian besar layanan pemerintah diatur untuk berjalan seperti biasa, karena mayoritas pemerintah telah didanai oleh undang-undang yang ada.

‘Shutdown’ kini hanya mempengaruhi sembilan dari 15 departemen federal yang akan menutup atau mengurangi operasi, menurut proyeksi yang dirilis oleh staf Komite Alokasi Senat. Di antara mereka yang terpengaruh adalah departemen Kehakiman, Perdagangan, Dalam Negeri, Pertanian, dan Keamanan Dalam Negeri.

Lebih dari 420.000 pegawai pemerintah akan bekerja tanpa bayaran dan lebih dari 380.000 akan Dirumahkan, menurut proyeksi oleh staf Komite Alokasi Senat.

“Kami menghargai layanan publik mereka. Harapan kami adalah bahwa pada saat mereka kembali dari liburan, kami akan memiliki re-solusi,” kata seorang pejabat senior administrasi pada konfrensi via telepon dengan wartawan.

Mayoritas program seperti diantaranya Jaminan Sosial, Medicare, Medicaid, layanan pos A.S., militer, patroli perbatasan, dan museum akan tetap terbuka.

Badan Makanan dan Obat-obatan dan NASA adalah di antara departemen dan lembaga yang tutup karena penutupan (pemerintah) sebagian. Karena setiap agen memiliki rencana sendiri ketika shutdown tiba, IRS dan taman nasional dapat membuka layanan terbatas. Layanan Taman Nasional mengatakan bahwa taman akan tetap terbuka tetapi tidak akan dikelola dan sebagian besar ‘toilet’ akan ditutup. IRS juga mengindikasikan rencana untuk memangkas sekitar 52.000 staf.

Pekerja yang melapor untuk melakukan pekerjaan, biasanya menerima pembayaran kembali begitu undang-undang alokasi anggaran yang baru disetujui.

Tidak jelas berapa lama shutdown akan berlangsung. Demokrat telah berulang kali menentang pendanaan tembok-perbatasan yang diminta oleh Trump. Presiden juga mengindikasikan bahwa penutupan bisa berlangsung lebih lama dari biasanya karena oposisi mereka.

“Demokrat, yang suaranya kita butuhkan di Senat, mungkin akan memilih melawan Keamanan dan Pagar Perbatasan, meskipun mereka tahu itu SANGAT DIBUTUHKAN,” tulis Trump di Twitter pada 21 Desember. “Jika Dems (para politisi Demokrat) memilih tidak, akan ada shutdown yang akan berlangsung untuk waktu yang sangat lama. Rakyat tidak ingin Perbatasan Terbuka dan Kejahatan.” (BOWEN XIAO/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M

Kisah Jenderal Legendaris AS Douglas MacArthur (2)

0

Yang Yue

Douglas MacArthur adalah Jenderal Bintang Lima Amerika Serikat, Selama Perang Dunia II ia menjabat sebagai Panglima Pasukan Timur Jauh AS dan Panglima Sekutu Zona Perang Pasifik Barat Daya.

Selama Perang Korea ia menggunakan “Siasat Perang Sun Zi (Sun Tsu)” artikel ke 7 “Dengan cara tidak langsung mencapai tujuan sehingga kelemahan diri diubah menjadi kelebihan yang menguntungkan” sebagai pedoman untuk menggerakkan serangan pendaratan Incheon.

Bahkan mengalahkan tentara Kim Il Sung Korea Utara.

Selanjutnya pasukan AS menduduki Pyongyang ibukota Korea Utara dan pasukannya berhasil mendekati Sungai Yalu (sungai perbatasan Tiongkok – Korea Utara)

Mendarat di Incheon perang Korea pecah

Pada 25 Juni 1950, pemimpin Korea Utara Kim Il Sung memimpin tentara komunis menyerang Korea Selatan, di bawah dukungan kuat dari Kelompok Komunis dalam waktu tiga hari dia menduduki ibukota Korea Selatan, Seoul dan situasinya sangat kritis.

Resolusi Dewan Keamanan PBB mengorganisir “Pasukan PBB” dengan MacArthur sebagai Panglima Tertingginya, kemudian Pasukan VIII AS memasuki medan perang dan mempertahankan wilayah Busan bersama-sama dengan pasukan Korea Selatan.

Pada bulan September di tahun itu, MacArthur menggunakan “Siasat Perang Sun Zi (Sun Tzu)” artikel ke 7 “Dengan cara tidak langsung mencapai tujuan sehingga kelemahan diri diubah menjadi kelebihan yang menguntungkan” sebagai pedoman untuk melancarkan serangan Pendaratan Incheon, dengan demikian telah memotong pinggang pasukan Korea Utara yang dipimpin oleh Kim Il Sung dan menimbulkan kerugian berat bagi pasukan intinya.

BACA JUGA : Kisah Jenderal Legendaris AS Douglas MacArthur (1)

10 hari kemudian, pasukan PBB merebut kembali kota Seoul dan MacArthur melampaui Garis Demarkasi Militer 38° (GDM38) dengan kekuatan tanpa dapat dibendung.

Hingga tanggal 19 Oktober militer AS telah menduduki Pyongyang ibu kota Korea Utara, dan sisa-sisa pasukan yang dipimpin Kim Il Sung kalah dan mundur terus sampai ke dekat Sungai Yalu (yang memisahkan Semenanjung Korea dengan Tiongkok).

Pada saat itu untuk mengusir tuntas kekuatan komunis dari Korea wilayah utara hanya tinggal satu langkah saja.

PKT terjun dalam medan perang

Pada tanggal 19 Oktober PKT memobilisasi lebih dari satu juta “tentara sukarelawan” untuk menyerang pasukan AS di Korea Utara, dan tanpa ragu mengorbankan nyawa manusia menggunakan taktik Gelombang Manusia untuk meyerang gencar pasukan PBB yang dipimpin oleh AS, serta mendesak garis pertempuran kembali ke GDM38.

Seorang prajurit AS berpangkat kopral mengenang salah satu medan pertempuran: Di atas bukit kecil mayat tentara RRT tergeletak dimana-mana, ada sekitar 100 –  200 mayat.

Mereka semua mengenakan celana panjang, baju dan sepatu tipis, tanpa mantel katun, sejumlah mayat terlihat berkelompok 2-3 orang dan tubuh mereka saling berpelukan untuk mencari kehangatan.

Berdasarkan analisa kulit mereka yang menjadi membiru serta pucat pasi, mereka kebanyakan sudah mati beku sebelum serangan udara dan pengeboman AS.

Seorang prajurit korps 27 mengenang dan mengatakan bahwa di sepanjang sisi satu-satunya jalan mundur pasukan AS. Mereka menemukan satu kompi kira-kira 120 orang dari Korps 20, mereka memakai topi lebar, telinga ditutup dengan handuk, memakai sepatu karet dan mantel katun ala selatan, berjongkok di dalam kubangan salju.

“Saya hendak menariknya dan menemukan tubuh mereka satu per satu sudah mengeras, semuanya mati kedinginan, satu kompi,” tambahnya.

Veteran AS ketika mengenang partisipasi mereka dalam Perang Korea, semuanya merasakan kengerian itu, tidak memiliki rasa benci terhadap tentara Tiongkok bahkan ada yang prihatin bahwa pasukan RRT menggunakan tubuh prajurit sebagai pengumpan peluru.

“Setiap kali bertempur, jumlah tentara yang menyerang selalu lebih banyak 5 atau 6 kali lipat dari kita, dengan mengorbankan sangat, sangat banyak orang!”

Taktik perang RRT yang menggunakan Gelombang Manusia ini membuat MacArthur yang sangat respek terhadap budaya Tiongkok menjadi sangat terkejut, pada saat itu dia mulai menyadari bahwa Tiongkok yang sekarang ini sudah bukan negara yang memiliki warisan budaya 5000 tahun yang dia kenal di masa mudanya.

Dia menyarankan kepada Presiden AS Truman agar kekuatan utama Angkatan Udara AS diterjunkan dalam medan perang dan bahkan tanpa ragu menggunakan senjata nuklir untuk mencegah ekspansi Kelompok Komunis.

Namun pada saat itu  berbagai departemen pemerintah AS telah diinfiltrasi oleh Komunis Internasional dengan serius, membangkitkan gelombang anti-perang dan Presiden Truman berada di bawah tekanan dari semua lapisan masyarakat, dengan terpaksa harus menyatakan bahwa tidak ingin memicu Perang Dunia Ketiga serta menolak permintaan MacArthur, dan memecat MacArthur dengan alasan “Belum mampu mendukung sepenuhnya kebijakan AS dan PBB”.

