Oleh Xu Jialin
Untuk mempercepat proses pembangunan beberapa proyek konstruksi besar, kepala proyek tidak segan-segan untuk memberikan metamfetamina atau yang juga dikenal sebagai sabu-sabu kepada para pekerja.
Media ‘Daily Telegraph’ pada Rabu (10/8/2016) melaporkan bahwa agar bisa menyelesaikan pembangunan proyek tepat pada waktu yang sudah ditentukan, para kepala proyek di kota Pyongyang tak segan-segan untuk menyediakan obat metamfetamina yang dikonsumsikan kepada para pekerja mereka.
Metamfetamina yang sering juga disingkat met atau crystal meth ini adalah obat stimulan yang setelah dihirup akan menimbulkan sensual berupa gembira, mampu menekan rasa lapar dan meningkatkan kebugaran fisik sepanjang 12 jam.
Saat ini sebuah gedung bertingkat 70 lantai sedang dibangun di kota Pyongyang beserta 60 unit bangunan lainnya. Agar penyelesaiannya bisa on time, ribuan warga Korut dikerahkan untuk membantu mempercepat proses pengkonstruksiannya. Meskipun pada saat ini Korut sedang berada di bawah sanksi paling berat masyarakat internasianal dan PBB, namun Kim Jong-un masih tetap “tak lekang oleh panas, tak lapuk oleh hujan”.
Sumber dari Pyongyang yang memiliki akses ke pekerja konstruksi kepada Radio Free Asia menjelaskan, “Saat ini, kepala proyek malahan secara terbuka memberikan obat kepada pekerja untuk merangsang mereka supaya tetap fit, agar waktu penyelesaian proyek tidak meleset. Kasihan! Melihat penderitaan para pekerja konstruksi itu”.
Para Aktivis HAM Asia mengatakan bahwa para pekerja konstruksi di Korut itu berada dalam kondisi yang sebanding dengan perbudakan. Mereka mendesak PBB untuk mengambil tindakan lebih lanjut terhadap Kim Jong-un.
Penanggung jawab Human Rights Watch Asia Phil Robertson mengatakan, pemerintah Korea Utara berharap melalui pembangunan gedung-gedung itu untuk menunjukkan kepada dunia dan rakyatnya bahwa Korea Utara adalah negara maju. Tetapi kerja paksa yang diberlakukan pemerintah hanya akan mengundang kutukan keras dari masyarakat internasional.
Daily Telegraph kemudian melaporkan, kabarnya beberapa dinding bangunan proyek yang belum selesai itu terdapat tulisan-tulisan dalam bahasa Korea, ada yang berbunyi, “Laju perkembangan kota Pyongyang identik dengan lajunya peredaran sabu-sabu. Ada juga tulisan : “(kami ini) Regu narkoba”.
Corat-coret di atas dinding atau botol-botol kosong oleh rezim Kim Jong-un dimasukkan sebagai tindak pidana politik, dan bisa celaka bagi sipembuat. Di wilayah Yanggang-do, Korut pada awal tahun ini juga ditemukan tulisan dinding yang bunyinya mencaci-maki Kim Jong-un.
Laporan musim semi 2013, North Korean Review menyebutkan bahwa Korea Utara sedang dilanda ‘banjir’ narkoba saat ini. Narkoba Korea Utara membuka halaman baru, jumlah orang yang memakai obat stimulan sistem saraf pusat metamfetamina terus berkembang, terutama di wilayah bagian utara Korut. Hal ini sudah menjelaskan kepada kita mengapa produksi obat jenis tersebut terus berkembang dari pabrik-pabrik milik negara sampai industri perumahan.
Sepanjang tahun 80-an dan dalam 10 tahun berikutnya, masyarakat Korut di bawah pemimpin besar mereka Kim Il-sung memakai narkoba jenis opium. Tetapi pada tahun 2000-an, budidaya opium menghilang dan sebagai penggantinya metamfetamina menjadi kian populer.
Pemerintah Korea Utara tidak pernah mau memberikan data tentang pengguna narkoba. Jadi laporan ini adalah laporan pertama yang mengungkit isu tentang pemakaian sabu-sabu di negara itu. (sinatra/rmat)