Home Blog Page 785

Virus Varian Delta Plus yang Lebih Cepat Penyebarannya Sedang Merebak di India

https://www.youmaker.com/video/bb62a528-f6f8-4769-bfab-b2f80ff65319

Kebakaran Sekolah Bela Diri yang Menewaskan Belasan Siswa Ditutupi oleh Media Daratan Tiongkok dengan Berita Ambruknya Kondominium di AS

Changchun

Menjelang “perayaan pesta seabad” Partai Komunis Komunis Tiongkok. Kini Komunis Tiongkok terus memperkuat kendalinya terhadap berita negatif. Beberapa hari  lalu, kebakaran terjadi di sekolah seni bela diri di Henan, menewaskan 18 siswa. Akan tetapi berita itu, diredam dan diblokir oleh media Tiongkok, sementara runtuhnya kondominium di Florida,  Amerika Serikat termasuk dalam berita utama dan dimasukkan dalam daftar pencarian terpanas.

Kebakaran terjadi di sekolah bela diri Zhenxing Wuguan di Jalan Utara, Kota Yuanxiang, Kabupaten Zhecheng, Kota Shangqiu, Provinsi Henan, Tiongkok, pada Jumat, 25 Juni 2021 sekitar pukul 3 pagi waktu setempat. Insiden itu menewaskan 18 orang dan melukai 16 lainnya. Korban tewas adalah semua siswa asrama di Wuguan, berusia antara 7 dan 16 tahun.

Menurut laporan, lantai pertama Aula Zhenxing Wushu adalah aula seni bela diri dan restoran, dan lantai dua untuk akomodasi siswa. 

Saat kebakaran melanda, total 34 siswa di aula seni bela diri sedang tidur di lantai dua. Kebakaran terjadi di lantai satu, karena tidak ada sistem pencegahan kebakaran, asap dalam jumlah besar dengan cepat menyebar ke lantai dua. Hingga tangga tertutup oleh kepulan asap dan kobaran api yang menyulitkan siswa untuk melarikan diri.

Namun demikian, kecelakaan tragis menyebabkan banyak korban ini tidak mendapat perhatian yang layak, hampir semua portal berita  daratan Tiongkok meremehkannya. Bahkan, dilenyapkan  dalam daftar pencarian di internet. Sebaliknya, runtuhnya kondominium di Miami, Florida yang terjadi sehari sebelumnya di Amerika Serikat, yang menjadi berita utama berbagai media dan terdaftar sebagai hot topik.

Zheng Haochang, seorang komentator urusan terkini di AS menilai: “Sebagai corong partai, media Tiongkok memiliki taktik pelaporan yang sama, yaitu meremehkan Amerika Serikat. Oleh karena itu, runtuhnya gedung di Florida adalah hal yang buruk di Amerika Serikat. Berita negatif Tiongkok seperti kebakaran di Tiongkok  dilaporkan dengan cara yang tak mencolok. Jika bisa, maka sama sekali tidak dilaporkan. Juru berita selalu seperti ini, dan ini sudah sering terjadi.”

Zheng Haochang menambahkan, kebakaran hebat di Henan terjadi tepat sebelum 1 Juli, dan pihak berwenang mengambil apa yang disebut “perayaan pesta seabad” dengan sangat serius untuk menjaga stabilitas. Tujuannya, untuk mempertahankan wajah partai. Berita inipun pada akhirnya diblokir dengan parah.

Zheng Haochang mengatakan, Pihak berwenang juga ingin menutupi ledakan besar di pasar sayur Hubei , tetapi masalahnya terlalu besar untuk tidak diliput sama sekali. Wartawan media asing semua datang ke tempat kejadian untuk mengambil foto, jadi mereka hanya bisa perlahan-lahan meredakannya. Kali ini kebakaran di Henan. Berita ini hampir sepenuhnya diblokir, dan hanya ada sedikit photo yang dapat diedarkan. Dapat dilihat bahwa Komunis Tiongkok memperketat ini.”