Setelah kembali ke AS, MacArthur menerima sambutan bagai seorang pahlawan. Dia duduk dalam sebuah mobil sedan melewati jalan-jalan di New York, pita berwarna dan suara sorak sorai bersahutan bagai hujan turun.

Di banyak kota-kota besar meletus kegiatan yang mendukung MacArthur. Pada saat itu ada rapat dewan dari 4 Negara Bagian meloloskan resolusi yang menuntut agar Presiden Truman menarik kembali perintahnya.

Pada tanggal 19 April tahun 1951, MacArthur menyampaikan pidato mengejutkan di Kongres yang berjudul “Tentara Gaek Tak Pernah Mati” (Old Soldiers Never Die.

Dalam pidato itu dia menyebutkan 2 poin: “Ada orang-orang tertentu mengajukan berbagai alasan untuk bertoleransi tanpa prinsip kepada PKT. Mereka menutup mata terhadap pelajaran dalam sejarah yang sangat gamblang, karena sejarah memberi tahu kita tanpa satu kesalahan apapun: Bertoleransi tanpa prinsip hanya dapat menyebabkan perang berikutnya yang lebih berdarah.

Berkompromi hanya membawakan perdamaian yang semu, tidak ada preseden dalam sejarah yang menunjukkan bahwa bertoleransi tanpa prinsip dan kompromi dapat memiliki akhir yang baik.”

“Ancaman komunisme adalah global, jika mereka berhasil merongrong di suatu wilayah maka akan mengancam ke daerah yang lain dan membawa bencana yang bersiat menghancurkan. Kita tidak boleh mentolerir tanpa prinsip untuk menenangkan atau menyerah dengan bertekuk lutut kepada komunisme di Asia, jika tidak, hanya akan merusak atau bahkan mencegah kita untuk menahan semua upaya ekspansi komunisme di Eropa.”

Sangat disayangkan bahwa pada saat itu Amerika Serikat tidak terus mendukung strategi MacArthur dan setelah  komunisme berkembang di seluruh dunia serta menewaskan puluhan juta orang secara tidak wajar.

Seiring dengan itu Amerika Serikat juga harus menghadapi krisis rudal di Kuba, Perang Vietnam dan  beberapa pertempuran lainnya.

Jika pada saat itu Amerika Serikat terus mempertahankan strategi MacArthur, tiada masalah Korea Utara seperti hari ini dan ancaman Kim Jong-un telah lama tidak eksis lagi. (LIN/WHS/asr)

Tamat

Tsunami di Banten-Lampung : 222 Orang Meninggal dan 834 Terluka

0

Epochtimes.id- Jumlah korban dan kerusakan akibat tsunami yang menerjang wilayah pantai di Selat Sunda terus bertambah.

Data sementara yang berhasil dihimpun Posko BNPB hingga Minggu 23/12/2018 pukul 16.00 WIB tercatat 222 orang meninggal dunia, 843 orang luka-luka dan 28 orang hilang.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan kerusakan material meliputi 556 unit rumah rusak, 9 unit hotel rusak berat, 60 warung kuliner rusak, 350 kapal dan perahu rusak.

“Tidak ada korban warga negara asing. Semua warga Indonesia,” terang Sutopo dalam siaran persnya.

Adapun korban dan kerusakan ini meliputi di 4 kabupaten terdampak yaitu di Kabupaten Pandeglang, Serang, Lampung Selatan dan Tanggamus.

Jumlah ini diperkirakan masih akan terus bertambah karena belum semua korban berhasil dievakuasi, belum semua Puskesmas melaporkan korban, dan belum semua lokasi dapat didata keseluruhan. Kondisi ini menyebabkan data akan berubah.

Berikut rincian korban tsunami di Banten-Lampung :

Dari total 222 orang meninggal dunia, 843 orang luka-luka dan 30 orang hilang terdapat di:

Kabupaten Pandeglang tercatat 164 orang meninggal dunia, 624 orang luka-luka, 2 orang hilang. Kerusakan fisik meliputi 446 rumah rusak, 9 hotel rusak, 60 warung rusak, 350 unit kapal dan perahu rusak, dan 73 kendaraan rusak.

Daerah yang terdampak di 10 kecamatan. Lokasi yang banyak ditemukan korban adalah di Hotel Mutiara Carita Cottage, Hotel Tanjung Lesung dan Kampung Sambolo.

Banyak korban adalah wisatawan dan masyarakat setempat. Daerah wisata sepanjang pantai dari Pantai Tanjung Lesung, Pantai Sumur, Pantai Teluk Lada, Pantai Panimbang dan Pantai Carita sedang banyak wisatawan berlibur yang kemudian diterjang tsunami.

Korban di Kabupaten Serang tercatat 11 orang meninggal dunia, 22 orang luka-luka, dan 26 orang hilang. Kerusakan bangunan masih dilakukan pendataan.

Sedangkan korban di Kabupaten Lampung Selatan tercatat 48 orang meninggal dunia, 213 orang luka-luka dan 110 rumah rusak. Di Kabupaten Tanggamus terdapat 1 orang meninggal dunia.

Penanganan darurat terus dilakukan. BNPB bersama TNI, Polri, Basarnas, Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan, Kementerian PU Pera, Kementerian ESDM, dan K/L terkait terus mendampingi Pemda dalam penanganan darurat.

Pemda Provinsi dan Pemda Kabupaten terus berkoordinasi dengan berbagai pihak. Posko, pos kesehatan, dapur umum dan pos pengungsian didirikan untuk menangani korban.

Alat berat dikerahkan membantu evakuasi. Saat ini sedang bekerja 5 unit excavator, 2 unit loader, 2 unit dump truck dan 6 unit mobil tangki air. Bantuan alat berat akan ditambah. (asr)

Seiring Komunis Tiongkok Melemah, Unjuk Kekuatan yang Lebih Besar

0

Oleh Zang Shan

Satu-satunya kesempatan ketika saya melihat binatang buas adalah di hutan purba Tibet pada tahun 1980-an. Seekor macan tutul berkeliaran di bukit sekitar 70 atau 80 meter dari kamp kami. Saat matahari terbenam. Saat macan tutul bergerak, sering berhenti dan berbalik untuk melihat kemah kami. Kami menyaksikannya dengan gugup. Bahkan setelah ia pergi jauh, kami masih menggunakan teropong untuk melacaknya. Kekuatannya untuk menakut-nakuti yang begitu bebas namun tanpa beban telah meninggalkan kesan mendalam pada saya.

Seperti kata pepatah Tibet, makhluk yang tampak paling ganas sebenarnya adalah yang paling tidak ditakuti. Ini diperoleh dari nasihat berburu zaman dahulu. Semakin waspada dan agresif hewan menunjukkan, semakin sedikit daya serang yang dimilikinya, karena hewan ini biasanya berada di ujung bawah akhir dari rantai makanan.

Ada ungkapan serupa di Vietnam: “Hewan-hewan berkulit keras (kerang) memiliki tulang.” Ini berarti semakin keras mereka di luar, semakin lembek mereka di dalam.

Dalam dua tahun terakhir, ketika rezim komunis Tiongkok menetapkan diri dengan kebulatan tekad pada posisi-posisi resminya, ia telah mengambil sikap yang semakin agresif yang mencerminkan kelemahan batinnya yang paling dalam.

Media Partai Komunis Tiongkok (PKT) semakin menggunakan bahasa seperti “garis target,” “garis merah,” atau “kepentingan inti yang tidak dapat diganggu gugat.” Ini merujuk pada masalah seperti kemerdekaan Taiwan atau Hong Kong, kerusuhan di Tibet dan Xinjiang, kebebasan beragama, Korea Utara, perselisihan Laut China Selatan, sensor internet, tindakan keras terhadap pengacara hak asasi manusia, kediktatoran satu partai, nilai-nilai universal, ideologi Partai dan sejenisnya.

Siapa pun yang mempertanyakan Partai dianggap bersekutu dengan pasukan asing atau “anti-Tiongkok”. Jika kritik datang dari luar negeri, negara-negara tersebut dianggap mengganggu urusan dalam negeri Tiongkok. Jika itu berasal dari orang-orang Tiongkok, itu dianggap “subversi kekuasaan negara.”

Ini semua adalah pertunjukan kekuatan kosong. Berbicara dari perspektif ilmu politik, ketika sebuah rezim menetapkan segala macam “garis target,” itu berarti bahwa ia menderita segala macam kelemahan yang terbuka untuk dieksploitasi oleh lawan-lawannya.

