Masyarakat Korut Mulai Cemas, Pemerintah Jadi Sasaran Tudingan

Sejak isi perluasan sanksi yang diberlakukan Dewan Keamanan (DK) PBB diketahui oleh rakyat Korea Utara, kecemasan mulai menyelimuti sebagian besar masyarakat dari yang berduit sampai rakyat biasa. Penduduk mulai menyimpan bahan makanan, pedagang menghentikan penjualan barang-barang kelontongan murah yang dibeli dari Tiongkok dengan maksud menunggu harga naik dan sebagainya.

Daily NK mengutip sumber di Pyong-annam-do melaporkan bahwa berita tentang sanksi DK PBB langsung tersebar luas ke masyarakat lewat ponsel. Pada masa lalu, warga Korea Utara acuh tak acuh terhadap sanksi PBB, tetapi sanksi kali ini memaksa mereka berpikir dan sekarang sudah merasa tidak nyaman.

Sumber mengatakan, bahkan Tiongkok dan Rusia yang sejak dahulu menjadi sandaran kuat bagi Korea Utara kini juga ikut serta memberikan sanksi. Akibatnya, kecemasan masyarakat semakin besar. Apalagi ada kabar bahwa cepat atau lambat Tiongkok akan memblokir perbatasan. Bila hal itu terjadi maka hidup di Korut akan semakin sulit.

Para pedagang keliling dan padagang pasar adalah golongan yang paling sensitif dan cepat dalam merespon sanksi. Yang mereka khawatirkan adalah sampai saluran pembelian barang-barang kebutuhan itu diblokir, karena itu mereka langsung bereaksi dengan menghentikan penjualan barang-barang klontong berharga rendah asal Tiongkok. Berharap untuk dijual nanti saat harga membumbung.

Seperti yang dituturkan oleh orang dalam bahwa otoritas Korut mendorong sebanyak mungkin instansi swasta untuk bersama-sama mengutuk DK PBB atas sanksi yang dijatuhkan. Namun, orang-orang itu selain tidak mengkritik masyarakat internasional, justru mengarahkan tudingan ke pihak berwenang Korut yang bertindak tidak benar.

“Para pejabat itulah yang tidak peduli terhadap hidup matinya rakyat. Mereka hanya memikirkan kepentingan diri sendiri. Kekonyolan mereka itu pasti akan membuat rakyat makin menderita. Sebagian masyarakat sudah mulai membeli barang-barang kebutuhan sebelum harganya naik, mereka mulai menimbun beras, komoditas utama lainnya,” sebut sumber itu.

YHal yang menjadi kekhawatiran utama masyarakat Korea Utara adalah masalah pasokan bahan makanan setelah perbatasan ditutup oleh Tiongkok. Ada pejabat yang mengkritik otoritas mengatakan, “Ini adalah akibat dari gembar-gembor atas barang (senjata nuklir, rudal) yang tak terpakai”.

Ekspor hasil tambang terhenti, otoritas menyebarkan berita bohong

Sumber juga mengatakan bahwa dengan dihentikannya kegiatan ekspor hasil tambang di pelabuhan Sinuiji, rumor kemungkinan untuk penutupan beberapa kantor bea cukai perbatasan seperti Rajin, Hoeryong langsung tersebar di masyarakat.

Sumber di Pyong-annam-do kepada Daily NK mengatakan, “Setelah berita mengenai penghentian ekspor batubara itu tersebar, para pemasok juga menghentikan investasinya.” Tetapi kemudian pihak berwenang Korea Utara sengaja menyebarkan berita bahwa kegiatan ekspor batubara cepat atau lambat akan dimulai lagi. Rumor disebarkan agar investor di bidang ini tidak menarik diri.

“Rumor dapat dimulainya lagi ekspor batubara bukan berasal dari masyarakat, tetapi dari pihak yang berwenang,” kata sumber. Berita tersebut sempat membuat para investor gelisah, apakah akan terus maju atau mundur.

Hal yang pasti bahwa hengkangnya investor di bidang batubara akan mengganggu kegiatan operasional penambangan. Dan akibatnya selain memberikan dampak negatif terhadap pendapatan negara, juga menyebabkan kekacauan di pasar domestik. Untuk alasan itulah otoritas menyebarkan rumor guna mencegah terjadinya pemburukan situasi.

Bisnis ekspor batubara di Korea Utara tidak dilakukan oleh pemerintah tetapi oleh pemilik uang swasta. Kaum pemilik modal itu menyewa lahan tambang dan lokasi pelabuhan selain menyediakan transportasi pengangkutan yang diperlukan agar kegiatan di hulu dan hilir dapat berlangsung dengan baik.

Khususnya lokasi penambangan di Pyongan-nando, di sana berkumpul para pemilik modal yang melakukan dari menyewakan lahan sampai kegiatan eksploitasi batubara. Atau yang membeli dengan Dollar AS batubara yang ditambang oleh perusahaan asing di Korea Utara kemudian dijual kepada importir. (sinatra/rmat)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Most Popular