Keterangan foto: Pembicaraan Perdamaian bagi Suriah putaran pertama yang diselenggarakan di Wina pada 30 Oktober 2015. (Joe Klamar/AFP/Getty Images)
Oleh Sally
Pertemuan putaran kedua multi negara untuk membicarakan perdamaian bagi Suriah rencana akan diadakan di Wina pada Sabtu pekan depan. Rusia telah menyampaikan sebuah dokumen berisi cara penyelesaian perang saudara yang sudah berlangsung selama 4 tahun di Suriah. Rusia mengusulkan kepada Suriah untuk mengembangkan konstitusi baru dalam waktu 18 bulan kemudian diikuti dengan penyelenggaraan referendum dan pemilihan presiden. Namun, dokumen itu tidak menyebutkan apakah selama masa transisi itu Presiden Assad harus mundur, ini merupakan salah satu syarat utama dari klaim oposisi.
Menurut Associated Press bahwa Rusia mengusulkan, menunjuk utusan khusus Suriah di PBB Staffan de Mistura untuk memulai proses politik berdasarkan kesepakatan dalam komunike bersama negara-negara kuat pada Juni 2012 untuk memulai proses politik, mengundang perwakilan dari pemerintah Suriah dan oposisi untuk berpartisipasi. Kesepakatan itu menyerukan pendirian pemerintah transisi di Suriah dengan tujuan untuk menyelenggarakan pemilihan presiden. Dokumen Rusia itu tidak menyebutkan tentang apakah Presiden Assad harus mundur kecuali menyebutkan “Presiden Suriah tidak akan berfungsi sebagai ketua komite konstitusi”.
Dokumen Rusia tersebut dibagikan kepada perwakilan dari pihak yang berkaitan dengan perang di Suriah. Staffan de Mistura menyebut “Ini adalah peluang” kepada 15 anggota yang hadir dalam pertemuan. Ia berharap pembicaraan di Wina nanti bisa “membawa beberapa hasil untuk rakyat Suriah, seperti mengurangi kekerasan …. Saya berharap perkembangan ke arah sana”.
Duta Besar Inggris Matthew Rycroft mengatakan, pertemuan pada Selasa (10/11/2015) kemarin tidak membahas masalah yang diajukan Rusia dalam dokumen tersebut, “Tetapi kita semua tahu ada usulan dari Rusia. Kita menyambut baik partisipasi Rusia dalam pembicaraan Wina, kami menghargai usulan-usulan yang konstruktif untuk mempercepat berakhirnya konflik Suriah,” tegasnya.
Putaran pertama pembicaraan untuk perdamaian Suriah diselenggarakan pada 30 Oktober lalu. Amerika, Rusia, Iran dan belasan negara lainnya sepakat untuk mendesak pemerintah Suriah dan oposisi untuk bersama-sama melakukan upaya demi perdamaian. Tetapi, mereka secara hati-hati, menghindari menyinggung soal mundurnya Assad. Konflik di Suriah ‘gara-gara Assad’ telah merenggut lebih dari 250.000 jiwa rakyat Suriah dan menyebabkan lebih dari 4 juta warga eksodus dari Suriah mencari suaka ke negara-negara Eropa.
Sekutu terdekat Suriah, Rusia dalam beberapa bulan terakhir meningkatkan serangan diplomatik ke Suriah, mengadakan pembicaraan dengan sejumlah kelompok oposisi. Rusia mulai 30 September melakukan serangan udara ke ‘organisasi teroris’ Suriah. Namun, Amerika menyebutkan bahwa 85 – 90 % serangan udara Rusia itu diarahkan kepada oposisi Suriah yang juga mengakibatkan kematian warga sipil.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Rusia mengatakan, perlu ada penyaringan terlebih dahulu siapa saja anggota oposisi Suriah yang dapat diterima untuk mengikuti pembicaraan perdamaian dalam putaran kedua nanti dan memastikan siapa saja ‘teroris’ yang perlu ditolak.
Rusia juga mengusulkan untuk membentuk tim Suriah guna membantu mereka dalam mengadakan persiapan pertemuan termasuk negosiasi dengan pihak-pihak yang berkonflik untuk mencapai ‘kesepakatan bersama’. Tim tersebut perlu melibatkan perwakilan dari negara peserta pembicaraan Wina yakni, Amerika, Rusia, Tiongkok, Inggris, Prancis, Arab Saudi, Turki, Iran, Mesir, Jordania, Oman, Qatar, Uni Emirat Arab, Irak, Libanon, Jerman, Italia, Utusan Khusus PBB, Liga Negara-Negara Arab, Organisasi Kerja Sama Islam dan Uni Eropa. (sinatra/rmat)