Kisah Remaja 12 Tahun Saat di Kamp Pelatihan Bom Bunuh Diri IS

Kejahatan organisasi ektremis IS karena menggunakan tentara anak-anak sudah sering dilaporkan media. Dalam rekaman video yang disebarkan oleh IS pekan lalu terlihat seorang bocah  menggunakan bahasa Inggris yang fasih membicarakan soal membunuh orang-orang kafir. Baru-baru ini, CNN mewawancarai beberapa anak yang berhasil melarikan diri dari cengkeraman IS untuk mengetahui apasaja yang mereka alami di sana.

CNN pada 12 Januari memberitakan bahwa Nasir, anak remaja berusia 12 tahun itu cukup beruntung karena bisa meloloskan diri dari cengkeraman IS, terhindar dari nasib tragis sebagai alat bom bunuh diri. Ia juga menceritakan tentang pengalamannya saat dicuci otak IS. Nasir sekarang sudah kembali ke pangkuan ibunya dan tinggal bersamanya di kamp pengungsi Esyan di Kurdistan. Di sana terdapat +/- 15.000 orang kaum penganut Yasidi yang melarikan diri dari wilayah yang diduduki oleh IS.

Menurut Nasir bahwa ada sekitar 60 orang anak-anak yang masuk kamp IS untuk mengikuti pelatihan menjadi pembom bunuh diri. “Yang paling mengerikan adalah saat terjadi serangan udara, kita semua digiring masuk ke dalam terowongan untuk bersembunyi. Pelatih IS mendoktrin kita bahwa orang-orang Amerika itu adalah para kafir yang berniat untuk membunuh kita. Sedangkan para tentara IS adalah orang-orang yang mencintai kita, mereka akan mengurus kita jauh lebih baik daripada orangtua kita sendiri”.

“Saat mengikuti latihan, mereka (para pelatih IS) mengatakan bahwa orangtua kalian itu adalah orang-orang kafir, jadi tugas utama kalian sekarang adalah pulang ke rumah untuk membunuh orangtua kalian”.

Nasir mengatakan bahwa semua anak harus mengikuti program pencucian otak, dan anggota IS menyebut dirinya sekarang adalah anggota keluarga paling dekat mereka.

Semua anak harus mengikuti program pelatihan yang tidak ringan, tak terkecuali ‘anggota’ termuda yang masih berusia 5 tahun, kata Nasir. “Kita tidak boleh menangis, tetapi saya sangat rindu untuk bertemu ibu. Saat teringat wajah sedih ibu karena kekhawatiran, air mata saya diam-diam akan menetes. Saat saya berhasil melarikan diri dari IS dan bertemu kembali dengan ibu, saya sangat senang, merasa seolah hidup kembali dari kematian”.

Pasukan bersenjata IS membawa Nasir beserta anak laki lainnya ke lembaga penelitian al-Farouk di Raqqa untuk difilmkan dalam video promosi IS.

Dari gambar terlihat anak-anak melutut mengelilingi pelatih IS dengan muka tak bermimik. Salah satu seorang anak terlihat jelas sedang bergemetar, dan sebagian anak itu tampak menundukkan kepala. Pelatih IS itu kemudian berkata : “Dalam beberapa hari ke depan, kalian akan menjadi prajurit yang berjuang di barisan depan untuk menghancurkan para kafir itu”. Nasir menggunakan kesempat yang ada setelah usai pengambilan gambar itu untuk melarikan diri.

Seorang anak lainnya bernama Nouri (11 tahun) yang juga berusaha melarikan diri dari IS, mengalami keluarganya diculik dan dibawa ke sebuah kamp IS. Ketika ia menolak untuk bergabung dengan kamp pelatihan anak-anak. Militan IS menganiaya anak itu hingga tulang kakinya patah di 3 tempat.

Nouri masih menerima ‘berkah’ meskipun harus berjalan tertatih-tatih dengan kakinya yang sudah pincang. Karena sudah dianggap tidak berguna lagi, maka anak ini diijinkan untuk pulang ke tempat asal bersama neneknya. Adiknya yang berusia 5 tahun, Saman juga sudah dibebaskan. Namun pengalaman ia dipukuli anggota IS terus terbayang dalam ingatanya. Ia menjadi sering berteriak-teriak saat tidur. Ketika reporter CNN mewawancarai kakek dan neneknya, Saman kecil bertanya kepada reporter : “Apakah Anda akan memukul saya? (Sinatra/asr)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Most Popular