Di Internet, banyak netizen daratan Tiongkok sangat kecewa dengan penindasan dari pihak berwenang atas berita kebakaran Henan. Mereka mempertanyakan: “Ini bukan dalam pencarian terpanas? Bahkan tidak menjadi berita panas di kota tempat kejadian. Apakah nyawa anak bukan nyawa manusia?” Hal yang paling menakutkan tentang kejadian ini adalah Media mainstream pada dasarnya membisu, dan kemudian setiap hari melaporkan penderitaan di negara asing. Uang pembayar pajak digunakan untuk memperhatikan orang asing.” 

Beberapa netizen juga menyindir: “Itu menyiratkan bahwa Nyawa orang Tiongkok tidak semahal nyawa orang Amerika.”

Setelah kebakaran terjadi, ada laporan bahwa tetangga di dekat aula seni bela diri mendengar tangisan anak-anak di dalam api. Namun, beberapa video dan laporan terkait langsung dihapus.

Wartawan mencari dan menemukan tautan yang relevan di Tencent.com telah kedaluwarsa, mengatakan bahwa “konten yang diakses hilang”. Kemudian secara otomatis beralih ke berita disebut terpanas yakni “runtuhnya gedung di Miami, Amerika”.

Selain itu, menurut sebuah laporan oleh “Deutsche Welle”, lebih dari 100 komentar diblokir di akun Weibo resmi corong Komunis Tiongkok “Global Times”. Weibo mengingatkan: “Beberapa komentar tidak akan ditampilkan sementara karena kebijakan pemfilteran.”

Wang Jing, seorang jurnalis warga Tianwang64.com menyebutkan : “Komunis Tiongkok selalu memblokir semua jenis berita orang atau insiden yang benar-benar terjadi di Tiongkok. Alasan mendasarnya adalah bahwa Komunis Tiongkok menganggap melestarikan korupsi dan kediktatorannya lebih penting daripada apa pun.  Oleh karena itu, Tidak peduli dengan hidup dan mati rakyat biasa. ”

Wang Jing juga mengatakan bahwa, Komunis Tiongkok sangat jelas bahwa semua yang dimilikinya didasarkan pada kebohongan dan kemunafikan. Jika rakyat Tiongkok mengetahui bahwa tragedi ini terjadi di sekitar mereka setiap saat, maka harus belajar lebih banyak  tentang kebenaran. Selain itu, menyadari bahwa Komunis Tiongkok sudah menipu mereka. Maka rezim Komunis Tiongkok kemungkinan besar akan runtuh dalam semalam.

Menurut Wang Jing, Komunis Tiongkok selalu mencoba untuk mengalihkan tekanan pada pemerintahan domestiknya dan perhatian orang-orang Tiongkok. Bahkan jika tidak ada berita negatif tentang demokrasi Barat seperti Amerika Serikat, Komunis Tiongkok dapat membuatnya sesuai dengan kebutuhannya. Tujuannya, untuk mengalihkan ketidakpuasan rakyat domestik dari pemerintahan Komunis Tiongkok.”

Baru-baru ini, ada banyak kecelakaan ganas di daratan Tiongkok, dan banyak yang terjadi hanya di Juni saja.

Pada 4 Juni, bencana pertambangan terjadi di Hebi, Henan, menewaskan 8 orang.

Pada 12 juni, kebocoran gas kimia terjadi di Guiyang, Guizhou, menyebabkan 8 kematian dan 3 luka-luka.

Pada 13 Juni, ledakan gas skala besar terjadi di pasar di Kota Shiyan, Provinsi Hubei yang menyebabkan 25 orang tewas dan 37 luka parah. (hui)

Serangan Udara AS ke Milisi Pro-Iran dengan Target 3 Fasilitas di Irak dan Suriah

0

NTD

Pangkalan Angkatan Udara AS di Ain al-Assad telah menjadi sasaran kelompok milisi yang didukung oleh Iran. Pada 27 Juni, militer AS melancarkan putaran baru serangan udara terhadap fasilitas milisi di Irak dan Suriah sebagai tanggapan

Ketika Pangkalan Udara Ain al-Assad diserang pada 20 Juni lalu, kelompok-kelompok pro-Tehran sedang merayakan terpilihnya imam ultra-konservatif Iran Ebrahim Raisi sebagai presiden baru.

