Tambang Batu Berharga di Myanmar Longsor Menelan Banyak Korban

Keterangan foto: Tambang batu berharga di wilayah Kachin, Myanmar longsor pada Sabtu (21/11/2015), menyebabkan sedikitnya 90 orang tewas dan 100 orang lainnya belum ditemukan. (Ye Aung Thu/AFP/Getty Images)

Oleh Zheng Xiaoqi

Sebuah tempat penambangan batu berharga di Hpakant yang merupakan bagian dari wilayah Kachin, terletak di utara Myanmar tiba-tiba longsor pada Sabtu (21/11/2015) sore. AFP mengutip ucapan pejabat setempat bernama Nilar Myint memberitakan bahwa 79 jenasah sudah ditemukan pada hari yang sama dan setelahnya ditemukan lagi 11 jenasah lainnya. Sedikitnya 100 orang dinyatakan hilang, belasan gubuk milik para penambang roboh ‘ditelan’ oleh salah satu longsoran yang paling mematikan selama ini. Sekarang operasi pencarian masih terus berlangsung.

Menurut media Myanmar bahwa bukit berbatuan itu tiba-tiba longsor, saat banyak penambang sedang beristirahat dalam gubuk-gubuk mereka.

Daerah tersebut menghasilkan batu berharga seperti giok dan zamrud yang berkualitas tinggi, dan merupakan yang terbaik di dunia serta memberikan pendapatan sampai miliaran dollar AS setiap tahunnya. Tetapi peneliti mengatakan bahwa sebagian besar dari pendapatan itu masuk ke pundi-pundi pribadi dan perusahaan yang dikuasai oleh junta Myanmar. Masyarakat Hpakant tetap hidup dalam kemiskinan.

Karena ditemukan banyak batu giok, sehingga menarik banyak penduduk sekitar maupun orang luar datang ke daerah ini untuk melakukan penambangan. Kecelakaan runtuhnya tambang ada kalanya juga terjadi. Namun sebagian besar korban longsor kali ini mungkin adalah orang-orang yang mencoba untuk memanjat pada tempat pembuangan limbah tambang guna mencari sisa-sisa batu giok atau zamrud buangan atau tak terpungut yang masih laku dijual.

Kachin terletak di bagian timur laut Myanmar yang berbatasan dengan Tiongkok. Karena tempatnya yang terpencil dan kurang nyamannya komunikasi sehingga sulit untuk mendapat konfirmasi atas kejadian longsor pada hari Sabtu itu.

BBC mengutip laporan Global Witness yang dirilis pada 23 Oktober 2015 menyebutkan bahwa industri pertambangan batu berharga Myanmar pada 2014 menghasilkan keuntungan sampai USD. 31.1 miliar, yaitu sekitar 48% dari PDB Myanmar.

Laporan Global Witness menunjukkan perusahaan pertambangan memegang lisensi selain menempati lahan pemerintah, menciptakan polusi, juga sangat mempengaruhi sumber pendapatan tradisional penduduk lokal, seperti pertanian atau penambangan dalam skala kecil. Penduduk harus menanggung akibat dari bentrokan senjata masalah lahan tambang batu berharga, kerusakan lingkung dan lainnya.

Laporan menulis bahwa pohon-pohon di atas lahan semua ditebang. Mesin-mesin dan bahan peledak dalam waktu singkat mengubah pandangan hijau perbukitan menjadi berwajah seperti ‘muka bulan’. Di musim kemarau, debu-debu beterbangan. Saat musim hujan, banjir di mana-mana. Runtuhnya perbukitan menyebabkan kerusakan pada sumber kehidupan dan kekayaan penduduk sekitar.

Tiongkok merupakan pasar terbesar bagi batu giok Myanmar. Laporan Global Witness menunjukkan bahwa sebanyak 50 – 80 % batu giok yang dijual ke Tiongkok dilakukan melalui penyelundupan.

Ekspor batu zamrud Myanmar selama 1 tahun sejak April 2013 hingga April 2014 menghasilkan USD. 1 miliar yang setara dengan 10 % total ekspor Myanmar. Dan 90 % di antara batu zamrud itu diekspor ke Tiongkok. Tetapi angka tersebut tidak termasuk bagian penjualan melalui penyelundupan yang merajalela. (sinatra/rmat)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Most Popular