Keterangan gambar: Hasil laporan penelitian Jerry Mitrovica, ahli geofisika dari Universitas Harvard yang dipublikasikan “Sciences Advances,” Jumat (11/12/2015) mengatakan, bahwa selain pencairan gletser skala luas akibat pemanasan global, juga memicu rotasi bumi melambat. Tampak dalam gambar di atas adalah pemandangan gletser di Greenland Fyord (garis pantai yang panjang, sempit, dan berlereng curam di Greenland), yang perlahan-lahan meleleh akibat pemanasan global. (Uriel Sinai/Getty Images)
Oleh: Lin Yan
Ilmuwan dari Universitas Harvard secara mengejutkan mengatakan, bahwa selain pencairan gletser skala luas akibat pemanasan global, juga memicu rotasi bumi melambat.
Hasil laporan penelitian Jerry Mitrovica, ahli geofisika dari Universitas Harvard yang dipublikasikan “Sciences Advances”, Jumat (11/12/2015) lalu mengatakan, bahwa selain pencairan gletser skala luas akibat pemanasan global, juga memicu rotasi bumi melambat dan efek berantai lainnya.
Peneliti laporan tersebut mengatakan, bahwa berdasarkan pengukuran astronomi dan pantauan satelit, mereka menyaksikan secara jelas kecepatan rotasi bumi perlahan-lahan mulai melambat setelah mencairnya gletser dalam skala luas itu masuk ke samudera.
“Sejak naiknya permukaan laut akibat mulai seriusnya pemanasan global pada abad 20 lalu, kami mulai mempelajari hubungan antara rotasi bumi dengan sumbu magnet terkait suasana (pencairan gletser-red) tersebut di atas,” kata Mitrovica, ahli geofisika di Universitas Harvard, AS.
“Pergerakan lelehan es dalam jumlah besar telah menyebabkan pergeseran kecil sumbu magnet bumi, fenomena ini disebut pergeseran kutub bumi atau pergeseran kutub utara,” kata ilmuwan.
Tutup es di lapisan beku permanen di masa lalu itu kini mulai mencair dan memicu naiknya permukaan laut, sehingga menyebabkan kutub magnet bumi bergeser kurang dari 1 cm per tahun, sementara kecepatan rotasi bumi juga melambat sekitar seper-seribu per detik setiap hari dibanding abad lalu, kata Mitrovica.
Mitrovica menekankan bahwa meskipun perubahan-perubahan kecil ini tidak membahayakan bumi, setidaknya untuk saat ini, namun, ini juga membuktikan dampak yang dalam dari akibat aktivitas manusia terhadap iklim dan bumi. (joni/rmat)