Keterangan foto: Keberhasilan pembebasan budak pada 1863 telah mengubah kondisi Perang Sipil Amerika (1861 – 1865). Komentar Lincoln terhadap “Deklarasi Pembebasan Budak” tanggal 22 September 1862 adalah: “Selama hidup, saya yakin, saya tidak pernah membuat keputusan yang lebih tepat daripada deklarasi ini.” (wikipedia)
Oleh: Zhou Xiaohui
Setelah Lincoln menandatangani ‘Deklarasi Pembebasan Budak Kulit Hitam’, ada orang bertanya padanya, mengapa Anda berani membebaskan ribuan budak kulit hitam itu, mengapa Anda berani? Apakah Anda tidak takut akan terjadi kekacauan?
Lincoln menjawab dengan tenang, banyak hal yang dilakukan oleh politisi, yang dibutuhkan hanyalah keberanian, dan yang perlu ditakutkan adalah menghadapi ketidak-pastian.
Abraham Lincoln adalah presiden AS yang ke-16. Ia memimpin AS melalui perang yang paling tragis dalam sejarah dan krisis moral, konstitusi dan politik terparah yakni Perang Sipil, sehingga berhasil melindungi keutuhan federasi Amerika Serikat, menghapus sistem perbudakan, memperbesar kekuasaan pemerintah federal, mendorong modernisasi ekonomi, dan dipandang sebagai salah seorang presiden yang terhebat dalam sejarah AS. Keberanian yang diperlihatkan dirinya ketika menghapus sistem perbudakan bukan suatu kebetulan.
Februari 1809, Lincoln terlahir sebagai anak kedua di sebuah pertanian di negara bagian Kentucky, ibunya bernama Lucy Hanks dan ayahnya adalah Thomas Lincoln. Ayahnya Thomas sangat dihormati warga di sekitarnya. Mereka sekeluarga tergabung dalam gereja baptis, yang menuntut kriteria moral tinggi, melarang minuman beralkohol, tarian, dan perbudakan.
Saat berusia 9 tahun, ibu Lincoln meninggal dunia dan ayahnya menikah lagi. Hubungan Lincoln dengan ibu tirinya Sarah sangat dekat. Saat muda, Lincoln tidak cukup lama mengenyam pendidikan formal, pada dasarnya hanya belajar otodidak. Ia sangat senang membaca, berkali-kali membaca “Alkitab versi Raja James”, “Fabel” karya Aesops, “Pilgrim” karya Bunyan, “Robinson Crusoe” karya Defoe, serta “Autobiography” karya Franklin.
Di usia 22 tahun karena membantu orang mengirim barang hingga ke New Orleans, Lincoln melihat sendiri perbudakan disana. Maret 1932, di usia 23 tahun Lincoln memulai karir politiknya, dan mencalonkan diri dalam pemilihan Dewan Kongres Illinois. Meskipun akhirnya gagal, tapi Lincoln yang pandai bicara meninggalkan kesan mendalam bagi banyak orang. Pada 1834, Lincoln mencalonkan diri sebagai anggota Dewan Kongres untuk kedua kalinya dan berhasil. Pada 1836, Lincoln memperoleh ijin profesi pengacara, ia pergi ke Springfield, Illinois, dan memulai karirnya sebagai pengacara. Ia berhasil menjadi pengacara yang kompeten dan terkenal, sangat dikenal akan pemeriksaan silang dan pernyataan penutupnya. Dan empat kali berturut-turut duduk di Dewan Kongres Illinois.
Selama menjadi anggota kongres, Lincoln memberi suara untuk memperluas hak memberikan suara bagi seluruh kaum pria kulit putih, tanpa memandang apakah pria tersebut memiliki tanah atau tidak. Ia terkenal dengan sikap “kebebasan tanah”, sekaligus juga menentang perbudakan dan abolisionisme. Menurut Lincoln, sistem perbudakan dibangun di atas kebijakan yang tidak adil dan sangat buruk, tapi penerapan abolisionisme tidak akan memperlambat kejahatan itu justru akan membuatnya semakin kuat.
Pada 1846, Lincoln terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan AS dengan masa jabatan 2 tahun. Pada 1848, ia mendukung Jendral Zachary Taylor untuk mencalonkan diri sebagai presiden, tapi tidak berhasil menjadi staf khusus di kantornya, sehingga memutuskan untuk kembali ke Springfield meneruskan profesi pengacaranya, mengatasi “segala urusan yang mungkin dihadapi seorang pengacara padang rumput”. Akan tetapi, selama menjadi pengacara, Lincoln tidak meninggalkan politik. 16 Oktober 1854, dalam bukunya “Peoria Speech”, Lincoln mengungkap sikap bencinya terhadap perbudakan, serta terus menegaskannya sampai akhirnya ia terpilih menjadi presiden. Kemudian, berlandaskan pada status sebagai anggota Partai Whigs, Partai Freedom Land, Partai Liberal, dan Partai Demokrat, Lincoln mendorong pendirian parpol baru yakni Partai Republik. Pada Rapat Besar Partai Republik seluruh AS 1856, Lincoln menduduki posisi kedua pada pemilihan wakil ketua partainya.
