Keterangan gambar: Ilustrasi
Oleh Liu Yi
Kepala Bagian Penelitian Suku Bunga dan Mata Uang Dunia dari Bank of America David Woo baru-baru ini mengatakan bahwa bila Renminbi (RMB) diijinkan oleh Dana Moneter Internasional (IMF) untuk masuk ke dalam keranjang Special Drawing Right (SDR), maka otoritas Beijing akan kehilangan kemampuan untuk menyangga nilai RMB, mau tak mau memberikan ruang yang lebih lebar kepada pasar untuk menilainya.
Tencent mengutip Bloomber pada Selasa (10/11/2015) melaporkan bahwa David Woo pada 6 November menyebutkan bahwa setelah ijin penggabungan ke SDR diperoleh nanti, mereka (otoritas Beijing) akan kehilangan kemampuan untuk menyangga nilai RMB. Andai kata the Fed menaikkan suku bunga Amerika pada Desember nanti, maka itu sama saja dengan menyodorkan alasan yang sempurna kepada orang Tiongkok untuk lepas tangan dari pengontrolan nilai RMB.
Wallstreetcn.com pada Senin (9/11/2015) memberitakan, menurut Woo bahwa meskipun Tiongkok menghadapi resiko arus modal keluar yang makin gencar, tetapi Bank Sentral Tiongkok tidak akan mencegah devaluasi RMB, karena sebagian besar dari arus modal keluar itu merupakan dana untuk membayar hutang-hutang perusahaan. Tetapi pekerjaan itu sudah selesai dilakukan.
“Tiongkok tidak bisa terus memperoleh keuntungan dari keduanya. Melepas kontrol atas RMB adalah kondisi yang diperlukan oleh kebijakan moneter longgar,” Woo.
Kepala ekonom dan penelitian Lombard Street Research, Diana Choyleva juga beranggapan bahwa Tiongkok yang saat ini merupakan satu-satunya negara ekonomi utama dunia yang mata uangnya tidak mengalami depresi tajam. Setelah masuk SDR, pemerintah akan membiarkan RMB terdepresiasi sesuai kekuatan pasar, namun, akan menjadi proses yang lambat.
Menurutnya, kalau RMB masuk keranjang SDR, otoritas mungkin cenderung untuk secara bertahap mendevaluasikan mata uangnya. Tetapi apabila RMB tidak masuk SDR, PKT mungkin tidak akan menunggu sampai 5 tahun lagi. Saat ini, Tiongkok merupakan satu-satunya negara ekonomi utama dunia yang mata uangnya tidak mengalami depresi tajam. Kalau RMB ditolak masuk SDR, PKT mungkin bisa melakukan devaluasi yang bersifat sekaligus yang akan menimbulkan krisis keuangan global, berdampak buruk terhadap pasar.
Bank of America memprediksikan nilai tukar RMB terhadap USD hingga akhir tahun 2016 akan berada di seputaran 6.9 lebih rendah dari yang diprediksikan Bloomberg yang 6.6
Devaluasi sebesar 3 % yang dilakukan otoritaas Beijing pada 11 Agustus 2015 lalu menyebabkan sejumlah dana dilarikan keluar dari Tiongkok, memaksa Bank Sentral Tiongkok melakukan serangkaian intervensi untuk menahan agar nilai tidak terus merosot. Meskipun pertumbuhan ekonomi tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan, dan arus modal keluar tidak juga tampak menurun. Tetapi Bank Sentral dianggap berhasil dallam usahanya untuk menahan terus penurunannya nilai RMB. Bahkan terjadi kenaikan 0.6% pada Oktober, dan naik 0.4% pada bulan September lalu.
Menurut media Daratan bahwa Dana Moneter Internasional pada akhir November ini akan mengambil keputusan apakah RMB bisa dimasukkan ke dalam keranjang SDR, bila gagal maka RMB butuh 5 tahun lagi untuk menanti kepastian. (sinatra/rmat)