Agresi kebiasaan PKT selama hampir 70 tahun kekuasaannya telah secara konsisten telah membuktikan sebagai gejala-gejala tentang kelemahannya. Misalnya, selama Revolusi Kebudayaan, bukan hanya orang Tiongkok yang bisa menjadi korban, tetapi orang asing juga. Jika seseorang dari Hong Kong mengenakan gaya rambut “kontra-revolusioner” terlihat di jalanan, mereka akan memotong rambut mereka. Orang Tiongkok pada saat itu jauh lebih fanatik daripada sekarang, dan mereka pernah tinggal di salah satu dari negara-negara termiskin di dunia.

Situasi politik dunia telah memasuki era baru tahun ini. Pengalaman lima atau enam dekade terakhir sepenuhnya tidak dapat menjelaskan bagaimana hal-hal akan terungkap di masa depan. Titik baliknya adalah dalam hubungan Tiongkok-AS: di masa lalu hubungan tersebut dapat dianggap kerja sama dengan konflik kecil; sekarang telah sampai pada konflik dengan sejumlah kecil kerja sama.

Situasi ini benar-benar perbuatan Tiongkok sendiri, tetapi saya tidak akan menjelaskan lebih lanjut di sini. Satu hal yang pasti bahwa dalam konfrontasi ini, setiap “garis target” dan “garis merah” Tiongkok mewakili kelemahan dan pada akhirnya akan menjadi peluang bagi Amerika Serikat. Masalah Taiwan baru mulai bereaksi, dan akan segera diikuti oleh Tibet dan Xinjiang.

Saya juga harus menyebutkan situasi di Korea Utara. Di masa lalu, Amerika Serikat melihat Tiongkok sebagai kunci untuk menyelesaikan masalah Korea Utara, tetapi sekarang kebalikannya menjadi kenyataan: Korea Utara akan menjadi kunci untuk berurusan dengan Tiongkok. Sebelumnya, ada banyak spekulasi tentang bagaimana militer AS dan Korea Selatan mengadakan latihan untuk mensimulasikan strategi militer yang bertujuan menghilangkan kepemimpinan atau komando dan kontrol pemerintah atau kelompok yang bermusuhan (decapitation strike) terhadap kepemimpinan Korea Utara. Saya pikir ini tidak akan terjadi: alat yang berharga seperti Korea Utara tidak akan dibuang dengan begitu saja! (ran)

Zang Shan adalah seorang analis hubungan internasional spesialisasi urusan Amerika Serikat dengan Tiongkok.

Rekomendasi video:

Tiga Kelemahan Tiongkok yang Menyulitkan Bernegosiasi Dagang

https://www.youtube.com/watch?v=myzbajB5N-A

Tsunami di Banten dan Lampung : 43 Tewas, 584 Terluka dan 430 Rumah Rusak

0

Epochtimes.id- Dampak dari tsunami yang menerjang pantai di Selat Sunda, khususnya melanda di daerah Pandeglang dan Serang Banten serta Lampung Selatan terus bertambah.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan hingga Minggu (23/12/2018) pukul 07.00 WIB, data sementara jumlah korban dari bencana tsunami di Selat Sunda tercatat 43 orang meninggal dunia, 584 orang luka-luka dan 2 orang hilang.

Sementara itu, kerugian fisik meliputi 430 unit rumah rusak berat, 9 hotel rusak berat, 10 kapal rusak berat dan puluhan rusak.

Sedangkan jumlah pengungsi masih dalam pendataan. Adapun Pandeglang adalah daerah yang paling parah terdampak tsunami.

Berikut rincian dari BNPB :

Di Kabupaten Pandeglang tercatat 33 orang meninggal dunia, 491 orang luka-luka, 400 unit rumah rusak berat, 9 hotel rusak berat, dan 10 kapal rusak berat. Daerah yang terdampak adalah permukiman dan kawasan wisata di sepanjang Pantai seperti Pantai Tanjung Lesung, Sumur, Teluk Lada, Penimbang dan Carita. Saat kejadian banyak wisatawan berkunjung di pantai sepanjang Pandeglang.

Di Lampung Selatan, 7 orang meninggal dunia, 89 orang luka-luka dan 30 unit rumah rusak berat. Sedangkan di Serang tercatat 3 orang meninggal dunia, 4 orang luka-luka dan 2 orang hilang.

“Pendataan masih dilakukan. Kemungkinan data korban dan kerusakan akan bertambah,” jelas Sutopo.

Penanganan darurat terus dilalukan. Status tanggap darurat dan struktur organisasi tanggap darurat, pendirian posko, dapur umum dan lainnya masih disiapkan. Alat berat juga dikerahkan untuk membantu evakuasi dan perbaikan darurat.

“Masyarakat diimbau tidak melakukan aktivitas di sekitar pantai saat ini. BMKG dan Badan Geologi masih melakukan kajian untuk memastikan penyebab tsunami dan kemungkinan susulannya,” pungkasnya. (asr)

Saingan-saingan Geopolitik Amerika di Amerika Latin

0

ANALISIS BERITA

Ketika di Argentina untuk KTT G-20 pada awal Desember, pemimpin Tiongkok Xi Jinping telah menandatangani lebih dari 30 kesepakatan perdagangan baru dengan Presiden Argentina Mauricio Macri, sebuah tanda bahwa Tiongkok semakin meningkatkan jejaknya di Amerika Latin.

Dalam beberapa tahun terakhir telah ada upaya yang ditingkatkan oleh saingan-saingan geopolitik Amerika yaitu, Rusia dan Tiongkok, dan sekarang bahkan Iran, untuk mendapatkan pengaruh di halaman belakang Amerika tersebut.

Rusia Putin telah secara mantap membangun kembali peran yang pernah dimilikinya di kawasan tersebut selama era Soviet melalui kemitraan militer dan energi. Pembicaraan Rusia dengan Kuba untuk pinjaman $50 juta kepada negara komunis tersebut untuk pembelian senjata, dan miliaran dalam perjanjian energi yang ditandatangani dengan Bolivia, Venezuela, dan Argentina hanyalah beberapa contoh.

Iran juga telah memperluas hubungannya dengan banyak negara di kawasan tersebut, dengan sejumlah kesepakatan bilateral telah ditandatangani hanya dalam beberapa bulan terakhir.

Namun, meskipun ada ancaman dari kedua kekuatan geopolitik ini terhadap kepentingan Amerika, Tiongkok adalah pesaing utama bagi Amerika Serikat di kawasan tersebut, menurut Joseph Humire, presiden think tank Center for a Secure Free Society.

investasi di amerika latin
Presiden Iran Hassan Rouhani (kiri), menyambut rekan imbangannya dari Venezuela Nicolas Maduro dan Ibu Negara Venezuela Cilia Flores selama KTT Forum Negara-negara Pengekspor Gas (GECF) di Teheran pada 23 November 2015. (Atta Kenare / AFP / Getty Images)

“Mereka telah menetapkan jejak ekonomi untuk menantang kita di banyak bidang,” kata Humire. Dalam penilaiannya, banyak cendikiawan telah menggunakan terobosan-terobosan Tiongkok di Amerika Latin yang berarti bahwa raksasa Asia tersebut benar-benar bertindak seperti pesaing ekonomi lainnya bagi Amerika Serikat, dan bahwa kompetisi tersebut bukan permusuhan. Tetapi kenyataannya adalah bahwa persaingan tersebut melampaui di luar bisnis.

“Mereka sedang menantang kita di wilayah-wilayah yang jauh lebih mengancam yang mengarah pada kemampuan-kemampuan militer dan aliansi-aliansi kita di kawasan tersebut, termasuk ruang angkasa dan dunia maya (cyberspace),” kata Humire.

Salah satu metode Beijing untuk mempertahankan kontrol atas negara-negara berkembang adalah dengan membuat mereka terikat pada praktik-praktik pinjaman Tiongkok yang berlimpah dengan menjerat. Sebagai contoh, Venezuela telah menerima US$62 miliar bantuan selama dekade terakhir, dengan $5 miliar lainnya telah ditambahkan pada September lalu.

Ketika industri minyak Venezuela yang kekurangan uang terus-menerus anjlok, negara tersebut harus menyerahkan kedaulatannya ke Tiongkok dengan cara meningkatkan akses ke sumber daya mentah Venezuela atau infrastruktur kritis, dan ketergantungan lebih lanjut pada uang Tiongkok. Pernah terjadi kasus tersebut di Sri Lanka, di mana pemerintah harus menyerahkan kendali atas pelabuhan selatan utamanya setelah gagal membayar kembali US$6 miliar dalam bentuk pinjaman yang diberikan sebagai bagian dari inisiatif One Belt, One Road (OBOR) Tiongkok, inisiatif investasi besar-besaran Beijing di negara-negara di seluruh dunia.

