Keterangan foto: Para muda-mudi di AS, jika berhenti dari sekolah, bergabung dengan militer/AL hingga usai masa bakti, lalu kembali ke bangku sekola dengan beasiswa Montgomery G.I. Bill sampai menamatkan study. Beasiswa tentara ini juga bisa tidak digunakan dan dihibahkan kepada satu orang anak. Aturan beasiswa bagi tentara ini telah menyediakan suatu jaminan untuk kuliah di perguruan tinggi bagi para pelajar dari keluarga kurang mampu, juga menjadi sumber perekrutan tentara muda usia bagi negara. (wikipedia)
Tiap Kamis minggu kedua setiap bulan ketika rapat rutin AL, saya merasa adanya perbedaan ekspresi antara etnis Tionghoa dengan orang Barat. Raut wajah orang Barat relatif lebih polos, sepolos anak-anak.
Seorang pemuda kulit putih kurus duduk di kursi selalu terlihat ketakutan. Ia berkata tadinya ia masih kuliah di perguruan tinggi negeri di California, bergabung dengan militer karena tidak mampu membayar uang kuliah. Di periode peralihan ini ia dipekerjakan sebagai pelayan di restoran. Saya bertanya apakah nantinya masih ingin kembali ke California lagi. Ia berkata belum tentu, mungkin ia akan meneruskan kuliah di AL saja.
Pekerjaannya adalah tentang energi nuklir, karena agak unik, tuntutan nilai ujian ASVAB harus sangat tinggi. Bagi yang nilainya cukup harus ikut tes pengetahuan lain lagi, dan nilai untuk tes ini harus sangat rendah. Dengan kata lain kriteria yang dibutuhkan adalah ber-IQ sangat tinggi namun memiliki EQ sangat rendah, jika tidak pihak AL akan mengganti dengan pekerjaan lain. Dan pekerjaan ini harus ikut pelatihan selama 2 tahun. Tidak diketahui apakah pemuda itu tetap bekerja di bidang energi nuklir atau tidak.
Saya teringat pada teman sekelas di Kunming bernama Ma Jiajue (seorang pembunuh berantai dari Universitas Yunnan RRTyang pada 2004 telah membunuh 4 orang kawan sekampus, atas perbuatan terencana itu ia divonis hukuman mati, red.). Ia adalah seorang murid yang luar biasa cerdas, tapi keluarganya sangat miskin dan tidak bisa membelikannya sepatu sehingga ia tidak berani sekolah. Ia berdiam di asrama hanya memakai sandal, cemooh teman-teman lain menghancurkan harga dirinya dan ia pun melakukan hal ekstrim. Ini adalah kerugian bagi keluarga bahkan negara. Tragedi Ma Jiajue bersumber dari sistem yang terdistorsi dan kehilangan rasa kemanusiaan.
Seandainya di AS, Ma Jiajue bisa seperti yang dilakukan pemuda ini, berhenti dari sekolah, bergabung dengan militer hingga usai masa bakti, lalu kembali ke bangku sekolah dengan menggunakan aturan beasiswa Montgomery G.I. Bill sampai menamatkan studi. Dibandingkan dengan orang-orang yang mampu langsung studi di perguruan tinggi, mungkin mereka harus mengalami sedikit penderitaan namun tetap bermartabat, kehidupan mereka tidak akan berakhir begitu mengenaskan. Apalagi bagi sejumlah orang, menjadi anggota militer adalah bagian dari pengalaman hidup yang sangat berharga, sebenarnya tidak bisa dikatakan sebagai derita.
Di Amerika Serikat anggota AL termasuk pegawai pemerintah, yang mana di RRT disebut pegawai negeri. Gaji pegawai pemerintah di AS tidak tinggi, gaji rata-rata pegawai pemerintah sesuai tingkatannya bisa ditemukan di internet. Pegawai pemerintah yang hanya lulus SMA masuk ke level GS2, gaji per bulan antara USD 1.701 – USD 2.141. Prajurit satu di AL sebelum dipotong pajak adalah USD 1.500, setelah dipotong pajak sisa sekitar USD 800. Jika hanya melihat dari sudut pandang ini, gaji pegawai pemerintah lebih rendah daripada warga, tapi kesejahteraan mereka luar biasa baik. Jika beasiswa seorang tentara sebesar USD 30.000 per tahun dihitung ke dalam gaji, maka nilainya akan lebih tinggi daripada pekerjaan di pemerintahan pada umumnya.
Beasiswa tentara ini juga bisa tidak digunakan dan dihibahkan bagi satu orang anak. Sistem gaji di AL seperti semacam paksaan menabung dan mendorong sistem wajib belajar. Aturan ini saya berikan nilai lima bintang dan saya tambahkan sedikit pesan: betapa suatu aturan yang sangat baik dan bermanfaat jangka panjang!
Aturan beasiswa bagi tentara ini telah menyediakan suatu jaminan untuk kuliah di perguruan tinggi bagi para pelajar dari keluarga kurang mampu, juga menjadi sumber perekrutan tentara muda usia bagi negara. Saya tidak tahu apakah ini termasuk cara terbaik untuk menutupi kesenjangan yang timbul akibat kondisi keluarga yang sangat berbeda. Dengan stabil mendorong anak-anak yang berasal dari lapisan bawah agar bisa masuk ke lapisan menengah. Kekayaan tertimbun di tengah masyarakat, dan masyarakat yang berinvestasi pada pendidikan tak mungkin tidak stabil.
Hal yang dimaksud dengan Menjaga Stabilitas (policy yang diterapkan di daratan Tiongkok oleh PKT) adalah melindungi segelintir pejabat korup yang memeras rakyatnya sendiri. Di AS, tidak ada kondisi yang menyebabkan terjadinya tragedi Ma Jiajue.
Saat berada di perpustakaan sekolah tempat pelatihan kami saya melihat sebuah tabel, yang menunjukkan perbedaan gaji untuk setiap tingkat pendidikan yang berbeda, mulai dari tidak lulus SMA, lulus SMA, gelar sarjana S1, sarjana S2, sampai S3, perbedaan gaji antar jenjang pendidikan tersebut cukup besar. Ini adalah “rumah emas di balik buku” versi AL Amerika, makna di balik motivasi agar bersekolah sangat jelas di sini.
Perwira perekrut mengatakan, awalnya lapangan kerja di AS lebih baik dari sekarang, sehingga sangat sulit merekrut tentara baru. Waktu itu begitu menandatangani kontrak AL langsung diberi beberapa ribu dolar sebagai insentif, hal itu sempat membuat para lulusan SMA yang baru bergabung saat ini berdecak kagum. Beberapa tahun terakhir lapangan kerja sangat sedikit, semakin lama semakin banyak orang ingin bergabung di militer sebagai lapangan kerja, kriteria nilai pun ikut meninggi, insentif yang digunakan untuk menarik orang untuk menjadi tentara pun ditiadakan.
Papan putih di kantor terpampang foto-foto kami, diberi keterangan waktu kami bekerja dan menjadi anggota. Setiap minggu ada saja orang yang mundur, dan setiap minggu juga ada saja wajah-wajah baru. Waktu berlalu cepat, tiba di bulan September, ini adalah rapat rutin terakhir bagi saya di San Francisco. (sud/whs/rmat)
BERSAMBUNG