Oleh: Lin Yan
Hasil studi terbaru dari ahli geologi saat ini menemukan, bahwa arus konveksi mantel di bawah kerak bumi terdeteksi sepuluh kali lebih cepat dari perkiraan sebelumnya. Temuan yang mengejutkan ini mungkin akan memicu para ilmuwan untuk mempertimbangkan kembali apakah akan mengubah teori dari struktur bumi yang berlaku saat ini.
Melalui pengukuran presisi, para ilmuwan menemukan bahwa di dalam struktur mantel yang membentuk Bumi itu terdapat suatu arus konveksi yang kerap terjadi di dalam mantel bumi, yang dapat menyebabkan gerakan seperti “yo-yo” di permukaan bumi.
Sebagaimana dilansir dari laman situs teknologi Gizmodo, Selasa (10/5/2016), bahwa dibawah kaki kita penuh dengan misteri ilmiah. Misalnya, pengeboran kerak bumi oleh para ahli geologi, namun kedalaman pengeboran tidak pernah lebih dari beberapa mil (1 mil sekitar 1,6 km). Sementara saat ini, ketebalan rata-rata lapisan kerak bumi adalah 33 km, sedangkan kerak benua/ samudera rata-rata sekitar 10 km. Sementara ketebalan mantel dibawah lapisan kerak bumi hampir 3.000 km, dan selalu bergerak, dimana dari arus gerakan konveksi-nya itu berpengaruh banyak terhadap permukaan bumi.
Hasil penelitian ini membuat orang-orang tahu, bahwa pengetahuan atau pemahaman sebelumnya atas kondisi gerakan mantel bumi itu keliru.
“Dari sudut pemahaman geologi, (dan karena efek dari konveksi mantel Bumi) permukaan bumi akan menggulung turun naik seperti (permainan) yo-yo,” kata Mark Hoggard, ahli geologi dari University of Cambridge, Inggris.
Lebih lanjut Hoggard menjelaskan bahwa struktur bumi yang dipahami sebelumnya itu tak lebih hanya berupa selingkaran bola yang terbentuk secara sederhana, dimana susunan lingkaran di dalamnya itu pada dasarnya adalah statis. Tapi kondisinya sekarang ternyata bukan yang dibayangkan seperti itu, struktur lapisan bundar bumi ini bergerak turun naik oleh arus konveksi mantel bumi.
Sebenarnya, siklus dari gerakan yo-yo ini adalah satu juta tahun, dan perubahan ketinggian di permukaan bumi bisa mencapai beberapa ratus meter. Laporan terkait menyebutkan, bahwa Hoggard dan sejumlah ilmuwan lainnya telah membuat peta penyebaran dari arus konveksi mantel tersebut dengan metode pengukuran gelombang gempa model baru berpresisi tinggi yang diadopsi dari industri perminyakan. Mereka melihat frekuensi perubahan ketebalan kerak bumi di dasar laut itu kerap terjadi, fenomena ini menjelaskan bahwa kondisi arus konveksi mantel bumi tidaklah selamban dan jarang sebagaimana dugaan sebelumnya, karena itu mereka sangat terkejut mengetahui kondisi ini.
“Kita benar-benar perlu mengubah persepsi sebelumnya. Banyak ahli geologi mengarahkan perhatiannya pada batas yang jauh dari lingkarannya, karena mereka menganggap kondisi disana dalam keadaan stabil. Sementara fenomena yang kita amati menunjukkan disana sangat aktif, tetapi justru sering diabaikan,” kata Hoggard (Epochtimes/joni/rmat)