Dalam pertemuan pers Agustus dalam perjalanan ke Brasil, Sekretaris Pertahanan AS James Mattis menekankan bahwa hubungan ekonomi semacam ini dapat membahayakan kedaulatan suatu negara. “Ada lebih dari satu cara untuk kehilangan kedaulatan di dunia ini; bukan hanya dengan bayonet. Itu juga bisa dilakukan oleh negara-negara yang memberikan hadiah-hadiah dan pinjaman-pinjaman besar,” kata Mattis.

Selain itu, hadiah-hadian dan pinjaman-pinjaman ini membawa konsekuensi. Dalam penilaian Center for Strategic dan International Studies di Venezuela, peneliti Moises Rendon dan Sarah Baumunk menyatakan bahwa “manfaat jangka pendek ini sering mengarah pada ketergantungan jangka panjang” pada Tiongkok.

Salah satunya adalah ruang angkasa. Tiongkok saat ini memiliki perjanjian ruang angkasa dengan Venezuela, Brasil, dan Argentina, yang mencakup kolaborasi pada peluncuran satelit telekomunikasi dan stasiun ruang angkasa milik Tiongkok.

Meskipun tidak bersalah pada pandangan pertama, Tiongkok tetap tidak transparan tentang aktivitas terkait ruang angkasanya. Selain itu, sejarah Tiongkok dalam mengekspor teknologi penggunaan ganda, yang dapat digunakan untuk keperluan sipil dan militer, menyiratkan bahwa teknologi tersebut berpotensi digunakan untuk tujuan-tujuan jahat.

investasi gencar di amerika latin
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov (kanan) menyambut rekan imabngannya dari Ekuador Maria Fernanda Espinosa selama pertemuan mereka di Moskow pada 16 Mei 2018. (Yuri Kadobnov / AFP / Getty Images)

Tiongkok juga menerapkan cyberspacenya sendiri di Amerika Latin dalam mengejar “Jalan Sutra digital”. Inisiatif ini akan menjadi investasi infrastruktur digital, yang melibatkan kecerdasan buatan Tiongkok, komputasi kuantum, dan keahlian cloud, seperti dilansir Axios.

Dengan Tiongkok berinvestasi di sektor teknologi di Amerika Latin, seluruh wilayah ini melayani area-area di mana Tiongkok dapat terus mengejar dominasinya di dunia cyber.

ANCAMAN KOLEKTIF

Sementara Tiongkok adalah pesaing terbesar untuk menantang AS di Amerika Latin, Iran dan Rusia masih menimbulkan ancaman serius bagi keamanan AS juga.

Humire mengatakan bahwa ketiga negara ini memiliki kepentingan bersama di Amerika Latin, sebagaimana diukur dengan standar tiga perempat.

Menurut Humire, standar tiga perempat tersebut adalah cara untuk mengukur keterlibatan asing di Amerika Latin. Tiongkok, Rusia, dan Iran beroperasi di tiga perempat negara yang sama: kredit dan pinjaman Tiongkok, penjualan senjata Rusia, dan hubungan bilateral Iran semuanya tumpang tindih di tiga perempat negara yang sama.

“Mengapa ketiga negara ini menempatkan semua keripik mereka dalam satu keranjang? Ini langkah strategis,” kata Humire.

Secara bersama-sama, Tiongkok, Rusia, dan Iran menyebarkan permusuhan anti-Amerika yang disalurkan melalui langkah-langkah ekonomi, militer, dan diplomatik serta melalui kampanye propaganda anti-Amerika secara terpadu.

Dalam pernyataan sikap Komando Selatan AS tahun 2018, Laksamana Kurt Tidd menekankan ancaman yang ditimbulkan oleh ketiga negara tersebut terhadap AS di Amerika Latin: “Dengan setiap perjalanan yang mereka lakukan, mereka memperbesar ruang kompetitif untuk mengganggu hubungan-hubungan keamanan kita, membatalkan interoperabilitas kita di wilayah tersebut, melemahkan upaya kita untuk memperkuat norma-norma internasional, dan membuat kepentingan kita dalam bahaya.”

REAKSI AMERIKA SERIKAT

Pemerintahan Trump telah menggunakan sejumlah metode untuk melawan ancaman yang ditimbulkan oleh kekuatan-kekuatan geopolitik di Amerika Latin.

Pada bulan Agustus, Departemen Keuangan AS memulai program yang disebut America Crece, atau America Grows. Kemitraan ini mendorong investasi AS di bidang energi dan infrastruktur di seluruh Amerika Latin.

Selain itu, AS memanfaatkan kekuatan ekonominya untuk negara-negara sanksi seperti Venezuela, Kuba, dan yang terbaru, Nikaragua.

Selain itu, AS berupaya membangun kembali kepercayaannya dengan negara-negara Amerika Latin. Laksamana Tidd mengatakan bahwa ini adalah strategi utama untuk tetap menjadi mitra paling penting di wilayah tersebut: “Setiap hari kita melihat hal-hal apa saja yang dapat kita lakukan untuk menciptakan kepercayaan di mana mungkin hal itu tidak ada, untuk dapat mempertahankan kepercayaan dan akhirnya bisa memastikan bahwa kita tidak melakukan apa pun yang merusak kepercayaan itu.” (ran)

Rekomendasi video:

Krisis Mematikan di Balik Perjamuan Mewah Tiongkok

https://www.youtube.com/watch?v=XYskDBnCmf4&t=1s

Penyebab Tsunami di Anyer, Banten Masih Diselidiki, Kemungkinan Longsoran Bawah Laut Erupsi Gunung Anak Krakatau

0

Epochtimes.id- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis dampak dari tsunami yang menerjang pantai di sekitar Selat Sunda, khususnya di Kabupaten Pandenglang, Banten dan Lampung Selatan.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan tsunami terjadi pada Sabtu, (22/12/2018) sekitar pukul 21.27 WIB.

Namun demikian, kata Sutopo, faktor penyebab tsunami masih dilakukan penyelidikan oleh BMKG untuk mengetahui secara  pasti.

Baca Juga : Laporan Sementara BNPB : Tsunami di Anyer, Banten Menyebabkan 20 Orang Tewas dan 165 Terluka

“Kemungkinan disebabkan longsor bawah laut akibat erupsi Gunung Anak Krakatau dan gelombang pasang akibat bulan purnama,” tulis Sutopo dalam keterangan tertulisnya.

“Dua kombinasi tersebut menyebabkan tsunami yang terjadi tiba-tiba yang menerjang pantai. BMKG masih berkoordinasi dengan Badan Geologi untuk memastikan faktor penyebabnya,” tambahnya.

Laporan sementara menyebutkan hingga Minggu (23/12/2018) pukul 04.30 WIB tercatat 20 orang meninggal dunia, 165 orang luka-luka, 2 orang hilang dan puluhan bangunan rusak. (asr)

Laporan Sementara BNPB : Tsunami di Anyer, Banten Menyebabkan 20 Orang Tewas dan 165 Terluka

0

Epochtimes.id- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis dampak dari tsunami di Anyer, Banten, pada Sabtu, (22/12/2018) sekitar pukul 21.27 WIB. Dampak tsunami tersebut menyebabkan terjadinya korban jiwa dan kerusakan.

“Data sementara hingga 23/12/2018 pukul 04.30 WIB tercatat 20 orang meninggal dunia, 165 orang luka-luka, 2 orang hilang dan puluhan bangunan rusak,” tulis Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran persnya.

Menurut Sutopo, data korban kemungkinan masih akan terus bertambah mengingat belum semua daerah terdampak di data.

Berikut rincian dampak korban dan kerusakan :

Dari 20 orang meninggal dunia, 165 orang luka dan 2 orang hilang terdapat di 3 wilayah yaitu di Kabupaten Padenglang, Lampung Selatan dan Serang.

Di Kabupaten Pandeglang daerah yang terdampak terdapat di Kecamatan Carita, Panimbang dan Sumur. Data sementara tercatat 14 orang meninggal dunia, 150 orang luka-luka, 43 rumah rusak berat, 9 unit hotel rusak berat dan puluhan kendaraan rusak.

Daerah yang terdampak parah adalah permukiman dan wisata di Pantai Tanjung Lesung, Pantai Sumur, Pantai Teluk Lada, Pantai Panimbang, dan Pantai Carita.

Di Kabupaten Lampung Selatan terdapat 3 orang meninggal dunia dan 11 orang luka-luka.