Kementerian Pertahanan AS dalam pernyataannya menyebutkan bahwa serangan udara pada  27 Juni, menargetkan 3 fasilitas tempur dan persenjataan, 2 di antaranya berada di Suriah dan satu di Irak. Pernyataan itu tidak mengungkapkan apakah ada korban dalam serangan udara itu.

Kementerian Pertahanan AS menyatakan bahwa, target serangan udara adalah fasilitas yang digunakan oleh kelompok-kelompok milisi yang didukung Iran seperti Kataib Hezbollah dan Kataib Sayyid al-Shuhada.

Kementerian Pertahanan AS menyebutkan : Seperti yang ditunjukkan dalam serangan udara malam ini, Presiden Biden telah mengindikasikan bahwa dirinya akan mengambil tindakan untuk melindungi personel AS.

Ini adalah kedua kalinya Biden memerintahkan serangan udara pembalasan terhadap milisi yang didukung Iran, sejak ia menjabat sebagai presiden. Sebelumnya Biden telah memerintahkan serangan udara di Suriah pada bulan Februari tahun ini sebagai tanggapan atas serangan roket ke pangkalan militer AS di Irak. (sin)

Tangkal Kelangkaan Tabung Oksigen Medis, Ini yang Dilakukan Kemenprin

ETIndonesia- Kementerian Perindustrian memprioritaskan produksi dan distribusi gas oksigen untuk kebutuhan medis, khususnya bagi penanganan pasien Covid-19. Sebelumnya rasio peruntukan oksigen bagi keperluan medis dan bagi industri adalah 40:60. Saat ini, rasio penggunaan oksigen menjadi 60:40 antara kebutuhan medis dan kebutuhan industri.


“Suplai oksigen dari industri aman dengan kemampuan pasok sebesar 850 ton/hari, sementara kebutuhan oksigen untuk penanganan Covid-19 sekitar 800 ton/hari. Kami juga mendahulukan kebutuhan pasokan oksigen untuk medis,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Selasa (29/6) dalam keterangan tertulisnya.


Menurut data Kemenperin, saat ini utilitas rata-rata industri gas oksigen 80% dari kapasitas terpasang sebesar 866.100.000 kg/tahun. Sehingga, masih ada “idle capacity” sekitar 225 juta kg/tahun.

“Apabila “idle capacity” masih belum mencukupi, pasokan gas oksigen untuk industri dapat dialihkan untuk kebutuhan medis,” papar Menperin.


Ia menggarisbawahi, produksi dan distribusi gas oksigen diprioritaskan untuk kebutuhan rumah sakit dan fasilitas kesehatan dalam menangani lonjakan kasus Covid-19. Gas oksigen untuk kebutuhan industri disalurkan setelah kebutuhan untuk rumah sakit serta fasilitas kesehatan terpenuhi. “

Sampai saat ini pengaturan keduanya masih terkendali,” tegasnya.


Menurut Menperin, peningkatan kebutuhan tabung oksigen terjadi karena rumah sakit menambah fasilitas ruang perawatan dalam penanganan Covid-19, baik dalam bentuk bangsal maupun tenda darurat.


Populasi tabung oksigen di Indonesia saat ini sekitar 1,5-1,8 juta tabung. Adapun kondisi yang terjadi adalah lambatnya perputaran tabung oksigen akibat lonjakan kasus Covid-19. Namun, sekitar 70-80% rumah sakit di Pulau Jawa telah memiliki fasilitas Instalasi Regasifikasi Oksigen.

Ia menambahkan, dalam Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas), terdapat kurang lebih 104 industri tabung dengan KBLI 25120 yang mampu menghasilkan produk-produk seperti tangki air, pressure vesselboiler, tabung gas LPG, komponen tabung gas, heat exchangersilo, kaleng, dan tabung pemadam api.


Untuk menanggulangi terjadinya kelangkaan tabung oksigen, menurut Menperin diperlukan sinergi antara Kementerian/Lembaga, terutama untuk menangani pengendalian harga tabung dan pencegahan penimbunan.

