Oleh Huang Kaixi
Setelah Kongres Brazil pada Senin (11/4/2016) menyetujui usulan untuk mengimpeach presiden, Dilma Rousseff langsung menuduh wakil presiden berintrik untuk menurunkan dirinya dari jabatan.
Kongres Brazil melalui pemilihan dengan 38 suara mendukung melawan 27 suara menolak meluluskan usulan untuk mengimpeach presiden. Tak lama kemudian, Partai Progresif yang menjadi sekutu dalam pemerintahan Dilma memutuskan untuk menarik diri dari koalisi. Mayoritas dari 47 orang anggota kongres dari partai tersebut bahkan ikut memberikan suara mendukung dilakukannya impeach kepada Dilma Rousseff.
Dalam menanggapi rekaman percakapan pidato Wapres Michael Temer yang menyerukan agar koalisi dan partainya untuk bersana-sama melewati krisis politik nasional yang nadanya terdengar seperti ia sudah mengambil alih kedudukan presiden, sedang menghimbau semua pihak untuk mendukungnya.
“Mereka sudah dengan terang-terangan berintrik untuk menurunkan presiden terpilih yang ditetapkan melalui undang-undang,” kata Dilma Rousseff pada 12 April lalu.
Wapres Michael Temer kemudian menjelaskan bahwa suara dalam rekaman itu sebenarnya merupakan bagian dari latihan pidatonya yang ia rekam dengan ponsel kemudian terkirim akibat kesalahan. Namun, Partai Buruh mengkritik wapres sengaja meluncurkan rekaman itu karena sudah berniat ‘naik tahta’.
Setelah Kongres Brazil meloloskan rekomendasi tidak mengikat untuk mengimpeach presiden, rapat pleno DPR juga diharapkan untuk memberikan keputusan paling lama pada akhir pekan ini. Dewan nantinya yang akan menentukan apakah Dilma akan didakwa atau tidak. Bila ya, maka Dilma akan diberhentikan sementara sebagai presiden selama 180 hari.
Perusahaan konsultan resiko politik telah membuat penilaian terhadap pemungutan suara DPR nanti, diperkirakan sejumlah 60 – 65 % suara akan mendukung impeachment terhadap Dilma Rosseff. (sinatra/rmat)