Sedangkan di Kabupaten Serang terdapat  3 orang meninggal dunia, 4 orang luka dan 2 orang hilang. Daerah yang terdampak di Kecamatan Cinangka.

Menurut Sutopo, penanganan darurat masih terus dilakukan oleh BPBD bersama TNI, Polri, Basarnas, SKPD, Tagana, PMI, relawan dan masyarakat. Dia menambahkan, bantuan logistik disalurkan. Sementara itu Jalan Raya penghubung Serang-Pandeglang putus akibat tsunami.

“Masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan tidak terpancing isu-isu yang menyesatkan. Update penanganan darurat akan terus disampaikan,” ujarnya. (asr)

Observatorium Suriah : ISIS Tewaskan 700 Tahanan di Suriah Timur

0

Epochtimes.id- Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia melaporkan pada 19 Desember 2018 bahwa kelompok teroris ISIS telah mengeksekusi hampir 700 tahanan selama hampir dua bulan ini di Suriah timur.

Kelompok pemantau perang yang berbasis di Inggris mengatakan, sejumlah tahanan itu di antara 1.350 warga sipil dan pejuang yang ditahan ISIS di wilayah dekat perbatasan Irak.

Sejumlah jihadis mengendalikan sebidang tanah yang menyusut di sebelah timur Sungai Eufrat Suriah di sekitar kota Hajin, yang dimasuki pasukan dukungan AS pada bulan ini.

Pasukan Demokrat Suriah (SDF), yang dipimpin oleh milisi Kurdi YPG, telah berperang melawan ISIS di lokasi ini selama beberapa bulan dengan bantuan kekuatan udara AS dan pasukan khusus.

Panglima SDF Mazloum Kobani mengatakan kepada Reuters pekan lalu bahwa sedikitnya 5.000 ekstrimis ISIS tetap bersembunyi di wilayah tersebut. Termasuk banyak orang asing yang tampaknya siap bertempur hingga mati.

Kekhalifahan ISIS memproklamirkan diri setelah runtuh akibat berbagai serangan di Irak dan Suriah. Meskipun pejuangnya masih beroperasi di wilayah perbatasan gurun dataran tinggi. (asr)

Oleh Ellen Francis/Reuters/Epochtimes

CEO JD.com Tidak Akan Menghadapi Tuntutan Pemerkosaan di Minnesota

0

Jaksa Minnesota tidak akan menuntut miliarder kepala eksekutif JD.com Inc di Tiongkok, Richard Liu, setelah ia dituduh melakukan pemerkosaan oleh seorang mahasiswi University of Minnesota selama kunjungan di AS baru-baru ini, kata pihak berwenang pada 21 Desember.

Jaksa Wilayah Hennepin Michael Freeman mengatakan ada “masalah-masalah besar dalam pembuktian yang akan membuatnya sangat tidak mungkin tuduhan kriminal dapat dibuktikan tanpa keraguan sedikitpun.”

Dalam sebuah pernyataan, Freeman mengatakan bahwa setelah penyelidikan penyerangan seksual oleh kepolisian Minneapolis dan peninjauan ulang oleh empat jaksa senior, jelas kantornya tidak dapat menemukan bukti yang memberatkan, dan karenanya tidak dapat mengajukan tuntutan-tuntutan.

“Karena kita tidak ingin mengorbankan kembali wanita muda itu, kita tidak akan membahas secara rinci,” kata Freeman.

Liu yang berusia 45 tahun, yang membesarkan JD.com dari mulai kios elektronik sederhana menjadi raksasa e-commerce dengan pendapatan bersih tahun 2017 sebesar US$55,7 miliar dan mempertahankan kontrol ketat perusahaan tersebut, telah dibebaskan tanpa jaminan sekitar 17 jam setelah ia ditangkap pada 31 Agustus. Dia dengan cepat kembali ke Tiongkok, di mana dia melanjutkan menjalankan perusahaannya. Perwakilannya mempertahankan ketidakbersalahannya setelah wanita dari Tiongkok yang belajar di University of Minnesota menuduhnya melakukan pemerkosaan.

Saham JD.com memperpanjang kenaikannya pada hari Jumat setelah tersebarnya berita tentang keputusan tidak akan ada tuntutan tersebut, dan ditutup naik 5,9 persen.

Kasus ini telah menarik perhatian luar biasa di Tiongkok.

Keputusan untuk tidak mengajukan tuntutan merupakan kelegaan besar bagi Liu, yang bisa menghadapi hukuman penjara 30 tahun di bawah hukum Minnesota jika dinyatakan bersalah karena melakukan kejahatan seksual tingkat pertama.

Pada hari Jumat, Freeman mengatakan bahwa tiga bulan yang dibutuhkan kantornya untuk meninjau kembali kasus Liu bukan hal yang luar biasa untuk penyelidikan kekerasan seksual, terutama seseorang yang tidak ada di dalam tahan.

Seorang pengacara untuk mahasiswi yang menuduh Liu mengecam keputusan Jumat tersebut, mengatakan hal itu menunjukkan mengapa para korban kekerasan seksual takut untuk maju ke pengadilan, dan mempertanyakan mengapa para penuntut menunggu untuk mengeluarkan pernyataan pembebasan sampai telat hari Jumat sebelum liburan Natal.

Para penyelidik “tidak pernah bertemu dengan korban ini; mereka tidak pernah berbicara dengan korban ini; mereka tidak pernah mencari untuk bertemu dengan pengacaranya,” kata pengacara, Wil Florin, dalam sebuah pernyataan. “Kisahnya akan diceritakan. Atas namanya, kami tidak akan membiarkan martabatnya dirusak begitu saja.”

Kantor Kejaksaan Kabupaten Hennepin tidak segera menanggapi permintaan komentar atas pernyataan Florin.

Biasanya berbasis di Beijing, Liu telah melakukan perjalanan ke AS untuk program residensi selama seminggu di Carlson School of Management, University of Minnesota, yang menjalankan program doktor administrasi bisnis dengan Universitas Tsinghua elit Tiongkok.

Pada malam 31 Agustus, Liu pergi untuk makan malam pribadi di sebuah restoran lokal. Tersangka korban, yang duduk di samping Liu dan satu-satunya wanita di antara sepuluh orang di pesta tersebut, adalah seorang mahasiswi dan model Tiongkok berusia 22 tahun yang kuliah di universitas yang sama.

Setelah makan malam mengkonsumsi 32 botol anggur hingga larut malam, Liu menawarkan untuk mengantar korban yang diduga kembali ke apartemennya.

Korban memanggil polisi untuk melaporkan bahwa dia telah diperkosa dan Liu ditangkap pada hari berikutnya.

Universitas Minnesota mengatakan tidak mengomentari pengumuman Jumat oleh pihak-pihak berwenang.

Keputusan untuk tidak menuntut tersebut mengikuti kritik dari otoritas Minneapolis, termasuk kantor Freeman, untuk apa yang orang-orang lihat sebagai kegagalan dalam mengejar kasus kekerasan seksual secara memadai.

PERLAKUAN KHUSUS

Kegiatan-kegiatan publik Liu melampaui bisnis konvensional.

Liu dikenal sebagai advokat vokal untuk Partai Komunis Tiongkok. Liu mendapat kursi di Komite Nasional Konferensi Konsultatif Politik Rakyat Tiongkok, dan telah memberikan ceramah-ceramah tentang komunisme.

Dia adalah anggota Asosiasi Konstruksi Nasional Demokratik Tiongkok, sebuah organisasi yang mempromosikan “sosialisme Partai Komunis Tiongkok dengan karakteristik Tiongkok.”

Rezim Tiongkok mungkin memberi Liu perlakuan istimewa dan telah menaruh perhatian besar pada kasus Liu. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Hua Chunying mengatakan dalam jumpa pers 3 September bahwa Konsulat Jenderal Tiongkok di Chicago mengawasi kasus ini, dan telah menghubungi organisasi AS terkait untuk mengetahui perkembangan situasi. Sangat jarang bagi Beijing untuk menaruh minat secara terbuka pada nasib pengusaha Tiongkok di luar negeri.

Selain itu, berita tentang penangkapan Liu telah disensor di Tiongkok. Ketika mugshot Liu menyebar dengan cepat ke media sosial, semua media milik pemerintah telah menghapus laporan mereka tentang kasusnya.

