Keterangan foto: Ali Saqr al-Qasem, anggota tentara IS yang menembak mati ibu kandungnya di depan umum. (foto Twitter)
Oleh Xu Jiadong
Daily Telegraph menyebutkan bahwa bahwa seorang anggota tentara Islamic State/ IS telah membunuh ibu kandungnya hanya karena ibunya membujuknya meninggalkan organisasi ekstremis itu.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (Syrian Observatory for Human Rights) yang berbasis di London membenarkan insiden tragis itu terjadi pada Rabu (6/1/2015).
Organisasi anti IS yang bernama RBSS (Raqqa is Being Killed Silently) juga membenarkan pembunuhan itu. Laporan menyebutkan bahwa Ali Saqr al-Qasem seorang pemuda berusia 20 tahun menggunakan senapan serbu untuk menembak kepala ibu kandungnya, Leena di depan keramaian. Ibu malang itu tewas seketika.
Menurut informasi, Leena (35) yang sekarang bertempat tinggal di Tabqa yang berjarak tidak jauh dari kota Raqqa, bermaksud untuk pindah ke daerah lain dan berharap putranya itu bisa ikut serta. Putranya itu kemudian menyampaikan berita itu kepada atasannya di IS. Menurut SOHR, “Karena ibunya itu dianggap menghasut putranya untuk meninggalkan IS dan pindah keluar kota Raqqa, organisasi teroris itu lalu memerintahkan eksekusi terhadap semua orang yang mencoba untuk melarikan diri dari organisasi”.
Leena ditembak di dekat gedung kantor pos tempat ia bekerja dengan disaksikan oleh ratusan orang yang berkumpul. Eksekusi semacam ini memang sering terjadi di Raqqa.
Dalam beberapa minggu terakhir ini, anggota IS telah mengeksekusi sejumlah wanita, termasuk seorang yang bernama Ruqia Hassan, ‘wartawati masyarakat’ yang sering melaporkan berita kehidupan para warga wanita Raqqa melalui akun Facebooknya. Ia telah dinyatakan hilang sejak Juli tahun lalu. Keluarganya baru mendapat kabar pada 2 Januari 2016 bahwa ia sudah tewas.
Akhir pekan lalu, IS menyebarkan sebuah video on line, rekaman gambar menunjukkan seorang pria yang berbicara dalam aksen Inggris memimpin kelima orang eksekutor untuk membunuh kelima tahanan dalam upaya untuk menyampaikan informasi kepada organisasi yang menentang IS bahwa “Raqqa secara diam-diam akan membantai.”
Pembunuhan yang dilakukan IS akhir-akhir ini mungkin membuktikan dugaan media bahwa IS sedang menderita krisis moral akibat banyak militan asing mencoba untuk melarikan diri dan pulang ke negara asal mereka.
Menurut laporan SOHR pada 29 Desember 2015, sejak IS mengumumkan pembentukan negara ‘Khalifah’ di tanah Suriah dan Irak yang mereka duduki, IS telah mengeksekusi lebih dari 2.000 orang warga Suriah dalam waktu 18 bulan. Warga yang dibunuh itu termasuk para homoseksual, menganut kepercayaan yang berbeda dan yang menentang IS. Namun, laporan tersebut sampai sekarang belum berhasil dikonfirmasi kebenarannya. (sinatra/rmat)