Pementasan Festival Musik Merah di Balai Agung Beijing Membuat Marah Xi Jinping

Oleh Gu Qinger

Pementasan Festival musik merah dalam Balai Agung Rakyat Beijing baru-baru ini membuat sejumlah kalangan luar bertanya-tanya apakah Partai Komunis Tiongkok/ PKT sedang berupaya untuk meniupkan angin Revolusi Kebudayaan, menginginkan ideologi usang itu kembali mendominasi politik Tiongkok?

Ada sumber menyebutkan bahwa pementasannya sempat membuat marah Xi Jinping marah yang kemudian menginstruksikan penyidikan kepada Kantor Pusat PKT. Selain itu, sumber juga mengatakan bahwa para pendukung sayap kiri dari fraksi Shaanxi bahkan secara terbuka mengumpat alm Deng Xiaoping.

Festival musik merah yang diadakan pada 2 Mei 2016 malam hari itu menyajikan sejumlah lagu-lagu lama yang mengeluh-eluhkan partai bersimbul palu arit Tiongkok, salah satu lagu ‘merah’ yang populer pada era Revolusi Kebudayaan yang berjudul ‘Berlayar di samudera bergantung kepada nakhoda’ berlirik sebagai berikut, “Berlayar di samudera bergantung kepada nakhoda, tumbuhnya kehidupan bergantung kepada matahari, hujan dan embun memelihara bibit-bibit muda, pelaksanaan revolusi bergantung kepada ideologi Mao Zedong. Ikan tidak mungkin meninggalkan air, buah tidak bisa meninggalkan pohon dan akar, massa revolusioner tidak mungkin meninggalkan Partai Komunis Tiongkok, ideologi Mao Zedong bagaikan matahari berwarna merah yang tidak pernah terbenam.”

Pada 8 Mei, para pendukung Mao Zedong dari fraksi Shaanxi menyelenggarakan forum diskusi di kota Xi’an yang bertema ‘Memperingati 50 tahun Kelahiran Revolusi Kebudayaan.’ Dilaporkan bahwa Revolusi Kebudayaan baru digerakkan pada 16 Mei setelah mantan Ketua PKT Mao Zedong  memberikan instruksi tertulis kepada Biro Politik untuk melaksanakannya.

Media asing ‘Bowenpress’ mengutip ungkapan yang disampaikan oleh sumber yang dekat dengan kalangan Zhongnanhai pada 12 Mei memberitakan bahwa Xi jinping sangat marah terhadap  pementasan festival termasuk kegiatan yang dilakukan oleh para sayap kiri di Xian, dan langsung menginstruksikan Kantor Pusat PKT untuk mengusutnya.

Sumber juga menyebutkan bahwa para fraksi Shaanxi itu selain mengadakan kegiatan yang berbau  “membangkitkan ruh Revolusi Kebudayaan.” Juga secara terbuka mencaci maki alm Deng Xiaoping. menyerukan masyarakat agar Revolusi Kebudayaan dilakukan lagi di Tiongkok.

Sebagai tanggapan dari pementasan festival tersebut, putri Ma Wenrui yang mantan Wakil Ketua Biro Politik PKT bernama Ma Xiaoli pada 5 Mei mengirim surat kepada Direktur Kantor Pusat PKT Li Zhanshu yang menuntut diadakan penyelidikan yang menyeluruh. Ia menulis dalam surat itu: Pertunjukan yang merepresentasikan budaya dari Revolusi Kebudayaan tersebut merupakan sebuah kasus disiplin politik yang terlebih dahulu sudah dirancang, diorganisir dengan mengatasnamakan Departemen Propaganda.

Ma Xiaoli dalam sebuah wawancara dengan media ‘Phoenix’ Hongkong lebih jauh menjelaskan soal alasannya menulis surat kepada Li Zhanshu. Itu karena ia menemukan ada pejabat tingkat atas yang sedang berupaya menciptakan suatu momentum politik untuk mengkultuskan seorang figur yang nantinya akan dijadikan kambing hitam. Figur itu tak lain adalah Xi Jinping.

Direktur Percetakan Akademi Militer Tiongkok Xin Ziling pada 10 Mei memberitahu media AS bahwa pemikiran itu jelas dicetuskan oleh anggota Komite Sentral Liu Yunshan yang pro Jiang Zemin melalui Departemen Propaganda yang ia pimpin. Tujuan mereka tak lain adalah  untuk menggagalkan usaha pembasmian korupsi yang sudah mengarah kepada Jiang Zemin dan Zeng Qinghong.

Disamping itu, pada 10 Mei media pemerintah ‘Renmin Rebao’ (Harian Rakyat) menyajikan sebuah ucapan Xi Jinping yang dikutip dari pidatonya di forum diskusi dengan pejabat tingkat propinsi pada 18 Januari. Tulisan dalam halaman kedua itu menyebutkan bahwa dalam forum itu, Xi Jinping 2 kali menyinggung hal-hal yang berkaitan dengan Revolusi Kebudayaan. Ia menjelaskan bahwa akibat kesalahan dalam pembimbingan yang mengarah ke ideologi ‘kiri’, sehingga Revolusi Kebudayaan menjadi bencana yang menimpa bangsa dan negara selama 1 dekade. Xi juga menambahkan bahwa Revolusi Kebudayaan pada dasarnya telah membuat Tiongkok terisolir dari dunia luar. Masyarakat umumnya berpendapat bahwa Xi Jinping bersikap negatif terhadap revolusi itu.

Liu Yunshan terus memanfaatkan sistem dan fungsi propaganda untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan pemerintahan Xi Jinping, seperti memanipulasi ucapan Xi Jinping, membuat berita kacau dengan alasan ‘salah cetak’, meniadakan ucapan-ucapan penting Xi Jinping, Li Keqiang dan Wang Qishan dan sebagainya. Namun, tim dari Wang Qishan sekarang sedang melakukan pembersihan terhadap oknum-oknum dari kelompok Jiang Zemin yang masih bercokol di Departemen Propaganda ini.  (sinatra/rmat)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Most Popular