Tren Grafik Kenaikan Harga Pangan yang Susah Turun

JAKARTA – Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo mengatakan adanya tren kenaikan harga pangan memasuki Ramadhan dan menjelang lebaran yang terjadi setiap tahun. Namun demikian kenaikan harga tersebut termasuk daging sapi disertai dengan kesulitan penurunan harga dari angka sebelumnya.

“Grafiknya,  kalau saya cerita masing-masing komoditas umumnya naik terus, jelang ramadan dan lebaran naik, paling terasa adalah harga daging sapi harga yang cukup besar,” ujarnya dalam diskusi di Jakarta, Sabtu (4/6/2016).

Menurut Sasmito, statistik yang dimiliki oleh BPS dari Ramadan tahun lalu mulai 2012 harga daging sapi mencapai Rp 120.000 perkilo gram, kemudian fenomnal 2013 diatas Rp 110.000 terjadi setiap lebaran.

Namun demikian, ujar Sasmito, harrga untuk daging yang selalu naik kesulitan untuk turun kepada harga sebelumnya ketika lebaran sudah usai. BPS menilai kejadian demikian merupakan perisitwa yang sudah kronis dan akut hingga kemudian diperlukan langkah-langkah pasti dan kongkrit untuk atasi gejolak harga.

Menurut Sasmito, instruksi yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo agar daging sapi di pasaran dijual sekitar Rp 80.000 per Kilogram membuat seluruh aparat pemerintah selalu waspada dengan gejolak pangan. Hal ini dimaksudkan untuk mengembalikan tren harga daging sapi pada 2012 lalu yan ghanya dijual Rp 80.000 perKilogram.

Selain daging sapi, pergerakan harga beras sebagai komoditas utama juga diperhatikan oleh BPS. Walaupun pernah terjadi kenaikan lebih tinggi beberapa kali, pada akhirnya kenaikan harga beras tak terlalu tajam bahkan cenderung menurun.

Sejumlah komoditas lainnya yang tak mengalami gejolak harga siginifikan  adalah harga ayam, telur ayam ras  dan ikan segar. Diharapkan ikan segar menjadi pangan alternatif selain daging sapi dengan catatan saat musim bagus dan persediaan cukup.

Komoditas lainnya adalah bumbu seperti cabe dan bawang putih. Walaupun bawang putih masih tergantung impor namun masih disesuaikan dengan nilai tukar rupiah dengan Yuan jika impor berasal dari Tiongkok. Namun demikian, komoditi yang perlu diperhatikan adalah harga gula pasir karena diprediksi mengalami kenaikan paling tinggi. (asr)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Most Popular