AS: Sebaiknya Fokus Diplomatik Meredakan Ketegangan Rusia-Turki

Keterangan gambar: Pesawat tempur Rusia ditembak jatuh Turki pada 24 November 2015 karena melanggar udara Turki. (video screenshot)

Oleh Zheng Xiaoqi

Pejabat Departemen Luar Negeri Amerika pada Senin (30/11/2015) menegaskan bahwa pemerintah Amerika telah secara independen mengkonfirmasi pernyataan Turki pada Selasa lalu tentang penembakan pesawat tempur Rusia karena melanggar wilayah udara Turki.

NBC News memberitakan, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Elizabeth Trudeau mengatakan sudah tidak perlu lagi untuk membuktikan bagaimana pelanggaran wilayah udara itu terjadi sehingga pesawat tempur Rusia ditembak jatuh oleh militer Turki. Namun, pekerjaan diplomatik seharusnya difokuskan pada bagaimana untuk meredakan ketegangan hubungan antara Rusia dengan Turki yang terjadi sekarang.

Pada 24 November lalu, sebuah pesawat tempur Rusia ditembak jatuh, menyebabkan seorang penerbangnya tewas dan seorang lagi selamat. Pihak Turki menyebutkan bahwa pesawat tempur Rusia itu memasuki wilayah udara Turki melalui Suriah. Namun, pihak Rusia mengatakan bahwa pesawat tersebut masih berada di wilayah udara Suriah dan belum memasuki wilayah Turki.

Rusia memberlakukan sanksi dan Turki menolak untuk meminta maaf

Setelah kejadian penembakan itu, Putin pada 28 November langsung mengesahkan sebuah sanksi ekonomi bagi Turki yang termasuk larangan impor sejumlah barang dari Turki, membatasi ruang gerak perusahaan Turki yang berada di Rusia, serta larangan bagi perusahaan Rusia dalam negeri untuk menggunakan tenaga berwarganegara Turki. Program sanksi itu juga meliputi larangan bagi penerbangan charter antara kedua negara yang akan diberlakukan mulai Januari tahun depan.

Beberapa jam sebelum Presiden Putin mengumumkan sanksi ekonominya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan ‘penyesalan’ atas kejadian tersebut, dan tidak berharap adanya pengembangan dari masalah yang dapat mengganggu hubungan antar kedua negara. Ia juga menyampaikan keinginan untuk bertemu dengan Putin. Tetapi, tidak meminta maaf.

Pada Senin lalu, Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu saat menghadiri pertemuan konsultatif di markas besar NATO menegaskan bahwa Turki tidak akan meminta maaf atas insiden penembakan pesawat tempur Rusia itu.

Davutoglu juga mengatakan, menjaga wilayah udara nasional dan perbatasan tidak hanya hak tetapi juga tanggung jawab pemerintah. Katanya lebih lanjut bahwa baik presiden maupun perdana menteri Turki tidak akan meminta maaf untuk tugas-tugas mereka. Menghimbau Rusia untuk mempertimbangkan kembali sanksi ekonomi yang diberlakukan kepada Turki demi kepentingan kedua negara.

Putin datang terlambat di KTT Iklim

Menurut laporan media Rusia bahwa Putin tidak bisa mengikuti upacara pembukaan KTT Iklim di Paris, termasuk kegiatan doa bersama bagi para arwah korban serangan teroris, pidato sambutan Sekjen PBB Ban Ki-moon dan beberapa pejabat lainnya. Putin juga tidak terlihat ada dalam rombongan ketika diambil foto bersama.

Meskipun Putin datang terlambat dalam acara-acara internasional bukan lagi hal baru, tetapi orang luar menduga bahwa itu mungkin untuk menghindari bertemu dengan presiden Turki. (sinatra/rmat)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Most Popular