Keterangan foto: Jepang memenangkan tender proyek pembangunan KA cepat di India senilai USD. 14.7 miliar, Gambar menunjukkan PM. Shinzo Abe (kiri) ketika berbincang-bincang dengan PM. Narendra Modi (kanan) pada 12 Desember. (Getty Images)
Oleh Xue Fei
Setelah gagal dalam persaingan dengan Tiongkok untuk mendapatkan proyek pembangunan KA di Indonesia, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengunjungi India dan berhasil memenangkan tender proyek KA yang bernilai lebih besar. Kesepakatan pembangunan KA cepat di India yang bernilai USD. 14,7 miliar itu sudah ditandatangani oleh perdana menteri kedua negara pada beberapa waktu lalu.
Jalur rel KA cepat tersebut akan menghubungkan kota Mumbai dengan Ahmedabad, Gujarat tempat asal Modi yang seluruh panjangnya mencapai 505 km. Jalur rel ini akan dibangun untuk KA cepat ala kereta peluru Shinkansen Jepang dengan kecepatan tertinggi sekitar 320 km per jam. Proyek akan dimulai pada 2017 dan diharapkan selesai pada 2023. Dengan selesainya pembangunan proyek tersebut, maka jarak kedua tempat yang sebelumnya ditempuh dengan KA biasa selama 8 jam dapat diperpendek menjadi sekitar 2 jam.
Beberapa fasilitas diberikan Jepang kepada India untuk mempercepat penandatanganan proyek tersebut, termasuk pemberian pinjaman USD. 12.1 miliar dengan bunga muruh 0.1% dan mengubah periode pembayaran kembali pinjaman yang dulunya 30 tahun menjadi 50 tahun.
Modi mengatakan bahwa, dengan ditandatangani kesepakatan untuk membangun KA cepat tersebut diharapkan pariwisata di India dapat tumbuh lebih pesat di masa mendatang, juga bisa menjadi lokomotif bagi perkembangan ekonomi India.
ini akan menjadi keberhasilan kedua bagi Jepang dalam membangun KA cepat di luar Jepang setelah Taiwan 2007. Infrastruktur ekspor adalah fokus dari strategi pertumbuhan ekonomi rezim Abe. Selain India, Jepang juga berupaya keras untuk memenangkan tender proyek KA di Thailand, Malaysia, Singapura, Texas dan California, Amerika.
Selain itu, Jepang juga akan membantu dalam pengembangan energi nuklir di India. India pernah 5 kali melakukan percobaan nuklir pada 1998 yang kemudian dijatuhi sanksi ekonomi berupa penghentian bantuan keuangan oleh Jepang. Jepang baru membebaskan sanksi itu pada 2001, dan sejak saat itu hubungan bilateral kedua negara membaik. Untuk mengimbangi pertumbuhan ekonomi yang bertumbuh pesat, India berencana untuk menambah kapasitas listrik bertenaga nuklir dari yang sekarang sebesar 5.000 megawatt menjadi hingga 20.000 megawatt sebelum 2020.
Di samping itu, Jepang juga berjanji untuk membantu India dalam meng-upgrade peralatan militer, mungkin menjual pesawat ampibi US-2 mereka kepada India. India juga mengumumkan akan berpartisipasi dalam latihan militer ‘Malabar’ bersama Jepang dan Amerika. (sinatra/rmat)