Selain itu, perlu kemudahan dalam mobilitas dan distribusi oksigen cair maupun tabung oksigen dalam bentuk dispensasi dari pembatasan Over Dimension Over Load (ODOL).


“Kami juga mengharapkan dukungan suplai listrik yang andal dan kontinyu dari PT PLN (Persero) untuk industri gas oksigen, sehingga tidak terjadi pemadaman, kedip, maupun ayunan voltase dan frekuensi,” pungkas Menperin. (asr)

https://www.youtube.com/watch?v=MpRk3nMIkLo

KMP Yunicee Tenggelam di Selat Bali : 39 Selamat Dievakuasi, 7 Orang Meninggal Dunia dan 11 Hilang

ETIndonesia – Tim SAR melakukan pencarian dan pertolongan atas tenggelamnya KMP Yunicee di perairan pelabuhan Gilimanuk, Jembrana, Bali.

KMP Yunicee tenggelam di Perairan Gilimanuk, Selasa (29/6/2021). Kapal dengan rute Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur ke Gilimanuk, Bali tersebut terseret arus dan mengalami kemiringan hingga terbalik. 

Laporan terkini disebutkan sebanyak 39 orang berhasil dievakuasi dengan selamat. Akan tetapi 7 orang lainnya meninggal dunia dan 11 lainnya masih hilang.

Laporan tersebut diungkapkan oleh Kepala Kantor Basarnas Bali, Gede Darmada berdasar data terakhir pada Rabu (30/6/2021) pukul 07.WIB yang diteruskan oleh Basarnas Pusat.

Adapun jumlah keseluruhan penumpang di manifes kapal tercatat ada 57 orang terdiri 13 kru kapal, petugas kantin 3 orang dan penumpang 41 orang.

Kronologinya, Kantor Basarnas Bali mendapatkan informasi dari anggota TNI AL Gilimanuk Hendri  sekitar pukul 19.12 Wita. KMP Yunicee dengan panjang kapal 56,5 meter dan lebar 8,6 meter, berwarna putih strip merah biru. (asr)

Deretan Provinsi di Pulau Jawa yang Berkontribusi Besar Ledakan Kasus COVID-19

 ETIndonesia – Satgas COVID-19 mencatat jika dilihat lebih dalam pada tingkat provinsi, maka tiga provinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah, disusul Jawa Timur, sama-sama berkontribusi besar pada kenaikan kasus baik pada puncak pertama maupun puncak kedua.

Adapun Sulawesi Selatan yang turut berkontribusi pada puncak pertama, tidak kembali berkontribusi di puncak kedua dan posisinya digantikan oleh Daerah Istimewa Yogyakarta.

Penting untuk diperhatikan bahwa tiga provinsi di Pulau Jawa ini konsisten menjadi penyumbang tertinggi pada kedua puncak kasus yang terjadi sepanjang pandemi.

Tentu, segala upaya penanganan yang dilakukan oleh pemerintah tidak akan efektif bila masyarakat abai dan lengah menjaga dirinya dari potensi tertular dan menularkan orang lain.

“Masyarakat, terutama di ketiga Provinsi ini harus berkontribusi dalam menekan lonjakan kasus covid-19. Upaya penanganan adalah upaya kolektif. Untuk itu, inisiatif masyarakat dalam menekan dan mengendalikan kasus menjadi sangat penting,” jelas Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof. Wiku Adisasmito dalam keterangan tertulisnya.

Wiku melanjutkan, “Jika terpapar, mengalami gejala Covid atau memiliki kerabat yang terkena Covid, jujurlah dengan segera melapor kepada ketua RT setempat agar segera ditindaklanjuti oleh Puskesmas. Jangan khawatir jika petugas tracing datang untuk melacak kontak erat, dan jangan takut di-swab karena hal ini perlu dilakukan agar kasus positif ditangani dengan cepat sehingga tidak bertambah parah.”