Mugshot adalah foto yang diambil oleh tim kepolisian terhadap seseorang yang ditangkap. Foto ini akan mengambil wajah bagian depan dan samping seseorang dari dekat. Fungsi dari mugshot adalah sebagai data pihak kepolisian untuk meliput wajah dan menindaklanjuti pelanggaran yang pernah dilakukan seseorang. (ran)

Rekomendasi video:

Kasus HIV AIDS Baru Melonjak di Tiongkok

https://www.youtube.com/watch?v=M6HkHSm_0cc

Apa yang Diketahui Tentang UU AS ‘The Reciprocal Access to Tibet Act of 2018’

0

oleh Hong Mei

Presiden AS Donald Trump pada 19 Desember telah menandatangani ‘The Reciprocal Access to Tibet Act of 2018. H.R.1872’ untuk menjadikannya sebagai undang-undang.

Menurut Undang-Undang tersebut, Amerika Serikat juga memberlakukan larangan kepada pejabat Tiongkok komunis yang melarang orang Amerika memasuki Tibet untuk memasuki Amerika Serikat.

Setelah H.R. 1872 ditandatangani, Presiden Trump meminta Menteri Luar Negeri Amerika Serikat untuk menilai tingkat kesulitan warga AS memasuki Tibet dalam waktu 90 hari dan menyampaikan laporan kepada Kongres.

Meminta kejelasan siapa pejabat Tiongkok komunis yang mengeluarkan larangan atau hambatan bagi warga AS mengunjungi Tibet.

Menteri Luar Negeri AS akan melarang para pejabat Tiongkok tersebut untuk memperoleh visa masuk ke Amerika Serikat sesuai dengan ‘The Reciprocal Access to Tibet Act of 2018’.

“Menurut undang-undang ini, Amerika Serikat mengirimkan pesan yang kuat ke Beijing bahwa mereka juga harus mematuhi norma-norma hak asasi manusia internasional, bukan hanya pada isu perdagangan saja” kata Matteo Mecacci, Ketua International Campaign for Tibet di situsnya.

Kampanye Internasional untuk Tibet adalah organisasi nirlaba di Amerika Serikat yang mendukung perlindungan hak asasi manusia bagi rakyat Tibet.

“Pemberlakuan The Reciprocal Access to Tibet Act memang merupakan momen yang menentukan” kata Mecacci.

“Kecuali Tiongkok komunis mengubah kebijakannya dan mengizinkan orang Amerika memasuki Tibet, sama seperti warga Tiongkok dapat memasuki Amerika Serikat, para pejabat (PKT) ini Tidak akan lagi dapat memasuki Amerika Serikat dengan bebas”.

Mecacci juga mengatakan : “Melalui undang-undang yang berpengaruh dan inovatif ini, Amerika Serikat membiarkan Beijing tahu bahwa para pejabatnya akan menghadapi konsekuensi nyata dari diskriminasi mereka terhadap orang Amerika dan Tibet, dan telah membuka jalan bagi negara lain untuk memberlakukan hal yang sama”.

Menurut Undang-undang tersebut, pemerintah Tiongkok harus mengizinkan jurnalis, diplomat, turis, dan warga Tibet Amerika yang ingin mengunjungi kerabatnya untuk melakukan perjalanan ke Tibet tanpa batas.

Undang-undang ini bertujuan untuk melawan pembatasan ketat PKT terhadap orang asing, termasuk warga Amerika Serikat untuk memasuki Tibet.

The Tibet Travel Equivalence Law, pertama kali diluncurkan di House of Representatives AS pada bulan Juni tahun ini, telah disahkan di House of Representatives dan Senat. Ini dianggap sebagai undang-undang yang memiliki arti penting.

Setelah Senat AS mengesahkan undang-undang tersebut pada 11 Desember, sponsor utama RUU ini, Senator Republik Rubio mengatakan bahwa Senat meloloskan Undang-Undang tersebut berdasarkan prinsip timbal balik dalam hubungan antara Amerika Serikat dengan Tiongkok yang sudah lama menjadi kekurangan dan perlu ditambahkan.

Kampanye Internasional untuk Tibet dalam pernyataannya menyebutkan bahwa, Kongres AS dengan suara bulat meloloskan RUU bertonggak sejarah ini telah menandai kemenangan bagi warga Amerika, aktivis Tibet, dan aktivis hak asasi manusia yang prihatin tentang penindasan terhadap rakyat Tibet yang sudah berlangsung lama.

Dikarenakan RUU itu secara langsung menargetkan perlakuan tidak adil para pejabat PKT terhadap warga Amerika, itu bertujuan untuk melawan upaya PKT yang berupaya mengisolasi Tibet dari dunia luar.

Saat ini, para diplomat, jurnalis, turis Tiongkok dan lainnya dapat bepergian dengan bebas ke seluruh Amerika Serikat, tetapi pihak berwenang Tiongkok telah lama menolak untuk mengizinkan warga AS berkunjung atau menikmati hak yang sama untuk memasuki wilayah Tibet.

Menurut prinsip diplomasi timbal balik, antar negara harus memberikan hak yang setara kepada warga masing-masing. (Sin/asr)

Huawei Hadapi Dilema Baru : Akses ke Sistem Keuangan Global Diblokir

0

oleh Wu Ying

Perusahaan Huawei Tiongkok yang baru-baru ini diblokir oleh Amerika Serikat dan negara lain karena menyebabkan risiko keamanan nasional. Kini menghadapi krisis besar lainnya yakni bank-bank internasional telah memperketat layanan keuangan bagi perusahaan tersebut.

Sumber yang mengetahui informasi mengatakan kepada ‘Wall Street Journal’, bahwa Bank HSBC dan Bank Standard Chartered yang memiliki Huawei bisnis dengan Huawei memutuskan untuk tidak menyediakan layanan perbankan baru setelah kajian resiko berurusan bisnis dengan Huawei terlalu tinggi.

Sumber tersebut mengungkapkan bahwa tahun lalu HSBC telah menghentikan kerjasama dengan Huawei karena pengadilan federal AS mengukuhkan adanya beberapa catatan transaksi Huawei yang mencurigakan pada tahun 2016 yang ditemukan oleh inspektur yang ditempatkan di bank tersebut kemudian melaporkannya kepada Kejaksaan AS.

Standard Chartered Bank yang melakukan transaksi bisnis dengan Huawei pada tahun 2000, memutuskan untuk berhenti memberikan layanan kepada Huawei setelah media AS melaporkan bahwa Kementerian Kehakiman AS meluncurkan penyelidikan terhadap Huawei pada tahun ini.

Menurut sumber bahwa bank besar lainnya yang bertransaksi dengan Huawei yakni Citigroup Inc, yang berada di Meksiko, Pakistan dan Bangladesh saat ini masih menyediakan layanan perbankan harian kepada Huawei. Tetapi untuk layanan perbankan baru akan ditinjau lagi dan Citigroup menyatakan akan terus memantau perkembangan investigasi terhadap Huawei yang sedang dilakukan pemerintah AS.

Dari data yang ditunjukkan ‘Dealogic’ dapat diketahui bahwa dalam beberapa tahun terakhir Citibank telah menjadi pemimpin pemberian pinjaman konsorsium dan obligasi yang diterbitkan Huawei.

Menurut sumber, sekitar bulan Januari 2014, Citibank telah mengambil langkah baru berupa melakukan peninjauan transaksi reguler terhadap perusahaan Huawei dan pelanggan besar lain yang bisnisnya dianggap berisiko tinggi.

Selain itu, Goldman Sachs Group Inc. yang pada tahun 2013 mempertimbangkan untuk meningkatkan finansing bagi Huawei kemudian membatalkan rencana karena eksekutif Goldman Sachs menerima umpan balik negatif dari Kementerian Keuangan AS.

Bank lain yang telah menyediakan dana pinjaman atau layanan kepada Huawei, termasuk JP Morgan Chase, Australia dan New Zealand Banking Group (ANZ), dan ING Groep NV, menolak berkomentar apakah mereka masih akan melakukan layanan perbankan baru kepada Huawei.

Juru bicara perusahaan Huawei menolak berkomentar tentang hubungan perusahaannya dengan perbankan.

Huawei yang memiliki hubungan bisnis dengan pelanggannya di 170 negara harus bergantung pada bank internasional untuk mengelola arus kas dan transaksi keuangannya, serta membiayai operasi dan investasi perusahaan.

Selama lebih dari satu dekade, HSBC, Standard Chartered Bank, dan Citigroup telah membantu Huawei memasuki sistem keuangan global, menyediakan berbagai layanan keuangan, dari pertukaran mata uang asing hingga mengamankan investor asing.

Meskipun perbankan Tiongkok juga memberikan layanan keuangan kepada Huawei, mereka tidak dapat memberikan layanan yang dapat disediakan oleh bank internasional dalam skala global.

