Erabaru.net. Sampai usia 16, Marnie-Rae Harvey hanya seorang gadis remaja normal.
Namun kemudian, ia mulai mengalami pendarahan dari mata, telinga, lidah, kulit kepala, hidung, gusi, bibir, pantat dan bahkan kukunya.
Sampai sekarang tidak ada yang tahu mengapa bisa terjadi demikian.
“Semuanya berawal ketika saya mendapatkan sakit kepala dan batuk berdarah tahun 2013, sekarang usia saya 17 tahun ” kata Marnie-Rae.
Ia menjelaskan bagaimana, pada bulan Juli 2015, ia pergi tidur di sore hari karena mengalami migrain yang benar-benar buruk dan ketika terbangun ketika melihat di cermin mendapati satu sisi wajahnya berlumuran darah.
Marnie cepat menyadari bahwa darah yang keluar itu berasal dari matanya.

“Itu menakutkan untuk melihatnya, saya tidak tahu apa yang terjadi,” katanya.
Dia hanya mengingat bahwa dia mungkin tampak seperti sesuatu yang dia pernah lihat sebelumnya dalam film horor.
Sejak saat itu, pendarahan terus terjadi. Mengalir dari matanya setiap hari pada minggu selanjutnya, sampai kedua telinga juga mulai berdarah.
“Dan dokter benar-benar bingung. Semua dokter saya belum pernah melihat kasus ini sebelumnya,” katanya dalam sebuah wawancara beberapa waktu yang lalu.
Para dokter telah melakukan pengujian Trombositopenia (suatu kondisi di mana pasien memiliki kekurangan trombosit dalam darah, menyebabkan perdarahan, memar, dan pembekuan darah lambat setelah cedera) dan Haemolacria (gejala dari banyak penyakit termasuk tumor, yang menyebabkan seseorang untuk memproduksi air mata yang sebagian terdiri dari darah), namun itu semua tidak ditemukan dalam diri Marnie-Rae.
“Saya tidak mempunyai kelainan darah, kanker darah, tumor otak, dan AVMs (malformasi arteri). Rahim saya, uterus, ovarium, scan dada, semua dinyatakan bersih,” ujarnya.
Saat ini, mata Marnie berdarah sampai lima kali sehari, serta menderita migrain menyakitkan dan mual. Tidak ada yang memicunya, yang dapat terjadi kapan saja, dan tidak ada yang dapat membantu untuk mengontrolnya, sehingga membuatnya sangat frustasi.
Apa yang sedang dideritanya secara serius mempengaruhi hidupnya.
“Saya tidak bisa pergi ke perguruan tinggi atau mendapatkan pekerjaan, karena saya merasa terus-menerus lemah dan hanya bisa berjalan sejauh tanpa sakit.
Saya berharap bisa mendapatkan hidup saya kembali normal,” ungkapnya. (ran)