Pada 1858, Lincoln dan Douglas dari Partai Demokrat yang mencalonkan diri sebagai anggota senat melakukan debat sebanyak 7 kali, intinya adalah soal mempertahankan atau menghapus sistem perbudakan. Lincoln memperingatkan akan “hak para budak” akan mengancam nilai-nilai republik di AS, dan menuding Douglas telah mendistorsi tekad para pendiri negara untuk menciptakan “kesetaraan setiap umat manusia”. Sementara Douglas menekankan pemukim berhak untuk memilih apakah perbudakan dijalankan atau tidak, serta menuding Lincoln telah menjadi salah seorang dari abolisionisme. Meskipun Lincoln kalah debat, tapi dirinya berhasil mendapat keharuman nama di seluruh AS.
Pada 1860 Lincoln berhasil mengalahkan saingan internal partainya untuk ikut pemilihan presiden. Berkat dukungan negara bagian di utara dan barat, Lincoln menang dari Douglas pada pilpres, tapi negara bagian di selatan yang banyak perbudakan justru tidak memilihnya. Kaum separatis bahkan terang-terangan menyatakan mereka akan melepaskan diri dari federasi sebelum penobatan Lincoln sebagai presiden pada Maret, dan ini akan menjadi satu tantangan besar bagi Lincoln setelah menjadi presiden nanti.
Benar saja, di akhir Desember 1860 hingga Februari 1861, 7 negara bagian termasuk di antaranya South Carolina mengumumkan melepaskan diri dari pemerintah federal, serta mendirikan negara berdaulat yang bernama Confederate States of America, serta mengangkat Jefferson Davis sebagai presiden interim. Presiden menjabat Buchanan dan Lincoln sebagai presiden terpilih menolak mengakui konfederasi, dan menyatakan bahwa pemisahan tersebut adalah ilegal. Tapi Lincoln tetap menghindari terjadinya peperangan. Namun upaya itu gagal, Perang Sipil pun meletus.
Pada titik balik sejarah ini, bagaimana Lincoln akan memilih? Dengan tekanan dari internal federal, pasukan federal yang dipimpin Lincoln bentrok dengan pasukan selatan. Untuk melindungi federasi, Lincoln memutuskan untuk menghapus perbudakan. Pada 22 September 1862, “Deklarasi Pembebasan Budak” secara resmi diterapkan, dan mulai efektif 1 Januari 1863, dan diumumkan pembebasan budak pada 10 negara bagian yang tidak dikendalikan oleh federasi, tapi ditetapkan pengecualian untuk dua negara bagian yang telah dikendalikan federasi. Setelah itu, pasukan federal mengarah ke selatan, dan membebaskan budak sepanjang perjalanan mereka, hingga mencapai 3 juta budak di wilayah federal dibebaskan. Pembebasan budak telah mengubah kondisi perang. Komentar Lincoln terhadap “deklarasi” adalah: “Selama hidup, saya yakin, saya tidak pernah membuat keputusan yang lebih tepat daripada deklarasi ini.”
Pada 19 November 1863, setelah memenangkan perang di Gettysburg, Lincoln menyampaikan “pidato Gettysburg”. Ia mengatakan pengorbanan dan keberanian para tentara tidak akan sia-sia, dan perbudakan akan berakhir berkat pengorbanan ini, masa depan demokrasi dunia akan tetap dipertahankan, “pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat, akan luput dari kerusakan”. Ia menyimpulkan ada satu sasaran jangka panjang yang memiliki makna sangat mendalam dari perang saudara ini: sebuah negara terlahir kembali dengan bebas.
Faktanya memang demikian. Pada 1864, perbudakan di seluruh AS dihapus. Meskipun setelah sistem perbudakan dihapuskan, perkembangannya di selatan AS sangat lamban, orang hitam masih mengalami diskriminasi, Lincoln pun dibunuh karenanya. Tapi tidak ada yang menyangkal, satu langkah bersejarah yang ditempuh Lincoln ini, sangat penting bagi orang kulit hitam di AS untuk bisa menyamakan derajat dengan orang kulit putih. Di AS Lincoln pun menjadi pelindung bagi kebebasan manusia, dan menjadi peringatan abadi bagi rakyat AS. (sud/whs/rmat)