JAKARTA – Pernyataan Presiden Jokowi yang membanggakan hukum mati mendapat kritikan dari KontraS. Jokowi menyampaikan pernyataannya saat pembukaan Rakernas ke 43 PDI Perjuangan di JI Expo Kemayoran, Jakarta, Minggu (10/1/2016). Jokowi pada saat itu bermaksud menyangkal segala sangkaan bahwa sosok dirinya adalah presiden yang mudah diintervensi dan tak pemberani.
Koordinator KontraS, Haris Azhar menilai pernyataan yang dilontarkan Jokowi sebagai sarkastik. Dia menyindir sosok pemberani bukan berarti hanya orang yang jago untuk mengambil nyawa orang lain. Jokowi pada saat itu menuturkan keberaniaanya untuk memberantas narkoba dengan ketegasan mengekesekusi mati 14 orang bandar narkoba.
Haris Azhar menantang Presiden Jokowi jika memang tak penakut, maka harus berani menyeret ke pengadilan mantan Kepala BIN Hendropriyono karena kasus Talangsari 1987 silam. Jokowi juga ditantang apakah berani memerintahka untuk memeriska Megawati untuk kasus BLBI termasuk kasus darurat militer di Aceh. “Kalau Jokowi terima tantangan ini, barulah pantas menyebut dirinya sebagai Presiden yang tidak bisa diintervensi dan pemberani,” ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Senin (11/1/2016).
Menurut dia, pernyataan yang disampaikan Jokowi menunjukkan tak ada program lain bisa dibanggakan pemerintah, lantas kasus hukum mati menjadi jualan pemerintah. Dia menambahkan, presentasi Jokowi pada saat itu sangat tidak logis. Awalnya berbicara tentang keberanian dalam persoalan MEA namun kemudian berbelok kepada soal hukuman mati.
Menurut Haris, persoalan MEA berkaitan tentang persaingan SDM, usaha dan ekonomi sekitar negara-negara ASEAN. Kemudian, lanjut Haris, Jokowi menyinggung hukuman mati. Bagi dia, pernyataan yang disampaikan Jokowi tak beraturan, justru eksekusi mati ditonjolkan sebagaimana digaungkan Jaksa Agung yang mencoreng nama baik Indonesia di mata Internasional.
Haris menambahkan, hukuman mati bukan tolak ukur prestasi atau keberanian seorang Presiden ataupun Jaksa Agung sebagai eksekutor. Dia menyarankan kepada Jokowi untuk banyak-banyak mendengar pendapat dar para ahli agar memiliki pemahaman tertentu terhadap setiap isu yang berkembang.
Jokowi saat menyampaikan pidato pada rakernas PDI-P Minggu lalu membantah segala tuduhan yang menolak dia sebagai Presiden penakut dan tak tegas. Jokowi lalu menunjuk mana tindakan yang tak tegas dan tak berani. Dia lalu menyebut di mana tak keberaniannya sebagai kepala negara dengan menenggelamkan 107 kapal pencuri ikan. Masalah narkoba, Jokowi juga menuturkan ada yang menyatakan serupa, namun Jokowi mencontohkan faktanya selama 1 tahun 14 orang bandar narkoba dihukum mati.
Hal serupa juga dilontarkan Jokowi pada saat itu terkait pembubaran Petral. Jokowi menampik segala tudingan yang menyebut dirinya tak tegas dan tak berani. Jokowi menyampaikan jika tak diperintah secara langsung oleh Presiden maka tak mungkin Menteri ESDM secara tegas membubarkan Petral. “Kita ingin berdaulat, berdikari dan berkpribadian. Kalau itu menurut saya benar, tidak ada yang namanya tidak berani. Pasti akan saya lakukan dengan risiko apa pun,” ujarnya. (asr)