Sistem tata surya kita bergerak di dalam Galaksi Bima Sakti, dan setiap 30 juta tahun akan ada masalah. (EUROPEAN SOUTHERN OBSERVATORY, CC BY 4.0 / WIKIMEDIA COMMONS)
Pada 1980, Walter Alvarez dan kelompoknya di University of California-Berkeley, AS, menemukan lapisan tipis tanah liat dalam catatan geologi, yang berisi elemen langka iridium dalam jumlah yang tak terduga.Mereka mengusulkan bahwa lapisan yang kaya iridium ini adalah bukti bahwa sebuah komet besar pernah menabrak Bumi pada 66 juta tahun silam pada saat kepunahan dinosaurus.
Kelompok Alvarez memberikan pendapat bahwa lapisan yang kaya iridium itu terbentuk sebagai dampak dari awan debu yang intens yang disebabkan oleh tabrakan. Awan debu menutupi Bumi, menghasilkan kegelapan, dan iklim yang dingin. Pada 1990, kawah besar berdiameter 100 mil ditemukan di Semenanjung Yucatan, Meksiko.
Waktu tabrakan ini, bersama-sama dengan catatan fosil, telah menyebabkan sebagian besar peneliti menyimpulkan bahwa tabrakan ini menyebabkan kepunahan massal dinosaurus dan bentuk lain dari kehidupan. Penelitian selanjutnya menemukan bukti kepunahan massal lainnya di masa lalu, yang tampaknya telah terjadi pada saat yang sama dengan waktu tabrakan, ditentukan berdasarkan catatan kawah di Bumi. Dan kebetulan hal ini terjadi setiap 30 juta tahun.
Mengapa kepunahan dan tabrakan komet itu tampaknya terjadi dalam suatu siklus yang berdasar? Jawabannya mungkin terletak pada posisi Bumi kita di Galaksi Bima Sakti.
Galaksi kita dipahami sebagai sebuah piringan besar. Tata surya kita berputar di sekitar lingkar piringan itu setiap 250 juta tahun. Namun jalan itu tidaklah mulus. Bumi melewati pertengahan bidang piringan sekali setiap 30 juta tahun. Dipercayai bahwa siklus kepunahan dan tabrakan komet terkait dengan saat-saat ketika Matahari dan planet-planet terjun melalui piringan galaksi kita yang ramai dengan planet dan asteroid lainnya.
Biasanya, komet mengorbit Matahari di tepi tata surya, yang sangat jauh dari Bumi. Namun ketika tata surya melewati piringan yang sedang ramai, maka tarikan gravitasi gabungan dari bintang yang terlihat, awan antar bintang, dan materi gelap tak terlihat, akan mengganggu komet dan mengirimkan beberapa dari mereka pada jalur alternatif, kadang-kadang melintasi orbit Bumi, dimana mereka dapat berbenturan dengan planet.
Pengakuan terhadap siklus galaksi 30 juta tahun ini adalah kunci untuk memahami mengapa kepunahan terjadi pada jadwal yang teratur. Selain itu juga dapat menjelaskan fenomena geologi lainnya. Dalam penelitian lebih lanjut, ditemukan bahwa sejumlah peristiwa geologi, termasuk letusan gunung berapi, bangunan yang ambles, pembalikan medan magnet, iklim, dan perubahan besar dalam permukaan laut menunjukkan siklus 30 juta tahun yang sama. Mungkinkah ini juga berhubungan dengan cara sistem tata surya kita bergerak melalui galaksi? Penyebab yang mungkin dari aktivitas geologi yakni interaksi Bumi dengan materi gelap di galaksi. Materi gelap, yang belum pernah dilihat orang ini, kemungkinan besar terdiri dari partikel subatomik kecil yang mengungkapkan kehadiran mereka semata-mata oleh tarikan gravitasi mereka.
Ketika Bumi melewati piringan galaksi, maka akan menghadapi gumpalan padat dari materi gelap. Partikel materi gelap ini dapat ditangkap oleh Bumi dan dapat berkembang di inti Bumi. Jika kepadatan materi gelap cukup besar, partikel materi gelap akhirnya memusnahkan satu sama lain, yang menambahkan sejumlah besar panas internal ke Bumi yang dapat mendorong aktivitas geologi global .
Materi gelap terkonsentrasi di piringan sempit dari galaksi, sehingga aktivitas geologi seharusnya menunjukkan jangka waktu 30 juta tahun yang sama. Dengan demikian, bukti dari sejarah geologi Bumi mendukung teori fenomena astrofisika mengatur evolusi geologi dan biologi Bumi. (Epochtimes)