Oleh Miao Wei
12 gadis Korea Utara pramusaji beserta seorang pria manajer mereka yang bekerja di Restoran Ryugyeong yang menyediakan makanan khusus Korut di kota Ningbo, Tiongkok berhasil melarikan diri ke Korea Selatan pada 7 April 2016 lalu.
Ini merupakan insiden pembelotan bersama terbesar yang terjadi selama masa pemerintahan Kim Jong-un. Sebuah micro channel Tiongkok baru-baru ini memaparkan foto ke 12 gadis itu beserta beberapa berita yang memiliki relevansi dengan mereka.
Riwayat hidup mereka yang membelot
Bagaimana 13 orang Korut itu merancang hingga berhasil secara bersama melarikan diri dari restoran tempat mereka bekerja menjadi perhatian masyarakat dunia. Seorang pemilik akun micro channel di Tiongkok, bernama ‘i melihat’ mengungkapkan hal itu dan memaparkan foto mereka.
Foto 13 orang gadis pramusaji di depan pintu masuk Restoran Ryugyeong, Ningbo itu diambil pada waktu pembukaan restoran itu. Artikel ‘i melihat’ menyebutkan bahwa seorang di antara mereka itu memilih tetap tinggal sehingga tidak ikut rombongan untuk melarikan diri ke Selatan.
Artikel menyebutkan bahwa restoran yang dikelola oleh rezim Korut di berbagai negara itu memiliki beberapa karakteristik. Pertama, seluruh stafnya didatangkan dari Korut. Kedua, mereka itu merupakan orang-orang pilihan yang sudah ‘terbukti setia’ terhadap rezim Kim. Ketiga, selain berwajah cantik (umumnya berusia 20an tahun) juga perlu berpendidikan tinggi. Keempat, mampu berbahasa Mandarin (untuk yang ditempatkan di Tiongkok), memiliki keterampilan dalam menyanyi, menari. Selain bertugas sebagai pramusaji di restoran mereka juga terlibat dalam pertunjukan untuk menghibur para tamu yang datang makan di restoran.
Para staf pekerja di unit-unit usaha grup Hotel Ryugyeong yang berada di bawah kelola Kementerian Luar Negeri Korut seluruhnya adalah putra-putri dari para kader partai atau militer Korut. Mereka itu tergolong kelas ekonomi menengah keatas. Gaji bulanan seorang wanita pramusaji restauran hanya sekitar nilai RMB. 2.000 tetapi sebagian besar dari uang itu harus diserahkan kepada negara, termasuk uang tip yang diberikan oleh tamu restoran.
Rute pelarian
Keduabelas orang gadis mantan pramusaji Restoran Ryugyeong beserta seorang pria manajer mereka sudah berada di Korea Selatan.
Reuters pada 5 April lalu melaporkan bahwa 4 dari 12 gadis pramusaji Restauran Ryugyeong di kota Ningbo itu terlihat berada di sebuah toko terdekat dan membeli 3 buah tas ransel yang berharga masing-masing RMB. 199. Penjual mengatakan bahwa cukup lama juga mereka melakukan tawar menawar sebelum membayar.
‘i melihat’ dalam artikelnya kemudian menyebutkan, seorang sumber yang mengetahui masalah mengungkapkan rute pelarian mereka. Pertama, ketigabelas orang itu menyamar sebagai turis dari Korea Selatan sebelum melarikan diri.
Kedua, mereka meninggalkan kota Ningbo dengan menggunakan pesawat komersial menuju ke Thailand, pada 5 April itu. Setelah tiba di Bangkok, mereka langsung naik mobil menuju ibukota Vientiane, Laos.
Keesokan malamnya sekitar pukul 22:45 mereka naik pesawat Korean Airlines dari Vientiane menuju Korea Selatan dan tiba di Bandara Incheon Seoul sekitar pukul 05:40 waktu setempat.
Artikel juga mengungkapkan bahwa keberhasilan dari usaha pelarian ketigabelas staf Korut itu pasti telah melalui suatu persiapan, pengaturan ketat sebelumnya dan mendapat dukungan diam-diam dari sistem intelijen Korea Selatan.

