Menurut ilmuwan, terlau bersih justru bukan hal yang baik, karena mungkin akan memicu asma atau alergi(Clipart)
Di mata orang-orang, semua jenis mikroba itu seolah-olah berbahaya, sehingga berbagai jenis pembersih pun hadir dalam kehidupan masyarakat, misalnya sabun pembunuh kuman, bahan pembersih rumah tangga dapat membunuh 99,9% bakteri. Namun, menurut pandangan sejumlah ilmuwan, terlalu bersih justru malah bukan hal yang baik, karena bisa saja memicu asma atau alergi. Kalau begitu, bagaimana sebaiknya menyeimbangkan antara hidup dalam suasana bersih dan berdampingan dengan bakteri ?Artikel ini adalah bagian ke-2 atau artikel terakhri dari 2 artikel.
Lantas bagaimana sebaiknya baru bisa menghindari patogen, sekaligus memelihara probiotik? Rook jelas tidak menyarakan melewatkan cuci tangan dan langkah-langkah yang diperlukan. Menurut ilmuwan, tangan yang kotor merupakan salah satu saluran utama penyebaran penyakit antar manusia. Kunci dalam menjaga kebersihan sepasang tangan tidak hanya secara frekuensi dalam mencuci tangan, tetapi lebih kepada ketelitiannya.
Mencuci tangan harus menggunakan sabun dan air, selain itu juga harus menggosok setiap permukaan tangan secara menyeluruh minimal 15 detik, lalu bilas dengan air yang mengalir (air kran), kemudian dikeringkan. Mencuci dengan sabun bisa memisahkan kulit dengan bakteri, sementara aliran air dapat menyingkirkannya dari tangan, ungkap ahli.
Tapi tidak semua bagian dari tubuh itu harus dibersihkan dengan begitu cermat. Pembersihan secara menyeluruh dan komprehensif dapat menghancurkan flora normal, namun, dengan memanfaatkan bantuan mereka untuk melawan organisme berbahaya, memungkinkan kita tetap sehat, ungkap Rook.
Jika sistem kekebalan tubuh berada dalam lingkungan yang steril, ini tak ubahnya seperti mencabut fungsi sensorik otak. Hingga pada akhirnya akan menyebabkan gangguan pada sistem kekebalan tubuh. Oleh karena itu, meningkatnya kasus (penyakit) autoimun dan alergi berhubungan dengan banyaknya orang yang suka bersih secara berlebihan, tambahnya.
Selain itu, ahli terkait juga tidak menganjurkan mandi dalam waktu lama setiap hari, karena akan menyingkirkan probiotik dari kulit kita. Tapi memang harus rajin-rajin membersihkan alat kelamin dan tempat-tempat lain yang kerap berkeringat, selain itu juga harus setiap hari mengganti CD (celana dalam).
Di lingkungan rumah, sebaiknya jangan melakukan pembersihan berlebihan untuk melawan bakteri, cukup segera lakukan pembersihan pada saat yang sesuai. Sally Bloomfield, ketua Family Health International Science Forum dan profesor di London School of Hygiene and Tropical Medicine mengatakan, bahwa kebiasaan kebersihan yang baik bukan pembersihan ekstrim seminggu sekali, tetapi harus diintegrasikan ke dalam kehidupan kita sehari-hari, yakni segera lakukan pembersihan pada saat diperlukan.
Contoh misalnya talenan di dapur. Jika Anda baru saja memotong atau mengiris sayuran hijau di atas talenan, maka Anda terbiasa menunggu sampai selesai makan nanti baru dibersihkan. Tapi, jika Anda baru saja memotong atau mengiris ikan atau daging mentah, maka sebaiknya segera dicuci saat itu juga, jika tidak, kemungkinan akan membuat anggota keluarga terperangkap dalam risiko terinfeksi. Ada data yang cukup membuktikan bahwa sekitar 70% ayam terkontaminasi Campylobacter, bakteri ini dapat menyebabkan keracunan makanan, dan sangat rentan berkembangbiak di (papan) talenan.
Makin sakit justru semakin kuat
Yang penting adalah sering bepergian. Tinggal beberapa saat di alam bebas. Biarkan anak Anda bermain di tempat yang bisa terkontak dengan tanah dan tanaman, karena di sana banyak terdapat probiotik/bakteri bermanfaat, kata Ilkka Hanski, ahli biologi di University of Helsinki, Finlandia.
Jika Anda memiliki taman di rumah, sebaiknya jangan ditanami rumput, biarkan tanaman alami tumbuh lebih tinggi. Kemudian Anda bisa memangkasnya cukup 1-2 kali setahun, ujarnya menambahkan.
Hasil studi terkait juga mengkonfirmasikan akan manfaat itu. Anak-anak yang tumbuh dewasa di lingkungan tidak terlalu bersih, rasio timbulnya alergi dan asma cenderung lebih rendah. Bahkan beberapa bakteri tertentu dengan sendirinya akan melindungi kita terhindar dari serangan penyakit usus, atau bahkan membantu memerangi jenis depresi tertentu.
Jika sering kontak dengan hewan ternak, dan mengadakan kontak dengan mikroorganisme penting yang tidak membahayakan tubuh melalui tanah, makanan dan air, sepertinya dapat membantu meningkatkan kesehatan.
“Kontak dengan mikroba dapat membantu membentuk jalur regulasi yang efektif, mengendalikan timbulnya peradangan,” kata Thom McDade, antropolog di Northwestern University, Illinois, Amerika Serikat.
Jika “hygiene hypothesis” ini benar, mungkin dapat membantu menjelaskan sebab-sebab cepatnya peningkatan tingkat alergi dan asma pada 20 tahun silam. Dan tentu saja, masih banyak penjelasan lain terkait fenomena ini. Sebagai contoh, banyak tren kesehatan publik yang juga berkemungkinan memicu masalah ini, termasuk mengonsumsi air (minum) murni, penggunaan antibiotik secara serampangan, parahnya tingkat polusi dan perubahan lingkungan.
Sepertinya banyak faktor terkait berhubungan dengan gaya hidup ala Barat. Antibiotik dapat mengacaukan probiotik di dalam tubuh kita, sehingga merusak kemampuan respon dari sistem kekebalan tubuh. Secara perbandingan, hasil penelitian jelas menunjukkan bahwa vaksin tidak memberi efek bahaya apa pun, tidak akan berdampak apa pun terhadap peningkatan alergi, jelas Ilkka.
Ditilik dari sisi positifnya, dimana jika setiap kali Anda merasa tidak nyaman (sakit kecil), dari lubuk hati Anda akan mengerti, bahwa hal ini dapat membuat Anda menjadi lebih kuat dan sehat. Dan mungkin ini bukan informasi yang ingin didengar oleh kebanyakan orang. Setiap kali merasa sedikit tidak nyaman, mereka akan segera minum obat untuk mengatasinya. Tapi setiap kali setelah Anda sembuh dengan cepat karena obat itu, tubuh Anda akan menjadi lemah. Jadi, lain kali ketika Anda mencoba menggunakan banyak shower gel (gel mandi), harap pikirkan sejenak isi artikel ini.(Jhn/Yant)