Meng Wanzhou, kepala keuangan Huawei yang merupakan putri dari pendiri perusahaan  ditangkap oleh pihak berwenang Kanada pada 1 Desember lalu.

Kementerian Kehakiman AS menuduh Meng Wanzhou terlibat pemberitaan bohong kepada bank mengenai tidak ada hubungan antara Huawei dengan Skycom Tech untuk menghindari kaitannya dengan Iran yang terkena sanksi Amerika Serikat. Meng Wanzhou akan diekstradisi ke Amerika Serikat untuk diadili.

Pihak berwenang Kanada mengijinkan Meng Wanzhou tinggal di Vancouver untuk menunggu prosedur ekstradisi setelah ia melunasi jaminan pada 11 Desember lalu.

Menurut dokumen pengadilan Kanada, Meng Wanzhou dan eksekutif Huawei lainnya diduga telah memberikan pernyataan palsu kepada 4 bank internasional termasuk HSBC tentang hubungan perusahaan dengan Starcom Hongkong yang beroperasi di Iran.

Menurut catatan properti Kanada, HSBC adalah Bank pemberi pinjaman kepada Meng dan suaminya dengan menjaminkan 2 rumahnya di Vancouver.

Sejak tahun 2007, pejabat pemerintah AS khawatir dengan perangkat telekomunikasi dan perangkat lunak Huawei yang dapat menimbulkan risiko keamanan nasional.

Pada tahun 2013, Reuters melaporkan bahwa Huawei diduga telah melakukan bisnis dengan Iran melalui Starcom Hongkong. Hal tersebut mendorong HSBC untuk meminta Huawei menjelaskan hubungannya dengan Starcom Hongkong dan hubungan bisnisnya dengan Iran.

Menurut dokumen pengadilan Kanada, pertanyaan HSBC tentang hubungan Huawei tersebut telah mendorong eksekutif HSBC mengadakan rapat dengan Meng Wanzhou pada bulan Agustus 2013.

Dalam pertemuan tersebut, Meng mencoba untuk mengurangi kekhawatiran HSBC dengan mengklaim bahwa Huawei adalah mantan pemegang saham Starcom Hongkong dan ia adalah mantan anggota dewan direksi perusahaan tersebut yang sudah lengser.

Kementerian Kehakiman AS menuduh Meng telah berbohong agar pemindahan dana dari negara-negara yang telah dijatuhi sanksi oleh AS atau negara-negara Eropa ke sistem perbankan internasional tetap bisa berjalan.

Pengungkapan dari HSBC dan bank lain mengenai  transaksi perusahaan Huawei memungkinkan perusahaan ini terlibat pelanggaran sanksi yang dikeluarkan Amerika Serikat. (Sin/asr)

Aksi 2112 Bela Muslim Uighur dengan Mengutuk Rezim Komunis Tiongkok di Sejumlah Wilayah Indonesia

0

Epochtimes.id- Aksi solidaritas 2112 terhadap penindasan yang dialami oleh Muslim Uighur ternyata digelar pada sejumlah wilayah di Indonesia. Aksi ini digelar merata di sejumlah wilayah pulau Kalimantan, Jawa, Sumatera dan Sulawesi.

Aksi di Jakarta digelar di depan Kedubes RRT di Jalan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (21/12/2018).  Sejumlah elemen ormas Islam menyerukan agar pemerintah Indonesia bersuara tegas atas penindasan yang dialami oleh muslim Uighur.

Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama Yusuf Martak menyatakan pihaknya mengutuk keras terhadap pemerintahan komunis Tiongkok atas penindasan terhadap muslim Uighur di Xinjiang.

“Kami mengecam keras bahwa perbuatan yang dilakukan oleh rezim komunis Tiongkok tersebut adalah pelanggaran nyata atas hak asasi manusia dan hukum internasional,” tegasnya.

Menurut dia, kebebasan beragama merupakan hak bagi setiap manusia. Maka karena itu, Muslim Uighur yang merupakan mayoritas penduduk di Provinsi Xinjiang harus memiliki dan diberikan kebebasan menjalankan agamanya.

Melansir dari media lokal, aksi massa bela Uighur di Sumatera Utara digelar di depan Konsulat Jenderal (Konjen) RRT di Jalan Walikota Medan, Medan, Sumatera Utara, Jumat (21/12/2018). Massa dalam aksi mereka membawa poster pembelaan terhadap muslim Uighur hingga kecaman atas tindakan kekejaman rezim komunis Tiongkok.

Selama aksi, orator menyatakan memang diri mereka marah atas tindakan serta penindasan yang dialami oleh Muslim Uighur di Tiongkok. Lebih tegas, massa mendesak agar Duta Besar RRT segera diusir keluar dari wilayah Indonesia.

Aksi bela Muslim Uighur di Depan Kedutaan Besar RRT di Jalan Mega Kuningan, Jakarta Pusat 21 Desember 2018 (Foto : M.Asari)

Sementara pada hari yang sama, aksi serupa digelar di wilayah Titik Nol Kilometer. Sejumlah ormas dan elemen umat Islam di Yogyakarata menyerukan pembelaan terhadap penindasan yang dialami oleh Muslim Uighur.

Senada dengan aksi di kota-kota lainnya, elemen dan ormas Islam di Yogyakarta menyatakan mengutuk keras dan mengecam keberutalan yang dperbuat oleh rezim komunis Tiongkok. Aksi ini pun digelar dengan lancar dan tertib. Meskipun sempat terjadi kepadatan, warga di pusat kota tetap nyaman beraktivitas.

Sedangkan, sebanyak ribuan massa dari ormas Islam di Solo, Jawa Tengah pada hari yang sama turut mengutuk kekejaman yang dialami oleh Muslim Uyghur di Xinjinag, Tiongkok. Aksi ini digelar dengan longmarch mulai Jl Slamet Riyadi hingga di Bundaran Gladag, Surakarata.

Orator saat aksi di Solo turut menyerukan agar memboikot barang-barang Made in China yang tidak diperlukan. Pernyataan sikap ormas Islam di Solo mengingatkan bahwa pelanggaran HAM terhadap Muslim Uighur telah dikecam secara global.

Tuntutan Ormas Islam di Solo Raya menyerukan agar penindasan terhadap Muslim Uighur segera diakhiri dengan andil oleh pemerintah melalui jalur diplomatik. Namun demikian, Ormas Islam meminta pemerintaha Indonesia memuturkan hubungan diplomatk dengan RRT jika penindasan dan kekerasan yang dialami oleh Muslim Uighur tidak dihentikan.

Masih di Pulau Jawa, massa dari Jawa Barat tergabung dalam Gerakan Solidaritas Muslim (GSM) beraksi di Gedung Sate Bandung, Jumat (21/12/2018).

Massa di Gedung Sate turut menyatakan mengecam tindak kekerasan yang dilakukan oleh rezim komunis Tiongkok kepada masyarakat Uighur di Xinjiang. Pada kesempatan itu, turut menyuarakan agar rezim komunis Tiongkok untuk segera menghentikan tindakan kekerasan terhadap masyarakat Uighur.

Adapun di Sulawesi, massa solidaritas untuk Muslim Uighur menggelar aksi mereka  di kantor DPRD Sulsel Jl Urip Sumoharjo Makassar, Sulawesi Selatan. Massa menyampaikan aspirasi serupa yakni mengecam penindasan terhadap etnis muslim Uighur.

Mengutip dari lampungpro, ribuan Umat Islam menggelar aksi serupa di Tugu Adipura, Bandar Lampung pada hari yang sama. Aksi digelar juga sebagai bentuk protes dan kecaman terhadap pemusnahan etnis Muslim Uighur yang dilakukan oleh rezim Komunis Tiongkok.

Sebagaimana diketahui, rezim Komunis Tiongkok selalu berdalih terkait penindasan terhadap etnis Uighur di Xinjiang, Tiongkok. Rezim komunis menuduh bahwa Uighur sebagai ancaman serius bahkan dituding sebagai militan dan terlibat gerakan separatis.

Sebagaiman ditulis The Epochtimes, Uighur dan Muslim lainnya yang ditahan di fasilitas seperti kamp konsentrasi, yang dikenal sebagai pusat “pendidikan ulang” dilarang menggunakan salam Islam, harus belajar bahasa Mandarin, dan menyanyikan lagu-lagu propaganda partai komunis sebagaimana dilaporkan oleh Human Rights Watch.

Namun demikian, rezim komunis Tiongkok selalu berdalih atas kesewenang-wenangannya sebagai pendidikan ulang politik. Bahkan, menyebutnya  pusat-pusat kejuruan.