Uneg-uneg dalam hati gadis pramusaji Korut yang menari dan bernyanyi untuk menghibur tamu restoran
Yonhap mengutip ucapan beberapa gadis pramusaji Restoran Ryugyeong yang mengutarakan soal situasi kerja di restauran mereka melaporkan bahwa kerinduan akan kehidupan yang lebih bebas menjadi dorongan kuat bagi mereka untuk membelot dari Utara. Mereka mengaku mengenal dunia Selatan, melihat kemakmuran dan pembangunan di Korea Selatan melalui film cerita atau siaran TV.
Juru bicara Kementerian Unifikasi Korea Selatan Jeong Joon-hee pada 8 April mengatakan, seorang pria manajer Restoran Ryugyeong dengan keduabelas gadis pramusajinya memilih untuk meninggalkan Korea Utara karena tidak mampu mengatasi tekanan untuk meraih uang lebih banyak buat otoriter Utara. Setelah berada di luar negeri dan melihat dunia nyata, maka mereka sudah tidak lagi bersedia untuk dijadikan objek pencucian otak.
Pengawasan yang ketat dari majemen serta persyaratan untuk menyetor jumlah dana besar kepada otoritas di Pyongyang menjadi tekanan berat para staf restoran. ‘Chosun Ilbo’ baru-baru ini melaporkan bahwa beberapa gadis pramusaji itu menyampaikan ketidakpuasan mereka kepada tamu restoran mengatakan, “Tekanan kuat dari Pyongyang membuat kita semua susah untuk bernapas.”
‘VoA’ mengutip penyampaian seorang pembelot Korut berinisial ‘J’ yang juga mantan pramusaji restoran makanan Korut di luar negeri memberitakan bahwa staf pekerja Korut di luar negeri tersebut memperoleh pengawasan yang lebih ketat daripada ketika mereka bekeja dalam negeri. Otoritas Pyongyang menuntut setiap unit restoran itu untuk menyetorkan dana setiap tahunnya paling sedikit USD. 200.000 kepada mereka. Dan para pekerja itu harus menerima nasib dengan hampir tidak menerima gaji walaupun penginapan dan makan dijamin. Uang yang bisa berada dalam saku masing-masing individu itu untuk setiap bulannya paling-paling hanya USD. 10 – 15. Negara baru akan membalas jasa mereka sebesar USD. 2.000 – 2.500 bersama hadiah satu unit kulkas dan mesin cuci setelah masa tugas mereka berakhir dan sudah kembali ke Korut.
Wanita ‘J’ tersebut mengatakan, “Saya dan mantan rekan restoran diminta oleh otoritas Pyongyang untuk menguping percakapan antar tamu restauran yang 60 – 80 % nya terdiri dari pejabat, politisi dan pengusaha Korea Selatan. Selain bertanggung jawab untuk mengumpulkan informasi, kita juga wajib melaporkan secara tertulis kepada otoritas melalui manajer restoran apa saja topik percakapan para tamu dan apa saja yang terlihat oleh kita.”
‘Daily Mail’ melaporkan bahwa Korut sekarang sudah membuka sekitar 130 unit restoran makan Korut (menurut data Kementerian Unifikasi Korsel) di lebih 10 negara termasuk Kamboja, Thailand dan beberapa negara di Eropa. Menggaet devisa bagi negara sedikitnya USD.10 juta. Meskipun bagian besar dari pendapat itu merupakan hasil dari memeras tenaga para pekerja.
Semenjak sanksi internasional diberlakukan mulai Maret lalu, dan otoritas Seoul juga mengeluarkan himbauan warganya untuk tidak makan di restoran milik Korut karena keuntungan dari usaha restoran dipergunakan untuk melakukan pengembangan senjata nuklir, maka pengunjung restoran Korut menurun drastis dan banyak unit yang menutup bisnis. (secretchina/sinatra/rmat)