Satgas menyerukan kepada masyarakat juga harus terus meningkatkan kedisiplinan protokol kesehatan. Selanjutnya, masyarakat juga dapat ikut menyebarluaskan edukasi terkait Covid-19 kepada orang sekitar. Hal ini penting karena terdapat berbagai isu yang masih perlu diedukasi dengan baik kepada masyarakat seperti penggunaan masker yang benar, pentingnya menjaga jarak, dan masih banyak masyarakat yang takut untuk divaksin. (asr)

Kasus COVID-19 Mingguan Indonesia Mencapai Puncaknya, Melonjak 381 Persen dalam Waktu 6 Minggu

ETIndonesia – Kasus Covid-19 mingguan di Indonesia telah mencapai puncaknya, bahkan lebih tinggi dari puncak kasus yang terjadi pada Januari 2021.

Pada puncak yang pertama di Januari 2021, jumlah kasus mingguan mencapai 89.902 kasus, sedangkan pada minggu ini angkanya jauh lebih tinggi, yaitu mencapai 125.396 kasus.

Minggu lalu, Indonesia mencatatkan angka kasus positif harian yang sangat tinggi, bahkan mencetak rekor baru yaitu kasus harian tertinggi selama pandemi, bertambah 21.345 kasus dalam satu hari.

“Hal ini menandakan second wave atau gelombang kedua kenaikan kasus Covid di Indonesia,” jelas Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof. Wiku Adisasmito dalam keterangan tertulisnya.

Satgas mengungkapkan bahwa pada puncak kasus pertama, kenaikan dari titik kasus terendah sebesar 283 persen dan memuncak dalam waktu 13 minggu.

Sedangkan pada puncak kedua ini, kenaikan dari titik kasus terendah mencapai 381 persen atau hampir 5 kali lipatnya dan mencapai puncak dalam waktu 6 minggu.

Padahal, Indonesia sempat mengalami penurunan kasus sejak puncak pertama yaitu selama 15 minggu dengan total penurunan hingga 244 persen.

Menurut dia, kenaikan yang mulai terjadi satu minggu pasca periode libur lebaran menunjukkan dampak yang ditimbulkan akibat libur panjang ternyata dapat terjadi sangat cepat. Awalnya kenaikan terlihat normal dan tidak terlalu signifikan. Namun, memasuki minggu ke-4 pasca periode libur kenaikan meningkat tajam dan berlangsung selama tiga minggu hingga mencapai puncak kedua di minggu terakhir.

Keberhasilan pengendalian dari lonjakan kasus ini, menurut Prof Wiku kembali pada kesiapan masing-masing daerah dalam menyusun dan menjalankan strategi penanganan terbaik di wilayahnya. Dengan demikian, lonjakan kasus yang terjadi dapat segera ditekan dan dikendalikan sehingga mengurangi beban pada fasilitas, sistem, dan tenaga kesehatan. (asr)

Hasil Studi AS : 2 Dosis Vaksin Tak Cukup Karena Antibodi Berkurang 90% dalam 90 Hari

 oleh Jing Zhongming

Makalah yang ditulis oleh sarjana dari Universitas California dan diterbitkan oleh ‘ACS Nano’ (American Chemical Society) pada 23 Juni menyebutkan bahwa, antibodi yang dihasilkan seseorang usai disuntik dengan vaksin Pfizer dan Moderna, akan sama dengan antibodi pada tubuh orang yang secara alami terinfeksi virus komunis Tiongkok (COVID-19).

Sekitar 90% antibodi tersebut akan hilang dalam waktu 90 hari.  Oleh karena itu, dianjurkan untuk terus memperbaikinya melalui suntikan tambahan, meskipun sudah menerima 2 dosis lengkap vaksin

Makalah tersebut mempelajari tingkat stabilitas relatif antibodi antara akibat induksi vaksin dan induksi akibat infeksi alami (terinfeksi sebelum divaksinasi). Objek penelitian utama adalah vaksin Pfizer dan Moderna di Amerika Serikat. Kedua vaksin tersebut menggunakan teknologi mRNA untuk memicu sistem kekebalan tubuh memproduksi antibodi.

Makalah menyebutkan bahwa meskipun kedua vaksin di atas dapat memberikan perlindungan sekitar 95% terhadap infeksi simtomatik dalam jangka pendek, tetapi masih terdapat masalah klinis yang penting.

