Oleh Huang Kaixi
Di halaman depan harian ‘Rodong Sinmun’ Korea Utara edisi 9 Maret 2016 telah dimuat foto besar Kim Jong-un yang sedang berdiri sambil berbincang dengan para ilmuwan di depan sebuah benda yang diduga adalah hulu ledak nuklir yang telah diminiaturisasi.
Harian itu menyebutkan bahwa Kim Jong-un merasa senang dan bangga atas keberhasilan ilmuwan meminiaturisasi hulu ledak nuklir yang dapat dengan mudah untuk dimuatkan dan diluncurkan dengan roket jarak jauh.
Namun ahli nuklir dari Universitas Kyung Hee Korea Selatan langsung tampil untuk memberikan bantahan. Ia mengatakan bahwa benda berwarna kelabu yang tampaknya seperti bom atom itu hanyalah sebuah model. Alasannya benda yang dapat memancarkan radiasi kuat, mustahil akan didekati oleh para ilmuwan, apalagi Kim Jong-un dalam kondisi tanpa pakaian pelindung. Ahli Korea Selatan itu berpendapat bahwa benda itu kemungkinan hanya berisi bahan nuklir yaitu uranium dan plutonium.
Menteri Pertahanan Korea Selatan juga langsung memberikan penjelasan bahwa menurut intelijen Korea Selatan, Pyongyang tidak mungkin memiliki hulu ledak nuklir yang diminiaturisasi. Selain itu, ia juga mengecam keras Korut yang mengklaim memiliki dan memublikasi “keberhasilan barunya.” Tindakan tersebut tidak berbeda dengan membuat tantangan langsung kepada masyarakat internasional yang tidak bisa diterima dengan akal sehat.
Ahli dari Universitas Jianyang Korea Selatan berpendapat bahwa akan sulit untuk menilai hanya melalui foto. Namun dari penglihatannya, ia sendiri lebih condong untuk mengatakan, benda berwarna kelabu itu lebih mirip ke bom atom yang dijatuhkan ke Nagasaki. Tidak memiliki kemiripan dengan hulu ledak nuklir yang sudah diminiaturisasi yang dapat ditempatkan ke dalam kepala rudal.
Korea Utara sebelumnya membanggakan diri telah memiliki hulu ledak nuklir miniaturisasi yang dapat dimuatkan roket untuk diluncurkan ke benua Amerika. Tetapi tak satupun ahli nuklir dunia mempercayai hal itu. Apalagi rezim diktator yang berkuasa dapat dengan mudah untuk memanipulasi berita. Otoritas Pyongyang bisa membiarkan media resmi untuk memberitakan yang tidak sesuai kenyataan, itu sudah biasa terjadi. (sinatra/rmat)