Seorang peneliti memegang wadah berisi nyamuk Aedes aegypti di Biomedical Sciences Institute di Universitas Sao Paulo, di Sao Paulo, Brasil, pada 18 Januari 2016. Aedes aegypti merupakan perantara menularkan virus Zika. Pemerintah Brazil mengumumkan akan mengucurkan dana untuk pusat penelitian biomedis untuk membantu mengembangkan vaksin terhadap virus Zika yang mampu menyebabkan kerusakan otak pada bayi. (AP/ Andre Penner )
JAKARTA – Negara-negara di Amerika Latin kini dihadapi dengan ancaman virus Zika yang disebut lebih berbahaya dari virus Ebola. Namun demikian penyebaran virus menjadi isu hangat setelah disebut ada korban yang menyebabkan meninggal dunia di Indonesia. Benarkah kasus ini sudah menimpa Indonesia?
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI, Oscar Primadi mengklaim bahwa kematian bos LV Indonesia, Inka Wardhana bukan akibat virus Zika. “Penyebab kematiannya bukan virus zika,” katanya dalam siaran pers di Jakarta dikutip, Senin (1/2/2016).
Menurut dia, perlu diketahui bahwa saat ini konfirmasi pemeriksaan virus Zika hanya bisa dilakukan di laboratiorium tertentu, yaitu Balitbangkes Kemenkes dan Lembaga Biomolekuler Eijkman. Dia menambahkan, sepanjang 2016 tidak ada laporan hasil konfirmasi virus Zika dari kedua lab tersebut.
Namun demikian, Kementerian Kesehatan RI, mengimbau agar masyarakat dapat turut aktif melakukan pencegahan kemungkinan tertularnya virus Zika dengan menghindari gigitan nyamuk Aides Agypti, khususnya pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M. Dia mengingatkan kepada masyarakat ikut melakukan pengawasan jentik nyamuk dan meningkatkan daya tahun tubuh melalui perilaku hidup bersih dan sehat.
Lalu apakah virus Zika itu? Kemenkes RI merinci bahwa virus Zika merupakan salah satu virus dari jenis Flavivirus yakni memiliki kesamaan dengan virus dengue, berasal dari kelompok arbovirus. Bagaimana cara penularan virus Zika? Virus Zika ditularkan melalui gigitan nyamuk. Nyamuk yang menjadi vektor penyakit Zika adalah nyamuk Aedes, dapat dalam jenis Aedes aegypti untuk daerah tropis, Aedes africanus di Afrika, dan juga Aedes albopictus pada beberapa daerah lain.
Sedangkan nyamuk Aedes merupakan jenis nyamuk yang aktif di siang hari, dan dapat hidup di dalam maupun luar ruangan. Virus zika juga bisa ditularkan oleh ibu hamil kepada janinnya selama masa kehamilan. Menurut Kemenkes RI, gejala infeksi virus zika diantaranya demam, kulit berbintik merah, sakit kepala, nyeri sendi, nyeri otot, sakit kepala, kelemahan dan terjadi peradangan konjungtiva.
Pada beberapa kasus zika dilaporkan terjadi gangguan saraf dan komplikasi autoimun. Gejala penyakit ini menyebabkan kesakitan tingkat sedang dan berlangsung selama 2-7 hari. Penyakit ini kerap kali sembuh dengan sendirinya tanpa memerlukan pengobatan medis. Pada kondisi tubuh yang baik penyakit ini dapat pulih dalam tempo 7-12 hari.
Kemenkes RI menjelaskan, pencegahan penularan virus ini dapat dilakukan dengan menghindari kontak dengan nyamuk, melakukan pemberantasan sarang nyamuk, meningkatkan daya tahan tubuh melalui perilaku hidup bersih dan sehat. Kepada wanita hamil atau berencana hamil harus melakukan perlindungan ekstra terhadap gigitan nyamuk untuk mencegah infeksi virus Zika selama kehamilan. Hingga saat ini belum ada vaksin atau pengobatan spesifik untuk virus ini, sehingga pengobatan berfokus pada gejala yang ada. (asr)