Menurut penelitian, tingkat antibodi dihasilkan dalam tubuh pasien ringan yang secara alami terinfeksi virus komunis Tiongkok (COVID-19) setara dengan antibodi, yang dihasilkan melalui dosis vaksin pertama bagi orang yang belum pernah terinfeksi. Jadi mereka ini hanya butuh 1 dosis vaksin lagi untuk mencapai perlindungan yang maksimal. 

Sedangkan suntikan dosis kedua bagi mereka ini, ternyata tidak membuat antibodi mereka bertambah. Hal mana berbeda dengan orang yang belum pernah terinfeksi, orang-orang ini membutuhkan 2 dosis suntikan vaksin untuk mencapai efek penetralisir yang maksimal.

Namun, bahkan setelah menerima 2 dosis vaksin, antibodi tubuh akan kehilangan sekitar 90% dalam waktu 90 hari. Pengurangan antibodi berarti bahwa perlu tambahan suntikan vaksin, jika tidak maka akan sulit juga untuk melawan virus, alias akan tertular virus komunis Tiongkok.

Pada tahun lalu ketika epidemi mulai merebak, sudah ada penelitian yang menunjukkan bahwa beberapa orang yang telah pulih dari epidemi hanya dapat mempertahankan antibodi yang tinggi dalam tubuh mereka selama 2 atau 3 bulan, sehingga masih ada kemungkinan terkena infeksi sekunder.

Makalah di atas menunjukkan bahwa antibodi yang dihasilkan oleh vaksinasi, mirip dengan orang yang terinfeksi virus komunis Tiongkok secara alami.

Selain itu, mutasi virus komunis Tiongkok yang terjadi terus menerus, juga akan sangat mengurangi efektivitas antibodi pada orang yang telah pulih dari epidemi atau orang yang sudah divaksinasi.

Pada 25 Juni, pemerintah Israel mengumumkan bahwa, sekitar 90% dari kasus yang baru dikonfirmasi di negara itu disebabkan oleh virus varian Delta. Padahal sekitar setengah dari mereka telah menerima vaksinasi lengkap. Hal ini menunjukkan bahwa vaksin masih memiliki kekurangan dalam mengatasi virus varian Delta yang lagi merajalela.

Baru-baru ini, Reuters mengutip laporan yang tidak dipublikasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia -WHO- memberitakan bahwa karena mutasi dari virus komunis Tiongkok yang terjadi terus menerus, WHO bermaksud untuk merekomendasikan agar masyarakat umum menerima vaksinasi tambahan setiap 2 tahun sekali. Termasuk, suntikan tambahan setiap tahun bagi para lansia dan kelompok orang yang berisiko tinggi lainnya. Laporan itu juga menyebutkan bahwa, proposal tersebut dapat disesuaikan berdasarkan kondisi di lapangan. (sin)

Informasi yang Perlu Anda Ketahui Tentang Virus Varian Delta Plus

oleh Feng Xiao

India telah menemukan galur virus Delta+ (plus) pada 5 April 2021, dan 2 bulan lebih kemudian (22 Juni), Kementerian Kesehatan India menetapkan galur virus Delta+ ini sebagai  varian virus yang patut mendapat perhatian serius. 

Pada 23 Juni, diketahui ada 40 orang di 3 negara bagian India yang positif terinfeksi virus Delta+, dan hingga 25 Juni, jumlah tersebut telah meningkat menjadi 51 orang di 12 negara bagian.

Lantas, apa sebenarnya varian Delta+ itu ? Apakah masyarakat perlu khawatir terhadap hal ini ?

Menurut laporan beberapa media asing, bahwa varian Delta+ adalah mutasi ekstra dari spike protein pada strain virus Delta yang sangat menular. 

Infektivitas galur virus Delta adalah 2 kali lipat dari virus komunis Tiongkok atau virus pneumonia Wuhan, dan Plus berarti telah terjadi mutasi tambahan yang berarti galur virus Delta+ bisa lebih menular daripada virus varian Delta. Bahkan, lebih memperburuk kondisi penyakit pasien.