Akan tetapi, sebuah laporan yang diterbitkan pada 5 November oleh think-tank AS, Jamestown Foundation menemukan bahwa terlepas dari kampanye “pelatihan kejuruan” yang diakui, hasilnya bahkan menunjukkan angka ketenagakerjaan tidak meningkat secara signifikan, menurut angka ketenagakerjaan resmi di pemerintahan Xinjiang. (asr)

Belasan Orangtua Korban Vaksinasi Palsu Ditangkap Pihak Berwenang Beijing Saat Ajukan Pengaduan

0

oleh Hong Ning

Baru-baru ini, banyak orang tua yang menjadi korban vaksinasi memperoleh ancaman hingga penangkapan oleh pihak kepolisian Beijing.

Pada 18 Desember 2018, sekitar 17 orang tua berkumpul di Qianmen, Tiananmen untuk membela hak mereka tetapi malahan diusir dan ditangkap polisi. Hingga 19 Desember pukul 22:00 kantor polisi belum membebaskan mereka.

Selain itu, pada 17 Desember malam, ketika orang tua bernama Wang Jinfeng yang asal Daerah Otonomi Ningxia menjalani perawatan rehabilitasi anaknya di Rumah Sakit Pok Oi di Beijing. Anak itu tiba-tiba dibawa paksa oleh anggota penjaga stabilitas sosial Ningxia yang ditugaskan di Beijing, dan Wang pun dipaksa untuk menaiki mobil mereka. Saat ini, ibu dan anak tidak diketahui keberadaannya.

Orangtua ditangkap di Qianmen, Tiananmen

Seorang korban vaksinasi mengungkapkan situasi 17 orang tua kepada reporter Epoch Times, mengatakan bahwa para orang tua yang sedang protes itu dihalau oleh anggota polisi yang bertugas di sekitar Lapangan Tiananmen. Mereka yang ditangkap kemudian dibawa ke berbagai kantor polisi dan  tidak dibebaskan pada malam hari itu. Ada yang mengatakan bahwa ada orang tua ditahan selama 5 hari.

Di kantor polisi, seorang anak yang ketakutan sampai penyakit epilepsinya kambuh. Polisi yang ketakutan demam tinggi anak akan menyebabkan kematian kemudian membebaskan orang tua dan anaknya. Orangtua terpaksa membawa anaknya berobat ke Rumah Sakit Anak, tetapi karena pasien sudah penuh tidak terlayani sehingga hanya bisa dengan minum obat untuk meredakan gejala.

Wang Jinfeng menolak dibawa pergi oleh polisi dengan memegangi sebuah tiang besi. (foto responden)

Hingga 19 Desember pukul 11 malam, masih ada orang tua yang belum dibebaskan.

Ketika reporter menelepon ke kedua nomor telepon kantor polisi Qianmen, Tiananmen, polisi yang mengangkat telepon membantah adanya penangkapan terhadap orang tua korban vaksinasi.

Anak direbut dan orangtua ditangkap

Sebelumnya, yakni pada 17 Desember sore sekitar pukul 18:50 Wang Jinfeng yang sedang melakukan perawatan rehabilitasi anaknya di Rumah Sakit Po Ai Beijing ditangkap polisi dan anaknya pun dibawa paksa oleh mereka.

Seorang saksi mata kepada reporter mengatakan bahwa anggota penjaga stabilitas sosial Ningxia yang ditugaskan di Beijing pertama-tama membawa paksa anak Wang Jinfeng dan kemudian ingin membawa Wang Jinfeng. Namun Wang Jinfeng menolak dibawa pergi dengan memegangi tiang besi sekuat tenaganya.

Tangan Wang sampai berdarah-darah akibat polisi memaksa hendak melepaskan tangannya dari tiang. Wang Jinfeng kemudian terjatuh karena kesakitan, kemudian 3 orang anggota penjaga stabilitas sosial Ningxia memaksanya untuk naik ke mobil van putih lalu dibawa ke kantor mereka.

Pada saat itu, orang tua lainnya yang berada di lokasi meminta bantuan polisi, tetapi polisi yang datang selain tidak menghalau petugas Ningxia membawa paksa Wang Jinfeng, bahkan langsung meninggalkan lokasi meskipun beberapa orang tua memprotes mereka yang acuh terhadap kejadian ini.

Sejauh ini, Wang Jinfeng dan anaknya dalam keadaan lost contact. Para orangtua khawatir jika Wang Jinfeng dibawa ke Ningxia, karena petugas di sana sangat kejam, jika Wang dibawa kembali ke Ningxia, maka ia bisa dipukul hingga babak belur.

Mobil van yang membawa paksa Wang Jinfeng. (foto responden)

Dilaporkan bahwa sakit yang dialami anak Wang Jinfeng cukup serius, Wang sampai diusir mertuanya karena merawat anaknya. Ia terpaksa mengandalkan uluran tangan orang baik hati untuk bertahan hidup demi merawat anaknya.

“Sangat kasihan, anaknya kini sudah berusia 8 tahun dan tidak mendapat ganti rugi sedikit pun,” kata orang tua itu.

Pada 15 Desember malam sebelum Wang Jinfeng ditangkap, anggota polisi dari kantor Miaopu Xili, Beijing mendatangi rumah keluarga He Fangmei yang juga sebagai orang tua korban vaksinasi anaknya. Polisi kemudian membawa suaminya bernama Li Xin ke kantor polisis dengan alasan untuk diwawancarai.

He Fangmei mengatakan bahwa polisi memaksa suaminya untuk menandatangani surat jaminan (tidak menuntut), beruntung malamnya ia dibebaskan lantaran perhatian sejumlah teman dan netizen.

“Masalah akan saya ledakan”

Beberapa orangtua mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa karena tempat mereka mengaduhkan masalah sudah cukup lama tidak bersedia menyelesaikan masalah sehingga banyak orangtua membawa anaknya untuk tinggal di Beijing. Mereka sambil bekerja untuk membiayai perawatan anak, sambil juga mengajukan petisi menuntut haknya.

Orang tua asal Xiangfan, Provinsi Hubei yang tinggal di Beijing mengatakan kepada Epoch Times bahwa ia dan anaknya telah berada di Beijing selama 5 tahun. Tujuannya tak lain adalah untuk mengobati anaknya yang menjadi korban vaksinasi palsu.

Untuk menghidupi keluarga dan membayar utang, suaminya terpaksa mengambil dua pekerjaan dan kini menderita sakit jantung, diabetes dan berat badannya turun dari sebelumnya 80 kg menjadi 45 kg, selain itu, mereka memiliki utang 1 juta yuan (RMB) saat ini.

Sekarang ia hanya bisa meratapi keluarganya yang berantakan.

Ia mengatakan, ketika gejala vaksinasi palsu bereaksi di tubuh anaknya, biaya pengobatan yang dikeluarkan setiap bulannya bisa mencapai 5.000 Yuan, sekarang menurun menjadi sekitar 3.000 Yuan, ini belum termasuk perawatan rehabilitasi yang tidak murah.

Anaknya kini sudah berusia 6 tahun, tetapi kecerdasannya hanya sekitar anak berusia 3 tahun, dan menderita epilepsi. Makin sering epilepsinya kambuh makin merusak otak.

“Selama lima tahun terakhir, saya tidak lagi pernah tidur nyenyak, saya selalu takut, takut akan kejang yang datangnya secara tiba-tiba,” katanya

Ia juga mengatakan bahwa sekarang ia terus dikuntit petugas keamanan ke mana pun pergi. Dulu ketika ia ditangkap, anaknya sendirian tinggal di rumah, tidak ada yang mengurus.

Dengan rasa marah ia mengatakan bahwa pemerintah mampu mengeluarkan biaya yang sangat tinggi untuk mempertahankan stabilitas sosial tetapi enggan memberikan santunan untuk pengobatan anak-anak yang menjadi korban vaksinasi palsu, tidak mau peduli terhadap nasib anak-anak.

Ia mengatakan : “Jika hal ini bukan masalah mereka, apa yang mereka takutkan? Sampai mengirim 7-8 orang anggota ke Beijing untuk mencegat saya. Di sini (Beijing) juga penuh dengan penyamun, polisi tidak membela kepentingan masyarakat.”

Meskipun tuntutan melalui proses hukum telah dilakukan selama bertahun-tahun, tetapi pengadilan hanya berusaha untuk menunda tanpa ada keputusan.

“Saya sekarang sudah tidak memiliki rasa takut lagi, akan saya urus terlebih dahulu anaknya. Setelah itu (masalah) akan saya ledakan. Ini adalah akibat saya terpaksa,” demikian katanya. (Sin/asr)