Tercatat hingga 16 Juni, ada 197 kasus infeksi Delta+ di 11 negara di seluruh dunia, termasuk 36 di Inggris, 1 di Kanada, 8 di India, 15 di Jepang, 3 di Nepal, 9 di Polandia, 22 di Portugal, 1 di Rusia, 18 di Swiss, 1 di Turki, dan 83 kasus di Amerika Serikat.

Kementerian Kesehatan India menyatakan bahwa, hal yang patut mendapat perhatian tinggi dari galur virus ini adalah, ia memiliki daya rekat pada reseptor sel paru-paru yang lebih kuat. 

Selain itu, galur virus ini memiliki kemungkinan untuk mengurangi respons antibodi monoklonal. Akibatnya, menyebabkan vaksinasi dan antibodi kehilangan kekebalan terhadap virus ini.

Strain virus Delta+ pertama kali muncul di India pada 5 April, dan Kementerian Kesehatan Inggris mengumumkan bahwa pada 26 April pihaknya telah menemukan 5 kasus pasien terinfeksi Delta+.

Kementerian Kesehatan India dalam sebuah pernyataannya menyebutkan : Varian Delta+ ini memiliki sifat menolak sistem kekebalan tubuh.

Sebagai tanggapan, Sally Cutler, ahli mikrobiologi dari University of East London menjelaskan : “Varian Delta+ dapat menghindari antibodi penetral. Antibodi penetral pada manusia digunakan untuk mencegah sel diserang oleh antigen atau sumber infeksi tertentu. Oleh karena itu, juga merupakan bagian penting dari antibodi manusia, yang berarti bahwa virus ini dapat mengurangi efektivitas vaksin dan obat untuk meningkatkan antibodi, serta memperbesar risiko terkena infeksi ulang terhadap penerima vaksinasi”.

Kementerian Kesehatan India khawatir bahwa virus Delta+ ini, akan memicu gelombang baru  wabah COVID-19 di India.

Namun, ada juga beberapa ahli yang mempertanyakan klaim pemerintah India tentang varian Delta+ ini adalah jenis virus yang patut mendapat perhatian tinggi. Karena mereka berpendapat bahwa, tidak ada cukup bukti untuk menunjang bahwa varian ini lebih menular atau lebih mematikan.

George Rutherford, seorang ahli epidemiologi di University of California, San Francisco mengatakan kepada ‘Los Angeles Times’, bahwa varian Delta+ tidak lebih buruk daripada varian lain dari SARS-CoV-2. 

Dia mengatakan : “Saat ini, saya belum melihat apa pun yang terlalu mengkhawatirkan tentang varian virus ini”.

Monica Gandhi, pakar penyakit menular dari University of California, San Francisco juga mengatakan kepada ‘Los Angeles Times’ bahwa kurangnya data saat ini tentang varian Delta+ sebagian disebabkan oleh kurangnya dana di India, yang mengakibatkan terbatasnya pemantauan terhadap genom di negara tersebut. 

Monica Gandhi mengatakan : “Berdasarkan data yang kita miliki, kita belum bisa mengetahui apakah jenis virus Delta+ ini lebih menular”.

Dunia terus khawatir dengan munculnya varian yang lebih menular dari virus komunis Tiongkok, tetapi beberapa ahli mengatakan bahwa seharusnya daya penularan dari virus komunis Tiongkok juga memiliki keterbatasan. Mereka tidak berpikir bahwa virus komunis Tiongkok akan sangat menular seperti halnya virus campak. Virus campak adalah salah satu virus yang paling menular di dunia.

“Tampaknya semakin banyak orang terinfeksi virus yang sedang mewabah ini, sehingga begitu banyak orang berpikir ‘mengapa penyebaran epidemi ini tidak berhenti’. Hal ini dapat dimengerti, dan begitu Anda menghentikan penyebaran virus, jelas mutasi virus juga akan terhenti. Itulah sebabnya kami ingin memiliki hak vaksin global untuk menghentikan penyebaran virus komunis Tiongkok”, kata Monica Gandhi. (sin)